Home / Thriller / KUKU BU SAPTO / DIA BUKAN MARIYATI-3

Share

DIA BUKAN MARIYATI-3

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-07-18 11:11:33

"Apa kamu lupa Mariyati? Aku sakit. Aku harus mencari obat untuk bisa melepaskan jerat tumbal Bulek kamu Naning. Apa kamu lupa?"

"Kamu yang lupa pada diriku! Kamu langsung pergi tanpa berpamit sama aku, Yumna. Bukannya kamu telah berjanji pada Ibu? Kamu yang membuat aku seperti ini?"

"Maafkan aku, Mariyati. Maafkan aku!"

Lalu Yumna melepaskan kalung yang dipakainya.

"Lihatlah ini!"

Sosok yang dipanggil Mariyati hanya diam. Dengan wajah lurus ke depan. Dia tak mengindahkan kalung itu.

"Kenapa kamu tak bisa menebak siapa aku dan siapa Mariana, Yumna? Kenapa? Kenapaaaa ...?" 

"A-apa maksud kamu Mar? Aku sangat enggak paham maksud pembicaraan kamu ini. Lagian, sepertinya kamu memang sengaja membawa aku ke kamar ini 'kan?"

Lalu sosok yang dipanggil Mariyati menyingkap rambutnya ke atas.

"Iya. Aku sengaja menarik kamu ke sini. Ke kamar ini. Biar kamu mengingat lagi janji kamu pada Ibu!"

Y

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUKU BU SAPTO   TWIST

    "Bagaimana kalau kita tukar tempat? Biarpun di rumah Bulek sama saja. Tapi enggak akan kamu ketemu Bapak.""Lalu, kamu bagaimana di rumah itu?""Aku masih ada teman 'kan? Mbak Yumna."Tampaknya Mariyati menyetujui ajakan Mariana. Sejak itu Mariana kembali ke rumah Mariman sebagai Mariyati. Yumna langsung teringat. Saat dia mulai merasakan perbedaan sikap pada Mariyati. Dia cenderung berubah menjadi pendiam. Serta surat yang pernah dia baca.Apa yang baru saja dijelaskan oleh Yumna, membuat mereka bertiga benar-benar terperanjat."Ja-jadi, yang kembali waktu itu bukanlah Mariyati? Tapi, Mariana Mbok?" tanya Raisa dengan mata yang melotot tajam. Mengarah padanya."Benar, Nak. Makanya di waktu itu, aku sangat heran. Aku ngerasa aneh sikap Mariyati yang enggak biasanya. Dia lebih pendiam.""Waktu Mbok Yumna, bertemu Mariana? Apa yang Mbok Yumna rasakan?""Aku merasa dekat. Sangat dekat. Bahkan merasa kalau itu Mariyati."

    Last Updated : 2021-07-19
  • KUKU BU SAPTO   LUKISAN HIDUP

    Cukup lama Raisa meyakinkan wanita yang duduk di hadapannya."Aku merindukan kamar ini. Cuman aku juga enggak bisa melepaskan kepahitan masa lalu.""Kalau begitu Mbok Yumna, saya minta tolong. Ayo kita keluar dari sini. Kami bertiga akan cari Mariana sampai ketemu. Gimana?"Dia masih saja menggeleng. Yang awalnya begitu sulit saat diajak ke rumah menyeramkan ini. Kini, sangat sulit juga untuk mengajak Mbok Yumna untuk pulang."Bagaimana ini, Mas?" tanya Raisa mendongak ke arah mereka berdua. "Kita akan kepikiran terus kalau dia di sini terus. Bisa enggak fokus pencarian kita nanti.""Mbok Yumna, besok pagi kita akan ke sini lagi. Kita harus pulang sekarang! Sebelum malam datang," bisik Hamaz mencoba membujuk Mbok Yumna.Setelah saling membujuk rayu. Mbok Yumna bisa menerima alasan mereka. Dia pun mengangguk setuju untuk meninggalkan rumah ini."Sekarang yang perlu kita pikirkan lewat mana?""Usahakan lewat depan aja Mas Delon."

    Last Updated : 2021-07-19
  • KUKU BU SAPTO   DI MANA MBOK YUMNA (?)

    Saat melewati ruang tengah yang ada lukisan wanita. Mbok Yumna kembai berhenti tepat di depan lukisan. Pandangannya tak mengerjap sama sekali. Walau hanya sedetik."Ada apa Mbok?""Lukisan itu ... kayak hidup!"Mendengar suara Mbok Yumna yang berbisik. Membuat Raisa yang mendengarnya seketika dadanya berdebar-debar."Hi-hidup bagaimana sih Mbok?"Mbok Yumna seperti terpaku dan tak menjawab pertanyaan Raisa. Yang terus menggoyang sikunya."Apa Mbok Yumna kenal?"Dia hanya menggeleng. Sampai suara Delon mengejutkan mereka."Sa! Ayo jalan, mumpung belum masuk maghrib ini.""Ehhh ... iya, Mas." Raisa pun menarik lengan Mbok Yumna. Yang pandangannya masih belum terlepas ke arah foto itu. "Mbok Yumna, ayo!"Hingga akhirnya mereka sampai di ruang tamu."Bagaimana ini Mas Hamaz? Pintunya terkunci.""Bismillahirrohmannirrohiim ... semoga pintunya bisa terbuka," bisik Hamaz."Ka-kalau enggak

    Last Updated : 2021-07-20
  • KUKU BU SAPTO   PENAMPAKAN WANITA DALAM LUKISAN

    Suara Bu Aminah seperti mendesis lirih. Akan tetapi Raisa dan yang lain bisa mendengarnya. Sembari Bu Aminah menunjuk arah belakang Raisa. Dan ....Gelagat Bu Aminah membuat mereka bertiga menoleh ke belakang. Sontak ketiganya terperanjat. Saat melihat Mbok Yumna sudah tak berada di tempatnya lagi."Haaahhh! Di mana Mbok Yumna?!" teriak Raisa hampir menjerit."Sepertinya kita telah dikecoh sosok Bu Aminah itu!" lanjut Hamaz. "Coba kalian sosoknya telah menghilang.""Sialan bener! Terus kita harus bagaimana ini, Mas Hamaz?""Terpaksa rencana kita gagal. Kita harus cari Mbok Yumna. Dan langsung mencari batangan emas yang menjadi mahar mereka.""Ta-tapi, Mas Hamaz?""Kenapa Mbak Raisa?""Kita akan cari Mbok Yumna di mana?"Hamaz terdiam sejenak. "Sepertinya kita harus memasuki semua ruangan yang ada di rumah ini. Tanpa terkecuali!" tegas Hamaz. "Tapi usahakan jangan sampai berpencar.""Ba-baik, Mas."

    Last Updated : 2021-07-20
  • KUKU BU SAPTO   SUARA GADUH

    Saat pandangan matanya berpendar. Raisa seperti melihat bayangan, yang melesat keluar. Lalu, berhenti did epan pintu kamar. Bayangan yang tak telihat jelas itu, seperti sedang mondar mandir. Membuat Raisa harus menarik napas panjang. Hamaz yang sedari tadi memperhatikan Raisa, mengernyitkan dahinya. Dia sudah menduga kalau Raisa melihat penampakan."Mbak Raisa! Mbak ... Raisa!"Raisa bagai tersentak, dan menoleh pada Hamaz. "Jangan melamun dan pikiran kosong, Mbak. Apalagi di tempat seperti ini!""I-iya, Mas. Aku tau, tapi--"Raisa menunjuk ke arah depan pintu kamar."Coba Mas Hamaz lihat sendiri! Apa aku salah lihat?"Saat Hamaz menoleh. Dia melihat sosok wanita, yang berwajah sama persis dengan yang ada dalam lukisan. "Lukisan itu, Mas Hamaz.""Iya, Mbak Raisa. Aku juga melihatnya.""Sekarang kita bagaimana, Mas? Terus Mas Hamaz ini mau sholat di mana?""Di ruang tengah. Itu ruangan sangat luas

    Last Updated : 2021-07-20
  • KUKU BU SAPTO   TOPLES BESAR

    "Allahu Akbar!" Pyaaaarrr!!! "Haaahhh!" Raisa tersentak. Dia sangat terkejut dengan apa yang dilihat dan didengar. Gadis itu benar-benar meringkuk. Raisa tak berani lagi untuk melihat suasana sekitarnya saat ini.Tak lama menunggu. Hamaz sudah mengakhiri sholatnya. Delon dan Hamaz langsung berputar ke arah Raisa yang masih tertunduk, tegang. "Mbak Raisa! Ada apa?" "Apa Mas Hamaz enggak bisa dengar?" Hamaz dan Delon saling berpandagan. "Suara apa Raisa?" "Banyak suara yang aku dengar. Aku bener-bener takut ini." Delon menghampiri Raisa. "Cobalah tenang dulu, Sa." Tanpa menoleh pada Delon. Raisa menunjuk pada lukisan itu lagi. Yang kini berceceran di lantai. "Aku lihat banyak darah di sana," bisik Raisa. Hamaz pun ikut memperhatikan pecahan kaca dan pigura yang tergeletak di lantai. 'Ternyata benar yang dikatakan Mbak Raisa. Cuman aku juga emang enggak denger apa-apa,' bat

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   ISI TOPLES

    Hamaz langsung menuju dua lemari yang berisi toples-toples. Lalu pandangan Hamaz tertuju pada sebuah toples cukup besar. Dengan ukuran yang berbeda dari yang lain."Mas Hamaz juga tertarik dengan toples besar itu juga ya?""Iya, Mas. Kenapa dia beda sendiri? Dan ada beberapa bagian tubuh di dalamnya?" tanya Raisa memindai setiap organ tubuh yang ada di dalamnya."Ini pun seperti pakai cairan pengawet. Kalau enggak udah belatung semua," sahut Delon."Ta-tapi, Mas. Lihat lemari yang satu ini!" seru Raisa dengan suara yang tertahan di tenggorokan.Seruan Raisa membuat Hamaz dan Delon mengalihkan pandangannya ke arah lemari yang satunya."Coba Mas Delon sama Mas Hamaz ada perbedaan?""Banyak, Sa. Sepertinya toples yang ini masih belum memakai pengawet. Baunya lebih busuk dan airnya sampai keruh kayak gitu.""Iya, Mas. Dan sampai ber-ulat."Ternyata apa yang dikatakan Raisa benar. Mereka melihat beberapa toples memang a

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   PENAMPAKAN MBOK YUMNA

    "Li-lihat ... itu Mas!"Delon meletakkan kembali toples itu pada lemari. Mereka berdua mulai memeprhatikan perlahan."Ini kah yang kamu maksud?" Sembari menunjuk ke arah sebuah kuku dengan bentuk yang besar. Mungkin kuku jempol. "Apa ini memang benar kuku Bu Sapto, Sa?""Mungkin saja, Mas." "Gila, Sa. Aku jadinya merinding parah ini.""Sa-sama, Mas."Mereka berdua masih terfokus pada lemari yang berisi toples."Jadi, menurut kamu Bu Sapto juga ada yang menumbalkan?""Iya, Mas. Makanya dia meminta pada Mas Delon untuk melepaskan ikatannya. Iya 'kan?"Saat mereka tengah asyik berdiskusi. Dan Raisa masih menghadap lemari kaca itu. Pandangan matanya melihat selintas bayangan hitam berkelebat. Sontak Raisa menoleh ke balakang."Ada apa, Sa?""A-aku kayak lihat ada orang melintas Mas.""Di mana?""Di belakang kita ini."Tengkuk mereka berdua serasa dingin dan bulu ku

    Last Updated : 2021-07-21

Latest chapter

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status