All Chapters of KUKU BU SAPTO: Chapter 181 - Chapter 190

300 Chapters

PENUH TANYA

Yumna masih menarik napas berulang-ulang. Dia masih syok dengan setiap cerita dari Mariana. Kepalanya pun terasa ikut nyut-nyut."Kalau yang aku makan tadi hidangan buat tumbal gimana, Mar?""Aku juga enggak tau, Mbak.""Terus, yang dimaksud Naning tadi kalau dia sudah menikah. Gimana itu?""Setauku, dia enggak pernah menikah Mbak. Aku enggak pernah lihat siapa suaminya. Cuman--"Mariana terdiam beberapa detik. Lalu menraik tangan Yumna agar duduk di lantai didekatnya."Cuman apa?"Suara mereka masih berbisik."Setiap malam aku mendengar suara aneh dari kamar Bulek.""Suara aneh? Seperti apa Mar?""Aku juga enggak paham, Mbak. Suara seperti mendesah dan mengerang. Seperti kesakitan ... ehhhm, tapi kayak bukan sedang kesakitan. Aku juga enggak tahu, Mbak Yum.""Seperti orang lagi berhubungan?""Aku enggak pernah tahu orang yang berhubungan, Mbak.""Ya, laki-laki sama perempuan, Mar."Gad
Read more

KAMAR ANEH

Terdengar suara petir yang menggelegar. Angin di luar tampak bertiup sangat kencang. Yumna langsung mengintip di jendela."Kayaknya mau hujan ini, Mar. Wahhh aku harus buru-buru pulang.""Tidurlah di sini, Mbak. Sesekali menemani aku."Saat melihat wajah Mariana penuh harap dia merasa tidak tega."Belum tentu boleh sama Bulek kamu, Mar. Lagian kasihan Mariyati sendirian."Tampak Yumna berjalan menuju pintu kamar."Mbak Yum mau ke mana?""Ke kamar mandi dulu. Aku mau sholat dhuhur. Pasti kan sudah masuk ya?""Di sini jauh dari masjid Mbak. Karena Bulek enggak suka kalau mendengar suara adzan.""Ohhh.""Mbak Yum, kamar mandinya di kanan tangga. Dekat kamar Bulek.""Kamar pengantin?""Iya, Mbak Yum."Sejenak Yumna terdiam di tempat dia berdiri. Mengambil napas panjang. Lalu melangkah ke luar kamar.Rumah mewah ini terlihat cukup gelap karena mendung. Dia mencari saklar lampu untuk penerang
Read more

KURSI GOYANG

Dia menghela napas panjang berulang-ulang. Hingga memutuskan untuk masuk kamar itu. Yumna memberanikan diri menjejakkan ujung kakinya. Memasuki lantai kamar yang gelap.Saat kedua kakinya sudah berada di dalam kamar. Pintu perlahan tertutup kembali tanpa dia sadari."Apa tadi yang aku lihat ya?"Yumna mulai melayangkan pandangannya pada seisi kamar. Sinar mentari yang terhalang mendung. Cukup memberikan cahaya walau tetap saja terlihat gelap bagi Yumna."Ohhh, ternyata kursi ini. Aku tadi ngelihatnya kayak goyang-goyang. Aneh juga ruangan ini.Enggak ada kasur, lemari atau meja. Malah cuman ada kursi goyang."Merasa tak ada yang menarik. Yumna pun berniat keluar dari kamar itu. Namun baru beberapa langkah dia berjalan.Dug dug dug!Segera Yumna menghentikan langkahnya."Suara apa itu?"Dia langsung berbalik. Tak terlihat apa pun di sana. Hanya sebuah kursi goyang yang tak bergerak sama sekali."Apa aku tadi s
Read more

APA HUBUNGAN MEREKA (?)

Sejenak Yumna menarik napas dan membuangnya perlahan. Lalu mengulangi lagi. Sampai dia benar-benar bisa rileks.Tatap mata Raisa, Delon dan Hamaz tak lepas darinya.  Dan mereka tak ingin memaksa agar wanita ini melanjutkan lagi cerita tentang perjalanan dari rumah Naning. Seperti ada masa lalu yang ingin dia lupakan.Dari waut wajah yang teganng. Mereka bertiga bisa menangkap, bahwa kehidupannya dulu pasti penuh penderitaan. Bukan secara materi. Namun, terlebih pada pertentangan hati.Delon mengerling pada Raisa. Memberi tanda agar gadis itu menyodorkan air putih untuk diminum. Raisa mengangguk."Mbok Yum, minum dulu!"Wanita tua itu menyambut gelas dari Raisa. Tampak tangannya bergetar hebat. Gerakan Raisa yang cepat ikut membantu wanita tua itu."Makasih, Nak." "Iya, Mbok.""Waktu itu, aku enggak habis pikir. Kenapa banyak kejadian aneh yang menimpa aku? Padahal waktu di rumah Naning enggak terlalu lama.""A
Read more

MISTERI NANING

Yumna menghentikan langkahnya. Lalu menoleh pada Mariana."Ada apa?""Aku meletakkan surat yang aku bungkus dengan plastik hitam. Biar enggak ketahuan kalau itu sebuah surat, Mbak.""Buat, Mariyati?""I-iya. Tolong sampaikan surat itu padanya. Penting!""Kamu taruh di mana?""Di dalam tas, Mbak."Naik, Mar., Nanti aku akan sampaikan."Dia mengambil mukena yang ditaruhnya dalam tas. Lalu menggelar sajadah. Bersamaan waktu itu. Petir terus menyambar dan menggelegar. Hujan angin pun mulai menyertai."Allahu Akbar!"Di saat rakaat pertama. Yumna seperti mendengar suara seseorang yang menjerit keras, ditelinganya. Namun diabaikan."Allahu Akbar!"Tiba-tiba ....Bruaaakkk!Pintu kamar Mariana telah terbuka lebar. Tampak Naning telah berdiri di ambang pintu dengan muka yang berusngut-sungut. Tanpa banyak bicara. Naning menarik sajadah Yumna, dan melempar ke luar jendela.Serta dia mendo
Read more

KEMARAHAN MARIMAN

"Setiap tahun. Pasti ada buruhnya yang meninggal. Setahun butuh tumbal dua orang.""Haaaaa?!"Yumna terbelalak. Apa yang ada dalam pikirannya menjadi kenyataan."Ja-jadi, Mbak Nnaing pesugihan?""Kata orang-orang seperti itu, Mbak. Makanya dia bisa kaya. Suaminya pun kita enggak pernah tahu yang mana. Karena ngakunya sudah bersuami.""Haaaaa ...!"Yumana semakin terperanjat dengan cerita ini."Yang kasihan itu, anak gadisnya. Kayak enggak boleh main keluar. Dia selalu berdiri termenung di depan jendela atas. Sebelumnya, gadis itu enggak pernah melakukannya. Sekitar beberapa bulan terakhir ini aja. Seperti orang tertekan.""Marianaaa!" desis Yumna. Kesedihan dalam hatinya tak mampu terbendung lagi."Sampean tahu, bagaimana cara dia memberi umpan pada tumbalnya?"Yumna menggeleng."Dia selalu suka memberikan makanan pada beberapa orang. Kalau istilah orang sini itu mbesang. Atau memberi umpan."
Read more

BUNGA YANG HILANG

Tubuh Yumna sampai terhuyung ke belakang. Dia meringis kesakitan. Sembari memegang pipi yang memerah bekas tamparan.Di saat yang bersamaan. Saat tangan Mariman melayang pada wajah Yumna. Mariyati berteriak kencang."Bapaaaak!"Sedangkan Yumna masih sibuk dengan pikirannya sendiri.'Dari mana dia tahu? Apa Mbak Naning yang memberikan kabar padanya?'"Kau masih saja mau mengelak Yum?" bentak Mariman.Yumna hanya mampu membalas pandangan lelaki yang terlihat marah besar padanya. Tanpa Yumna ingin mengucapkan sepatah kata. Walau hanya mengerang. Dia ingin menunjukkan pada Mariman bahwa dirinya tak takut sama sekali."Sepertinya kau benar-benar ingin menantang aku!"Saat Mariman ingin melayangkan tamparan yang kedua. Mariyati sudah berlari ke arah. Dia memeluk sang Bapak, dengan terus berteriak."Pak! Aku mohon jangan memukul Mbak Yum lagi. Kalau Bapak ingin mukul, nih pipi aku. Bapak bisa tampar sepuasnya!" sergah
Read more

YUMNA SAKIT

"Hilang?" ulang Mariyati."Iya. Kamu bisa lihat kembang yang tadi ada di sini, tiba-tiba hilang. Aneh kan?""Bener, Mbak. Kembang-kembang yang tadi enggak ada di sini," bisik Mariyati.Yumna segera menarik tangan Mariyati, agar segera meninggalkan tempat itu. "Ayo cepetan ambil makanan yang ada di meja!" seru Yumna.Mereka hanya membawa mangkok, sendok, air putih, termos dan beberapa mis instan. Buru-buru pergi ke kamar."Kamu seharian apa enggak makan?" "Enggak, Mbak.""Enggak beli juga?"Mariyati menggeleng."Hemmm, kamu sama kayak Mariana. Sukanya hanya di kamar aja."Tampak Yumna mulai merebus menggunakan heating. Hanya itu yang bisa mereka lakukan. Baik Yumna atau Mariyati tak mau berurusan dengan sosok makhluk penghuni kamar. "Mbak, kok bisa kembang tadi menghilang ya?""Entahlah, Mar. Ada satu hal yang bikin aku bingung."Kali ini, Mariyati menghentikan
Read more

SURAT MARIANA

"Sejak aku dari rumah Naning. Jadi, sakit-sakitan. Mariyati juga sangat khawatir sama aku.""Memangnya Mbok Yumna, kenapa? Apa karena suguhan yang diberikan Bu Naning itu, Mbok?" Kali ini, Raisa langsung mengeluarkan semua tanya yang sedari tadi dia simpan."Iya, Nak. Aku ternyata menjadi target tumbal dia. Dia memakai pesugihan juga.""Tapi, dari mana Mbok Yumna, bisa tau?" tanya Delon penasaran.Tanpa menjawab. Wanita tua itu, beranjak dari tempat dia duduk. Berjalan menuju kamar.Delon, Raisa dan Hamaz saling berpandangan. Merasa aneh, kenapa dia langsung menuju kamar."Mungkin ada yang ingin dia tunjukkan sama kita.""Iya, Mas. Aku sepemikiran denagn Mas Hamaz," cetus Raisa.Tak lama wanita itu, telah kembali duduk bersama mereka. Meletakkan sesuatu di atas meja. Seperti sebuah surat."Surat?" Hampir bersamaan Delon, Raisa, dan Hamaz mengucapkannya."Iya. Kalian baca. Sambil aku menceritakan bagaimana aku bisa
Read more

SURAT YANG ANEH

"Haaahhh? Ja-jadi, aku emang dijadikan tumbal sama Naning? Dan, dia menikah sama Bapak? Tapi, kapan?" Yumna semakin terperanjat saat membaca surat itu. Buru-buru dia memasukkan ke dalam tas kecilnya. "Aku harus segera pergi dari rumah ini!" Sebelum dia pergi. Yumna sempat menuliskan surat. Untuk Mariyati. * Mariyati, kalau kamu membaca surat ini. Berarti aku sudah pergi jauh. Aku mencari seseorang yang bisa melenyapkan tumbal yang ditujukan buat aku, Mar. Jaga diri kalian baik-baik. Sampai kapan pun aku sangat menyayangi kalian. _Yumna_ * Kemudian, wanita itu melipat kertas dan meletakkan di atas bantal. Sengaja Yumna membawa surat dari Mariana. sebagai kenang-kenangan untuknya. Di dalam tas masih tersisa sedikit uang, bekas perjalanan kemarin. Yumna pun nekat untuk pergi. Tanpa menunggu Mariyati datang. Namun entah mengapa perasaannya begitu berat pada Mariana, dari pada Mariyati. Dia sendiri tak tahu a
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
30
DMCA.com Protection Status