Home / Thriller / KUKU BU SAPTO / SUARA GADUH

Share

SUARA GADUH

Author: Raifiza27
last update Last Updated: 2021-07-20 13:03:08

Saat pandangan matanya berpendar. Raisa seperti melihat bayangan, yang melesat keluar. Lalu, berhenti did epan pintu kamar. Bayangan yang tak telihat jelas itu, seperti sedang mondar mandir. Membuat Raisa harus menarik napas panjang.

Hamaz yang sedari tadi memperhatikan Raisa, mengernyitkan dahinya. Dia sudah menduga kalau Raisa melihat penampakan.

"Mbak Raisa! Mbak ... Raisa!"

Raisa bagai tersentak, dan menoleh pada Hamaz.

"Jangan melamun dan pikiran kosong, Mbak. Apalagi di tempat seperti ini!"

"I-iya, Mas. Aku tau, tapi--"

Raisa menunjuk ke arah depan pintu kamar.

"Coba Mas Hamaz lihat sendiri! Apa aku salah lihat?"

Saat Hamaz menoleh. Dia melihat sosok wanita, yang berwajah sama persis dengan yang ada dalam lukisan.

"Lukisan itu, Mas Hamaz."

"Iya, Mbak Raisa. Aku juga melihatnya."

"Sekarang kita bagaimana, Mas? Terus Mas Hamaz ini mau sholat di mana?"

"Di ruang tengah. Itu ruangan sangat luas

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KUKU BU SAPTO   TOPLES BESAR

    "Allahu Akbar!" Pyaaaarrr!!! "Haaahhh!" Raisa tersentak. Dia sangat terkejut dengan apa yang dilihat dan didengar. Gadis itu benar-benar meringkuk. Raisa tak berani lagi untuk melihat suasana sekitarnya saat ini.Tak lama menunggu. Hamaz sudah mengakhiri sholatnya. Delon dan Hamaz langsung berputar ke arah Raisa yang masih tertunduk, tegang. "Mbak Raisa! Ada apa?" "Apa Mas Hamaz enggak bisa dengar?" Hamaz dan Delon saling berpandagan. "Suara apa Raisa?" "Banyak suara yang aku dengar. Aku bener-bener takut ini." Delon menghampiri Raisa. "Cobalah tenang dulu, Sa." Tanpa menoleh pada Delon. Raisa menunjuk pada lukisan itu lagi. Yang kini berceceran di lantai. "Aku lihat banyak darah di sana," bisik Raisa. Hamaz pun ikut memperhatikan pecahan kaca dan pigura yang tergeletak di lantai. 'Ternyata benar yang dikatakan Mbak Raisa. Cuman aku juga emang enggak denger apa-apa,' bat

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   ISI TOPLES

    Hamaz langsung menuju dua lemari yang berisi toples-toples. Lalu pandangan Hamaz tertuju pada sebuah toples cukup besar. Dengan ukuran yang berbeda dari yang lain."Mas Hamaz juga tertarik dengan toples besar itu juga ya?""Iya, Mas. Kenapa dia beda sendiri? Dan ada beberapa bagian tubuh di dalamnya?" tanya Raisa memindai setiap organ tubuh yang ada di dalamnya."Ini pun seperti pakai cairan pengawet. Kalau enggak udah belatung semua," sahut Delon."Ta-tapi, Mas. Lihat lemari yang satu ini!" seru Raisa dengan suara yang tertahan di tenggorokan.Seruan Raisa membuat Hamaz dan Delon mengalihkan pandangannya ke arah lemari yang satunya."Coba Mas Delon sama Mas Hamaz ada perbedaan?""Banyak, Sa. Sepertinya toples yang ini masih belum memakai pengawet. Baunya lebih busuk dan airnya sampai keruh kayak gitu.""Iya, Mas. Dan sampai ber-ulat."Ternyata apa yang dikatakan Raisa benar. Mereka melihat beberapa toples memang a

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   PENAMPAKAN MBOK YUMNA

    "Li-lihat ... itu Mas!"Delon meletakkan kembali toples itu pada lemari. Mereka berdua mulai memeprhatikan perlahan."Ini kah yang kamu maksud?" Sembari menunjuk ke arah sebuah kuku dengan bentuk yang besar. Mungkin kuku jempol. "Apa ini memang benar kuku Bu Sapto, Sa?""Mungkin saja, Mas." "Gila, Sa. Aku jadinya merinding parah ini.""Sa-sama, Mas."Mereka berdua masih terfokus pada lemari yang berisi toples."Jadi, menurut kamu Bu Sapto juga ada yang menumbalkan?""Iya, Mas. Makanya dia meminta pada Mas Delon untuk melepaskan ikatannya. Iya 'kan?"Saat mereka tengah asyik berdiskusi. Dan Raisa masih menghadap lemari kaca itu. Pandangan matanya melihat selintas bayangan hitam berkelebat. Sontak Raisa menoleh ke balakang."Ada apa, Sa?""A-aku kayak lihat ada orang melintas Mas.""Di mana?""Di belakang kita ini."Tengkuk mereka berdua serasa dingin dan bulu ku

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   TERPENTAL

    "Jangan gegabah, Sa! Belum tentu dia Mbok Yumna yang sebenarnya," bisik Delon. Langkah Raisa pun tertahan. Apa yang dikatakan Delon ada benarnya. Dia memlih untuk waspada. "Kita hanya bisa melihat penampakan itu dari kaca lemari ini 'kan? Coba sekarang kamu berbalik, Sa!"Gadis itu mengikuti apa yang dikatakan oleh Delon. Ternyata benar. Kursi itu tampak kosong. Hanya begerak tanpa ada yang duduk di atasnya."Lalu sekarang apa yang harus kita lakukan Mas?""Sekarang perhatikan sosok itu, Sa! lewat kaca lemari. Lihat kedua tangannya yang di sandaran kursi!"Raisa mulai memperhatikan kedua jemari tangan Mbok Yumna. Yang memegang erat kayu berbentuk bulat di ujung sandaran kursi. Lalu, dia menoleh pada Delon. Dengan dahi yang berkerut."Enggak ada yang aneh, Mas. Memangnya kenapa sih?""Kamu lihat saja. kayaknya sosok itu berusaha melepaskan diri. Seperti ada yang sedang mengikat kedua tangannya itu."Kembali Raisa mengamatinya.

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   SEBUAH PINTU RAHASIA

    Pyaaaarrr!Seketika hancur berserakan. Begitu juga dengan beberapa toples yang bergelimpangan terjatuh ke lantai. Ada yang hancur dan ada yang tetap utuh. Membuat beberapa organ yang bernanah serta berlendir. Mengurai aroma yang sangat tak sedap. Teramat sangat busuk.Beberapa isi di dalam toples. Tumpah mengenai tubuh Raisa. Hingga jilbab dan bajunya ikut berbau anyir. Raisa pun mengusap wajahnya yang basah, oleh lendir busuk itu. Dia muntah-muntah tak tahan dengan bau yang begitu menyengat.Segera Delon bangkit dari lantai dan merangkak ke arah Raisa. Berusaha untuk menolongnya."Ka-kamu enggak apa-apa?"Raisa hanya menggeleng dengan raut wajah yang syok berat. Tangannya menunjuk ke arah kasur."Sebenarnya apa yang kamu lihat tadi Sa. Aku sampai kaget, ikut-ikutan lari.""Po-pocong, Mas. Tapi aku enggak tau, pocong siapa?" "Sialan bener tuh pocong!" Sembari Delon menoleh ke arah kasur, yang terlihat normal. Seperti sebelumny

    Last Updated : 2021-07-21
  • KUKU BU SAPTO   KAMAR MISTERIUS

    Ide cerdas Delon diikuti oleh Raisa untuk membantunya. Setelah kosong, mereka lebih mudah menggeser lemari kaca itu."Geser terus, Sa!" teriak Delon."Iya, Mas."Sampai akhirnya mereka berhasil. Tepat di hadapan mereka terdapat sebuah lobang seperti pintu. Dengan ukuran yang lebih kecil dari lemari. Keduanya hanya bisa terpaku sesaat."Ini menuju ke mana Mas Delon?""Aku juga enggak tau, Sa. Tapi seperti ruang bawah tanah.""Ruang bawah tanah? Untuk apa? Siapa yang membuatnya?"Delon menoleh Pada Raisa. Lalu menggeleng."Aku juga enggak tau Mas. Bagaimana kita masuk ke dalamnya aja?"Sekian detik mereka saling beradu pandang. Tanpa di komando, Delon langsung bergerak mendahului Raisa.Sedangkan dalam waktu yang bersamaan. Hamaz berjalan pelan melintasi ruang tengah. Dia memperhatikan lukisan yang masih berserakan di lantai. Dengan ceceran darah."Sepertinya lukisan itu dibuat oleh warna darah di bagia

    Last Updated : 2021-07-22
  • KUKU BU SAPTO   KEHADIRAN

    "Sudah cukup lama Bu Sapto meninggal. Yang aneh, dari keringnya kembang ini. Aku yakin umurnya baru sekitar semingguan. Lalu, siapa yang mempersiapkannya di sini?" Telapak tangan Hamaz diletakkan di atas tempat perapian kecil. Tempat yang biasa di gunakan untuk membakar kemenyan. Hamaz bisa merasakan hangatnya tempat itu. "Pasti ada seseorang yang sengaja meneruskan pesugihan ini. Aku harus segera menemukannya. Kalau enggak, dia pasti akan menumbalkan orang-orang yang berniat menghalangi dia. Termasuk ... Mbok Yumna? Kenapa aku baru sadari hal ini?" Hamaz kembali memperhatikan lukisan yang tergeletak di lantai, tak jauh darinya. Sejenak Hamaz seperti sedang berpikir. Lalu, kembali menarik lukisan itu ke dekatnya. Tanpa banyak pertimbangan lagi. Dia menyalakan korek dan mengambil kembang kering, yang ada di hadapan. Perlahan meletakkannya, tepat di atas wajah wanita penuh misterius itu. "Bismillah!" Seraya Hamaz membaca ayat-ayat suci Alquran, yang lai

    Last Updated : 2021-07-22
  • KUKU BU SAPTO   SILUET YANG DILIHAT HAMAZ

    "Aku seperti merasa ada yang mengintip." Hamaz berbisik. "Keluarlah!" teriak Hamaz. Namun tetap saja tak ada yang muncul. Jemari tangannya terus memercikkan air dari botol, pada belas lukisan dan kemenyan."Mar ... Maaar!"Hamaz mendengar suara yang memanggil. Entah pada siapa?Sesaat Hamaz terdiam. Sengaja dia menunggu siapa yang datang. Suara langkahnya mulai terdengar. Seperti kaki yang diseret beradu dengan lantai. Tak lama dari sudut pembatas dinding yang menjorok. Terlihat sebuah bayangan yang terus bergerak.Ada desir halus yang mengusai hati Hamaz. Sampai akhirnya sosok itu mulai menampakkan wujudnya."Mbok Yumna?" desis Hamaz. Namun lubuk hatinya melawan. Tak mungkin yang ada di hadapannya saat ini Mbok Yumna. Lalu Hamaz mengambil sikap duduk bersila dengan mata yang terpejam. Dia mengolah mata batinnya.Perlahan Hamaz kembali membuka kedua mata. Kini, yang ada di hadapannya sosok Mariyati."Kamu jangan terkecoh oleh pengliha

    Last Updated : 2021-07-23

Latest chapter

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 3 ( TAMAT)

    "Minumlah dulu kalian! Biar tenang."Perkataan lelaki itu membuat Raisa mengerutkan dahi."Apa Abah tahu yang menimpa perjalanan kita pulang?"Lelaki itu hanya terkekeh. Lalu dia mengangguk pelan."Kenapa mereka masih mengganggu kita lagi, Bah?""Minumlah dulu. Biar nanti saya cerita."Mereka pun akhirnya minum teh dan kopi yang sudah disediakan. Raisa berulang kali mengembuskan napasnya. Air teh yang diminum serasa mampu membuat tubuhnya yang tadi dingin."Habiskan! Biar kalian lebih tenang. Karena mobil kalian sedang membawa sesuatu yang enggak lombo." (Lombo = tidak wajar)Terutama Raisa dan Delon terperanjat saat mendengar perkataan Abah Harun."Enggak lombo?" ulang Raisa."Iya, Mbak. Kalian ikutlah kemari!"Mereka bertiga mengikuti langkah Abah Harun keluar rumah. Menuju mobil Delon yang ringsek bagian depan."Tolong buka bagian belakangnya Mas Delon!""Baik, Bah."Setelah membuka

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB - 2

    "Perlu kita periksa lagi Mas Hamaz?""Udah ahhh, enggak usah! Perasaan aku enggak enak banget!" cetus Raisa melarang mereka turun lagi. "Kita jalan aja!"Pada akhirnya Hamaz dan Delon sepakat. Meneruskan perjalanan pulang yang penuh hambatan. Jalanan pun tampak lengang. Tak ada satu kendaraan yang terlihat. Hingga hidung Raisa terlihat bergerak-gerak. Seperti sedang mengendus sesuatu. Begitu juga Delon."Kalian bau enggak?" tanya Delon."Udah jalan aja Mas Hamaz!" pinta Raisa.Dalam waktu bersamaan. Tiba-tiba mesin mobil mati lagi."Loh, Mas Hamaz. Kok berhenti?" teriak Raisa."Enggak tau juga nih, Mbak.""Biar aku ganti yang nyetir. Mas capek mungkin," sahut Delon. Keduanya bertukar posisi. Delon pun mencoba untuk menyalakan mobil lagi. Lalu menggeleng mengarah pada Raisa dan Hamaz."Tetep enggak bisa nyala," sahut Delon kesal.Tampak dia mencoba untuk terus menyalakan mobil.

  • KUKU BU SAPTO   EXTRA BAB

    Tak lama dari kabar Pak Karjo. HP Raisa berdenting. Ada pesan masuk yang langsung dibaca Raisa."Tumben suami Bu Hariyani SMS ya, Mas?""Coba kamu baca, Sa!""Iya, bentar!"Seketika tangan Raisa bergetar hebat. Saat membaca pesan itu.{Assalamualaikum, Mbak Raisa. Kami kabarkan berita duka, bahwa adik kami yang bernama Sunandar telah meninggal dunia. Mohon dimaafkan bila Almarhum mempunyai kesalahan}Raisa hanya bisa terbelalak dan terperangah."Ja-jadi ...?"Ketiganya pun tak menyangka. Bila Sunandarlah yang selama ini telah membunuh Mariana. Dan telah dijadikan Naning sebagai penggantinya."Itulah sebabnya Mbok Yumna mendatanginya. Untuk memperingatkan. Dan dia juga pernah mendatangi gunung ini 'kan?" Raisa mulai mengingat kembali rangkaian cerita yang mereka dapatkan dari sang istri kala itu."Dan dia menjadi sakit. Karena menolak apa yang diperintahkan oleh Naning. Ada kemungkinan memang dia ingin mengak

  • KUKU BU SAPTO   INFO PEMENANG GA

    "Jangan mengganggu! Kami hanya mengantarkan apa yang seharusnya pulang." Suara Hamaz sangat tegas. Terdengar suara tawa yang melengking. Kini, seperti berada di atas kepala mereka. Berputar-putar, membentuk sebuah bayangan kehitaman yang besar. Hamaz bergerak cepat. Dia menyiapkan butiran tasbih yanga masih berada dalam genggaman. "Ikuti langkah saya! Jangan emlihat ke mana-mana!" tegas Hamaz. Langkah Hamaz sedikit aneh. Dia berjalan berbelok-belok. Sesekali meloncat ke kiri dan ke kanan. "Kenapa harus meloncat-loncat dan berbelok-belok?" protes Raisa. Hingga gadis itu tak bisa mengendalikan tubuhnya hingga terjatuh. Bruuukkk! Tubuh Raisa berguling-guling ke bawah, melewati Delon yang terpaku melihatnya. "Aaaaaarghhh!" Saat Delon tersadar. Dia langsung melompat tinggi dan mulai mengejar Raisa. "Raisaaa!" teriak keduanya spontan. Hamaz dan Delon bergerak cepat, mengejar t

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN 2

    "Sekali lagi maafkan kami. Bagaimana dengan benda lain?"Belum sampai ada jawaban. Hamaz sudah mengeluarkan beberapa butiran tasbih yang berada di telapak tangannya. Lalu menunjukkan pada sosok ular itu."Pergilah kalian! Aku tidak ingin benda itu menyentuh sosokku!"Aroma lebus dan anyir semakin kuat melesak rongga hidung mereka bertiga."Bolehkah kami lewat, Nyai?""Baiklah. Pergilah kalian! Andai ini bulan kawin, aku ingin kamu menjadi suami aku, Kang!" ujar wanita siluman itu.Sosok sang ular, terus melihat arah Delon, yang terus menundukkan kepalanya."Jangan, Nyai. Dia sudah tak perjaka lagi. Milik seorang dedemit juga."Kemudian, terdengar suara tawa yang mendesis serta melengking."Baiklah, Kang. Aku lepaskan dia! Walau aku tau dari baunya, dia masih perjaka," ucap siluman ular dengan meliukkan tubuh. Dan akhirnya pergi menghilang."Terima kasih, Nyai!"Seketika Delon bergidik keras. Kedua matanya m

  • KUKU BU SAPTO   RINTANGAN

    Suasana semakin bertambah gelap. Kanan kiri jalan kecil, yang mereka lewati, hanya pepohonan lebat. Untunglah penerangan tiga ponsel sangat membantu mereka. Napas ketiganya mulai terengah-engah, menyusuri jalan setapak. Yang sepertinya jarang dilewati. "Mas, berhenti sebentar. Kelihatannya dekat, tapi aku capek banget," ujar Raisa. Mereka pun ikut berhenti dan beristirahat sebenatr. Dalam tas yang dibawa Raisa, dia mengeluarkan sebotol teh yang ternyata yang masih hangat. "Apa itu, Sa?" "Tadi dikasih Bu RT. Ya aku bawa saja 'kan? Lagian perut aku lapar." Hamaz dan Delon mengikuti Raisa yang duduk di bebatuan. Dengan lahap ketiganya makan pisang goreng. Tak ada suara lain, keculai kunyahan mereka. Dan suara binatang malam yang mengiringi malam ini. "Yuk! Kita lanjut!" ajak Hamaz. "Jalan ini betul-betul enggak ada penerangan sama sekali," celetuk Delon. "HPku dah lobat nih." "Kayaknya dikit lagi kok Ma

  • KUKU BU SAPTO   MENEMBUS HUTAN MENUJU GUNUNG K

    Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, menuju gunung K. Tampak Hamaz mengambil alih kemudi. Dia melihat Delon yang amsih sering meringis karena kesaitan. begitu juga dengan Raisa yang tampak kelelahan."Sebenarnya apa yang terjadi di dalam tadi?""Kita hampir mati dibunuh sosok makhluk itu, Mas.""Bagaimana ceritanya?""Tiba-tiba di hadapan kami itu banyak mayat yang bergelantungan. Tepat di atas kita Mas. Akhirnya kita ya lari ke kamar itu.""Kamar belakang?""Iya, Mas Hamaz.""Terus?"Raisa berhenti sebentar. Terkadang dia masih merasakan lehernya yang sakit."Sepertinya lukisan itu, gambar si sosok makhluk wanita iblis itu, Mas Hamaz.""Jadi dia yang menyuguhkan pesugihan pada Bapak Mariman?""Benar, Mas. Kalau penampakan saat normal, emang sangat cantik Mas. Tapi, sebenarnya wajah dia sangat mengerikan. Wajahnya hancur dan rusak. Baunya juga enggak enak lagi.""Menurut Raisa dan Mas Hamaz nih ya.

  • KUKU BU SAPTO   JASAD MARIANA

    Secepat kilat. Abah Harun kembali menyerang, dengan menyambar tubuh Wilujeng dan melemparkannya hingga terpental sangat jauh. Seketika membuat raut wajah wanita itu berubah mengerikan.Bibir yang sobek dari ujung ke ujung, hingga di bawah telinga. Belum lagi aroma busuk yang menguar begitu kuat."Hei!"Sosok itu memutar lehernya hingga menghadap ke arah lelaki itu. Kesempatan baik, tak disia-siakan. Abah Harun langsung melempar tasbih yang tersisa dua di tangannya."Nih, ambil!"Dengan gerakan sangat cepat dan penuh keyakinan. Wilujeng langsung terbang meluncur ke arah Abah Harun. Dengan menyiapkan hantaman maut miliknya."Allahu Akbar!"Terdengar alunan ayat-ayat doa dari bibir Abah Harun yang masih berdiri tenang. Membuat raut wajah Wilujeng mulai memerah, bagai terbakar bara api. Tubuhnya semakin tertekan oleh cengkeraman sinar butiran tasbih yang berada dalam genggaman tangan lelaki itu.Tubuh Wilujeng perlahan mulai

  • KUKU BU SAPTO   PERTEMPURAN - 2

    "Kau tak akan bisa menang melawan aku, Manusia. Ini duniaku. Singgasanaku. Kau mau berbuat apa? Aku pastikan kau akan kalah!!!" seru Nyai Wilujeng dengan keras.Terlihat dari raut wajahnya yang selalu berubah-ubah. Dia sedang dalam keadaan murka.Kilatan cahaya seperti medan arus listrik, tergambar jelas diangkasa. Kian menyambar perbukitan yang ada di sekitar tempat ini."Petir itu akan terus berjalan mengejarmu lelaki tua? Dan, akan menuju arah sini!" ucap wanita itu, senang.Sekilas Abah Harun memeprhatikan gelegar dari petir yang menyambar. Sampai membuat terbakar beberapa titik. Saat Abah Harun berbalik, sosok wanita itu telah menghilang."Hemmm, aku harus mencarinya!"Lelaki paruh baya itu, langsung berlari walau tak mudah di tempat ini. Ilalang yang tingginya, seukuran manusia dewasa. Terasa bagai pagar yang menghalangi langkahnya berlari.Sejenak Abah Harun memejamkan kedua matanya. Dia mencoba untuk melesat sebaga

DMCA.com Protection Status