Teror Pendakian Jalur Selatan Rinjani

Teror Pendakian Jalur Selatan Rinjani

last updateLast Updated : 2023-02-09
By:  Rochy Mario Djafis  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
67Chapters
4.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Blurb: Dua tim pendakian yang mendaki dari jalur yang berbeda dan dipertemukan oleh satu peristiwa tragis yang sama. Entah sebab apa, teror dari makhluk penunggu gunung terus menghampiri. Para pendaki itu ingat, tak boleh saling meninggalkan jika ada teman seperjalanan yang tertinggal di belakang, apa pun kondisinya! *****__*****

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 (Sepasang Kaki Tanpa Badan)

Tim Bang Ochi____________________________Mereka tiba di Dusun Jati, Desa Timbanuh, Lombok Timur sekitar pukul 08.15 WITA. Bang Ochi, Unyil, Rendy, Luris, dan Dini segera mengurus simaksi di Pos Pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani. Hujan turun cukup lebat disertai kabut tipis-tipis semakin menyamarkan suasana desa. Hampir di setiap sudut tampak sepi karena sebagian warga masih meringkuk kedinginan. Suhu udara di desa ini bisa menyentuh angka 15° celcius di pagi hari.Sembari menunggu hujan reda, Unyil mengeluarkan trangia, bermaksud memasak air untuk menghangatkan tubuh dan suasana."Bang Ochi, ayo ngopi dulu sambil nunggu hujan reda." Unyil menawarkan sambil tangannya mengeluarkan gelas dan tumbler penyimpan air dari dalam carrier. Uap napas tampak jelas berembus saat ia berbicara. "Ok, boleh. Saya beli pisang goreng dulu sebentar di sebelah biar lebih pas rasanya kita ngobrol," jawab Bang Ochi menerima tawaran itu.Rasa kopi yang sedikit terasa pahit ditemani pisang goreng y

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
anya
ini sama dengan di play book gk sih? tp liat judul bab dari tengah ke aķhir kayak beda, nyesel bayar di play book, endingnya kurang memuaskan
2024-08-02 17:05:25
0
user avatar
anya
baca novel ini jd merinding sendiri tiap ada kejadian horor, tapi ceritanya bagus
2024-07-29 18:22:35
0
default avatar
Hamdan Faij M
Apakah masih ada lanjutannya...suka bgt bacanya dengan peran bang ochi, apalagi saat jatuh hati dgn zahra, membuat si pembaca sangat penarasan dengan kelanjutannya🥹
2024-01-29 02:03:44
0
user avatar
Muhamad nur ikhsan
aku ingin beli buku ini
2023-06-05 10:54:57
0
user avatar
Auliyatil Hunsya
cerita nya keren mantap, banyak pembelajaran yang didapat, suka sama peran bang ochi ..., baru dicek namanya sama dengan author, rochy - ochy, jangan2 ini kisah author sendiri ... yang semangat up nya thor ...
2023-03-18 18:33:11
0
user avatar
NanDitha
wah senengnya, rinjani ada di good novel
2023-02-03 21:53:30
0
user avatar
Hasna Amzary
Saya langsung ke sini bang begitu tau ada di GoodNovel, tapi ternya baru part 14 juga.
2023-01-27 20:32:07
0
user avatar
Saha Abdie
aku suka banget bang Ama cerita na
2023-01-04 21:42:26
2
67 Chapters

Bab 1 (Sepasang Kaki Tanpa Badan)

Tim Bang Ochi____________________________Mereka tiba di Dusun Jati, Desa Timbanuh, Lombok Timur sekitar pukul 08.15 WITA. Bang Ochi, Unyil, Rendy, Luris, dan Dini segera mengurus simaksi di Pos Pendakian Taman Nasional Gunung Rinjani. Hujan turun cukup lebat disertai kabut tipis-tipis semakin menyamarkan suasana desa. Hampir di setiap sudut tampak sepi karena sebagian warga masih meringkuk kedinginan. Suhu udara di desa ini bisa menyentuh angka 15° celcius di pagi hari.Sembari menunggu hujan reda, Unyil mengeluarkan trangia, bermaksud memasak air untuk menghangatkan tubuh dan suasana."Bang Ochi, ayo ngopi dulu sambil nunggu hujan reda." Unyil menawarkan sambil tangannya mengeluarkan gelas dan tumbler penyimpan air dari dalam carrier. Uap napas tampak jelas berembus saat ia berbicara. "Ok, boleh. Saya beli pisang goreng dulu sebentar di sebelah biar lebih pas rasanya kita ngobrol," jawab Bang Ochi menerima tawaran itu.Rasa kopi yang sedikit terasa pahit ditemani pisang goreng y
Read more

Bab 2 (Leader Yang Terjatuh Dari Tebing)

__________________________________Minggu. Jalur Selatan Rinjani.Waktu menunjukkan pukul 07.00 WITA. Asap api unggun yang menyala dari semalam masih membumbung, memayungipagi. Padang edelweiss memenuhi setiap sudut mata memandang. Kilau sinar matahari pagi tertampung pada bulir embun yang menggantung, terlihat indah pada jaring laba-laba yang terajut memikat. Kupu-kupu beterbangan, ia tak berkata, tetapi mampu memikat hati dan mata. Benar-benar pagi yang sempurna.Setelah semua anggota tim terbangun dan sarapan, mereka fokus mengatur rencana agar sampai di Pelawangan Jalur Selatan sebelum gelap. Tak lupa, mereka mengisi jeriken-jeriken kosong dengan air untuk persediaan selama dalam perjalanan. Pukul 09.00 WITA, mereka berangkat menuju pelawangan. Sesekali, mereka mengayunkan tajamnya pisau tramontina untuk memotong semak yang menghalangi jalan. Sebelum tiba di Pelawangan Jalur Selatan, ada dua pos yang akan mereka lewati yaitu Pos 2 dan Pos 3 Cemara Rompes.Jalur menuju Pos 3 me
Read more

Bab 3 (Ikan Besar Berbulu Ijuk)

Tim Bang Ron________________________ Danau Segara Anak Rinjani.Sekitar lima kilometer dari Pelawangan Jalur Selatan. Tim ekspedisi terdiri dari delapan orang pendaki, yaitu Bang Ron, Diah, Zahra, Jeko, Opik, Ibnu, Alit, dan Fadly.Waktu menunjukkan pukul 05.55 WITA. Udara lembap, dingin, dan berkabut. Langit kian lengang manakala cahaya ribuan bintang yang tadinya berserakan, tersapu sinar mentari yang angkuh. Barisan pohon cemara, tak pernah bosan mendengar bisikan angin yang membasah. Rantingnya menari-nari mengikuti arah angin. Di atas batu hitam yang dingin, Diah duduk sambil melihat para pendaki yang sedang asik memancing di pagi buta. Di hadapannya, ada danau membentang seluas mata memandang bernama Danau Segara Anak. Danau ini memiliki luas sekitar 11.3 kilometer persegi dan berbatasan langsung dengan tebing kawah Rinjani. Danau berair jernih ini, berada di dalam cekungan kaldera yang terbentuk sejak letusan Rinjani Purba atau Samalas pada tahun 1257 Masehi. Di sisi timu
Read more

Bab 4 (Leader Hilang Tertelan Jurang Berselimut Awan)

__________________________"Siapa di sana?!" Suara Fadly bertanya dengan lantang. Ia mengira itu adalah ulah pendaki lain yang usil. Sepi. Tak ada jawaban. Alit menarik bahu Fadly agar tidak mendekati tempat yang dikencingi Opik. "Nah, ini, makanya jangan pisah dari tim! Nggak mungkin saya bisa awasi kalian semua!" tegas Bang Ron dengan nada sedikit kesal.Diah dan Zahra segera membereskan peralatan memasak dan alat makan tanpa mencucinya terlebih dulu. Semua dimasukkan ke dalam carrier secara asal. Mereka bergegas untuk meninggalkan tempat itu."Ayo, kita jalan! Mata harus tetap awas dan kita harus saling jaga satu sama lain," tegas Bang Ron. Dalam perjalanan menuju jalur tebing, Bang Ron menasihati tim agar tidak meremehkan prosedur standar keamanan saat berada di alam bebas. "Ingat, kalianlah yang ingin agar kita cepat sampai. Jadi, tolong ikuti arahan. Ingat, pulang ke rumah masing-masing adalah tujuan kita sesungguhnya, bukan puncak Rinjani yang kemarin kalian taklukkan!""
Read more

Bab 5 (Dua Perempuan Yang Terancam)

Pertemuan Tim Bang Ron dan Tim Bang Ochi____________________________Bang Ron terjatuh.Teriakan tim ekspedisi memenuhi kawah Rinjani. Tak hanya suara riuh kepanikan yang terdengar magrib itu, tetapi ada suara lain yang ikut melengking keras. Seketika, mereka saling menatap kebingungan. Riuh suara misterius yang terdengar magrib itu, seakan mengabarkan bahwa ada sesuatu yang lain mengikuti mereka. Sandikala, waktu untuk makhluk dimensi lain berkeliaran."Apa itu?" tanya diah pada Zahra.Mata Zahra membeliak, lalu tiba-tiba lemas tak sadarkan diri. Nasib baik, tubuh Zahra dapat muat pada jalur berukuran tiga jengkal berbatas jurang. Badannya tertahan oleh tas carrier yang melekat di punggungnya.Refleks, tangan Diah meraih ujung carrier dan menahan tubuh Zahra yang mulai bergeser agar tak jatuh menyusul Bang Ron."Tahan, jangan sampai lepas!" teriak Alit melihat Diah menahan tubuh Zahra hampir menggantung di tebing.Sekuat tenaga Diah menahan tubuh itu, lalu menariknya hingga tak be
Read more

Bab 6 (Ternyata Mereka Bukan Manusia)

____________________________Hujan reda. Unyil bersedia menemani Jeko dan Opik turun ke pintu hutan."Udah siap, Bang?" tanya Unyil kepada Jeko sambil memeriksa cahaya headlamp yang akan ia pakai."Iya, Bang. Kami udah siap," jawab Jeko yakin. Setelah berdoa bersama, Unyil pun menuntun Jeko dan Opik turun ke pintu hutan. "Terus, kita harus bagaimana, Bang?" tanya Rendy pada Bang Ochi."Kita tetap di sini, tenaga kita pasti dibutuhkan saat evakuasi nanti," balas Bang Ochi.***Dalam perjalanan turun, Unyil memimpin dengan yakin. Suara burung hantu dan ayam hutan menemani perjalanan mereka. Padang rumput yang luas, dengan sabar mereka lewati walau serasa tak berujung."Sebenarnya, ini kali pertama juga saya mendaki lewat jalur selatan, Bang Jek, tapi jalurnya sudah diberi stringline sama tim kami," kata Unyil "Tapi, Abang ingat dan tahu, 'kan?" tanya Opik memastikan."Innsyaallah tahu." Unyil terus menuntun mereka melewati padang edelweiss hingga sampai di Pos 3 Cemara Rompes pada
Read more

Bab 7 (Gubuk di Hutan)

Unyil terbangun karena gigitan semut api pada kelopak matanya. Segera ia mengusap bagian wajah yang tergigit sambil sedikit meringis. Perlahan, gigitan itu tampak meninggalkan bekas berbentuk bulat dan tebal. Waktu menunjukkan pukul 07.14 WITA. Sinar mentari pagi menembus celah hutan tua dengan pepohonan tinggi menjulang. Warna kekuningan mulai meninggi membawa hangat menghidupkan.Di kejauhan, di bawah gunung sana, embun mulai terhangatkan, lalu menguap dan menjadikan bentangan alam terselimuti warna putih tipis. Di hadapan Unyil, abu sisa pembakaran kayu semalam masih terasa sedikit hangat. Asap tipis masih sedikit terlihat mengudara. "Ah, mungkin masih ada baranya, ni." Unyil mengangkat sebatang kayu yang masih sedikit berasap, lalu meniup ujung kayu yang tampak tertutup abu itu dengan napas panjang dan pelan. Ia harus segera membuat perapian untuk menghangatkan tubuh. "Pik, Bang Jek, udah jam tujuh lewat, nih. Bangun, biar cepet kita bisa sarapan, terus turun.""Mmh, eh, Bang
Read more

Bab 8 (Tulang Yang Rontok)

Pukul 06.00 WITA, mereka bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju pintu hutan setelah sebelumnya sarapan hanya dengan seduhan air gula aren.Karena penasaran, Unyil mencoba kembali ke gubuk tempat mereka bertemu orang asing semalam. Namun, apa yang ia lihat pagi itu benar-benar di luar nalar.Dipan tempat mereka duduk semalam lenyap tak berbekas dan tungku tempat Opik memasak juga sepertinya telah cukup lama tidak digunakan sebagai tempat perapian. Tak ada tanda-tanda pernah dipakai semalam."Loh, kok ... bukannya kita di sini semalam, Bang Nyil?" Opik keheranan sambil melihat sekeliling."Ayo, kita pergi, Pik. Kita pergi dari sini!"Mereka kembali memapah Jeko yang semakin tampak pucat. Kakinya mulai mengering, tetapi area sekitar luka semakin membengkak.Langkah demi langkah kecil, mereka susuri medan menurun dengan rintangan akar pepohonan menyulitkan langkah. Sesekali, kaki yang lemas dan menggantung itu terantuk, membuat Jeko meringis berkali-kali. Dengan sabar, mereka be
Read more

Bab 9 (Tidur di Tebing)

Tubuh Bang Ron beberapa kali menghantam tebing cadas. Tubuh tak berdaya itu meluncur deras di atas tanah miring, lalu jatuh kembali dan hilang tertelan jurang jalur selatan yang mulai tersamar remang magrib berselimut kabut. Semua terjadi begitu cepat.Alit segera melepas carrier yang menempel di punggungnya, lalu mencoba menuruni tebing dengan hati-hati. Di belakangnya, Ibnu dan Fadly membuntuti."Hati-hati, awas kalian terpeleset!" kata Alit mengingatkan sambil mencari pijakan yang aman dari batuan lepas."Lit, kalau kita turun, Diah sama Zahra, gimana? Mereka masih di atas sana." Fadly tampak khawatir dengan kondisi dua teman perempuannya itu."Sepertinya, mereka aman di atas. Udah, biarin aja mereka nunggu di sana sementara, daripada bahaya kalau ikut. Diah sama Zahra kayaknya tau harus ngapain," jawab Ibnu mengira-ngira.Gelap semakin mengambil alih situasi. Perjalanan menuju dasar jurang bisa memakan waktu hingga dua jam. Namun, dalam kondisi gelap dan medan yang belum dikuasai,
Read more

Bab 10 (Tubuh Bang Ron)

Ilalang dan rumput liar masih merunduk, di ujungnya tampak bulir air menggantung memantulkan cahaya matahari. Tebing cadas yang tadinya terasa dingin saat tersentuh, kini mulai terhangatkan, lalu tampak berasap karena basah semalam mulai menguap."Teman-teman, kita tunggu matahari meninggi dulu, baru kita turun. Sekarang tebing dan jalur pasti masih licin karena hujan semalam. Kita jangan ambil resiko." Alit sebagai orang yang lebih tua mengambil alih posisi tim leader. Kini, ia bertanggung jawab atas teman-temannya.Sesaat sebelum beranjak menuruni tebing, tiba-tiba Zahra terdiam. Ia merasakan pusing saat pandangannya menghadap langsung ke arah kedalaman kawah gunung. Ia tertunduk dengan kedua tangan memegang lutut."Ra, kamu nggak apa-apa, 'kan?" tanya Diah memastikan keadaan Zahra yang masih tampak pucat."Saya pusing, Mbak!" Zahra duduk dan menyandarkan tubuhnya pada tebing. Wajahnya memerah karena hendak muntah."Pegangin, pegangin! Mungkin dia kena AMS. Kita harus cepat turun!"
Read more
DMCA.com Protection Status