All Chapters of KUKU BU SAPTO: Chapter 161 - Chapter 170

300 Chapters

SOSOK MARIMAN DI CERMIN

Tampak wajah tua itu, tengah menahan kesedihannya. Dia meremas kuat pinggiran baju itu dan mendekapnya."Hanya ada darah! Tapi enggak ada luka sama sekali di badannya Bu Marsinah. Menurut kalian, apa itu semua masuk akal?""Memang enggak masuk akal sih Mbok. Apalagi kalau sampai enggak ada luka. Terus Pak Mariman saat itu bagaimana Mbok sikapnya?"Kembali pandangan matanya menrawang jauh. Ingatannya seperti terbang melayang beberapa puluh tahun lalu. Ke rumah itu lagi._Rumah Mariman_Terdengar teriakan yang tersamarkan di balik derasanya hujan. Apalagi petir di saat malam itu terus menyambar."Aku akan lindungi Ibu!""Aku akan lingungi Ibu!""Aku akan lindungi Ibu!""Mariyati, ingat perkataan Ibu. Jangan lupakan Allah. Hanya dia sebaik-baiknya penolong. Dekatkan dirimu hanya pada penjagaanNya saja. Bukan pada makhluk. Apalagi pada Bapakmu dan cara-cara setan yang dia pakai!"Bersamaan dengan kalimat Marsinah bera
Read more

KEBENCIAN MARIYATI

Lompatan itu sia-sia. Tak membuahkan hasil. Gadis itu tak bisa menangkap Mariman."Ke mana dia?"Yumna menunjuk ke arah cermin."D-dia masih ada. Dia masih ada, Mariyati. Coba kau lihat di cermin itu!"Saat gadis itu menoleh. Apa yang dilihat oleh Yumna ternyata benar. Sosok Mariman masih saja berjalan pelan menuju ibunya."Bapak! Apa yang mau kamu lakukan sama Ibu?!" teriak Mariyati mendengkus keras. Kembali dia berteriak,"Bapaaaak! Di mana pun Bapak berada, Mariyati enggak akan pernah memaafkan Bapak kalau sampai sesuatu terjadi pada Ibu!" teriak Mariyati menggelegar.Tiba-tiba ...."Aaaahhh! Sakiiit ... dada aku sakit sekali."Mendengar Marsinah yang kesakitan. Yumna langsung memeluknya. Dia mencaoba menghalangi apa saja yang mencoba untuk menyakiti wanita yang berada di sampingnya."Dia pasti membunuh aku, Yum. Tolong kamu jaga anakku. Dua-duanya kamu jaga. Sampaikan semua pada Mariana juga, Yum.""Pas
Read more

KEMATIAN MARSINAH

"Apa-apaan kamu Mariyati?""Bapak enggak pantas memegang jasad Ibu!""Apa maksud kamu, Mar?"Mariyati membentangkan tangannya lebar. Berniat menghalangi Mariman untuk menyentuh Marsinah."Sebaiknya Bapak pergi sana! Jangan menyentuh jasad Ibuku!""Kenapa kau terus berteriak seperti ini?""Bapak ini pura-pura enggak tau? Jawab aku, Pak! Jawaaab!!!"Plaaakkk!Mariman yang hilang kesabarannya menampar keras Mariyati yang langsung tersungkur. Dari kedua sudut bibirnya. Menetes darah segar."Ohhh, jadi Bapak juga ingin bunuh aku? Bunuh saja Pak! Bunuh!""Diaaaaaaaammmm!!!" teriak Mariman sudah tak tahan mendengar Mariyati yang terus berkoar-koar. Raut wajah Mariman menegang. Dia mulai kalang kabut. Saat menyadari tubuh sang istri yang pebuh darah."Kenapa kalian diam saja? Ini banyak darah. Kenapa kalian diam?!" sentak Mariman.Tanpa pedulikan lagi Mariyati. Dia langsung menggendong jasad Mar
Read more

MERINDING

Satu hari berlalu, sejak kematian Marsinah. Mariyati yang selalu ditemani oleh Yumna. Semakin membenci sang Bapak. Mariman sampai harus bersusah payah menjelaskan semua. Bahwa dia tak melakukan apa pun pada Marsinah."Enggak mungkin aku membunuh Ibu kamu!"Namun, Marioyati mengabaikannya. Dia hanya terdiam dengan posisi duduk di atas kasur. Kedua kakinya ditekuk hingga menyentuh dada. Dan memeluk erat lututnya."Mana mungkin Bapak ini membunuh Ibu kamu, Mar?!""Bapak tanyakan pada nurani Bapak. Itu pun kalau masih ada," ucapnya lirih."Kamu benar-benar kurang ajar. Keterlaluan kamu sama Bapak."Lalu Mariyati melepas kedua tangan yang sedang memeluk kedua lutut. Menatap tajam ke arah Mariman yang masih berdiri di ambang pintu."Aku dan Mbak Yumna, ngelihat sendiri Bapak berjalan bawa pisau kecil. Sambil diacungkan ke arah Ibu. Kami bertiga ngelihat sendiri Pak. Bahkan Ibu juga ngelihat Bapak. Dari cermin itu kami bisa melihat semuanya.
Read more

PEMBUNUH ITU BUKAN MARIMAN (?)

Mariyati yang ketakutan hanya bisa manggut-manggut."Mbak!"Yumna kembali menoleh padanya."Aku ... merasa seperti ada orang lain bersama kita," bisik Mariyati."Ma-maksud kamu?" Dengan terbata Yumna bertanya. Jantung mereka kian berdegup kencang. Hingga Yumna atau pun Mariyati merasa sulit untuk bernapas. Sedang aroma busuk itu semakin menebar dan menusuk rongga hidunga mereka berdua."Kita balik kamar sekarang Mariyati!""Ta-tapi, Mbak.""Apalagi?"Suara mereka masih terdengar saling berbisik."Seperti ada sesuatu di leher belakang aku," ucap Mariyati dengan mata yang membulat.Saat itu juga. Yumna tahu bahwa semua ini akan semakin buruk. Saat Mariyati mengatakan dengan tegang dan ketakutan. Wajah dan tubuh Yumna bagai tersapu angin dingin. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang tak wajar, terjadi detik ini."Mbaaak ...!" bisik Mariyati yang mengejutkan Yumna."Ayo, kita pergi sekarang!"
Read more

KETUKAN DI PINTU KAMAR

Dari raut wajah yang ditunjukkan Mariyati terlihat dia bingung dan resah. Lalu Yumna ikut duduk di sebelahnya. "Yang dilakoni sama Bapak ini ilmu hitam Mar. Semua itu bisa saja terjadi. Apalagi di rumah ini sering sekali terjadi kejadian aneh. Iya 'kan?" "Jadi kalau bukan Bapak pelakunya, dia?" Sebuah pertanyaan yang snagat sulit dijawab oleh Yumna saat itu. "Aku juga enggak tau, Mar. Aku cuman main dengan akal logika aku aja. Karena Bapak 'kan enggak terlihat. Kita hanya bisa melihat dari cermin. Betul enggak?" "Iya. Tapi, Mbak. Biar pun gitu, Bapak pasti tau hal ini terjadi. Enggak mungkin Bapak enggak tau. Wajah Bapak saat menikam Ibu itu, begitu menikmati Mbak. Hal ini enggak bakalan bisa aku lupakan seumur hidupku!" Mariyati masih bersikukuh, bila pembunuh sang ibu adalah Mariman. Baginya apa yang terlihat dalam pecahan kaca dalam genggaman tangannya. Adalah kebenaran. Tak ada yang bisa mengubah pemikiran Mariyati kala itu, termas
Read more

KE MANA MARIYATI (?)

Suara ketukan itu, kembali berulang. Semakin lama semakin keras. Dan kini bukan lagi seperti sebuah ketukan. Akan tetapi seperti seseorang yang menggedor pintu.Dug dug dug!"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Mariyati sambil menangis."Merapatlah. Kita diam saja di sini Mar. Aku juga takut.""Mbaaaak!""Hussst!Hanya terdengar deru napas mereka yang memburu. Ditengah isak tangis keduanya. Saat semuanya hening dan sunyi. Tiba-tiba ...."Maaaar ... Mariyatiii!"Keduanya langsung terbelalak dan berpandangan."Seperti suara Ibu, Mbak?""I-iya, Mar. Tapi, ingat! Ibu sudah meninggal 'kan?"Mariyati mengangguk. Namun terlihat dia sangat ingin tahu. Suara siapa di balik pintu itu."Kamu jangan sampai kepikiran untuk membuka pintunya!" seru Yumna dengan raut wajah tegang dan serius."Iya, Mbak. Tapi, suara itu persis Ibu, Mbak.""Enggak mungkin Ibu hidup lagi Mariyati."Tok
Read more

KAMAR BELAKANG

"Aku harus bisa merebut kembali Mariyati. Kalau tidak aku pasti sangat bersalah pada Bu Marsinah."Kini dia berdiri tepat di depan pintu. Hanya berjarak sejengkal. Degup jantungnya semakin berdetak kencang. Peluh membasahi wajah dan tubuhnya yang kian bergetar hebat.Dia membuang semua rasa ketakutannya. Dalam hati Yumna saat ini. Dia harus bisa menolong Mariyati. Apa pun resiko yang akan dia hadapi.Tok tok tok!Yumna terus menahan napas. Dia sudah pasrah atas apa yang nanti akan menimpa dirinya. Dia memberanikan hatidan pikiran. Dia mengulang mengetuk pintu dengan lirih. Sekian detik berlalu, tak ada yang terjadi. Pintu kamar itu tetap tertutup."Maaar ... Mariyati. Apa kamu di dalam sana, Mar?"Hening dan sunyi. Tak terdengar suara apa pun juga. Yumna semakin ketakutan. Dia semakin kalut. Tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan."A-aku harus bilang pada tetangga. Aku harus minta bantuan mereka."Segera Yumna be
Read more

YUMNA TERJEBAK

Langkahnya semakin bergerak maju, perlahan. Dia pun merasakan bila telapak kakinya menginjak kumpulan debu yang sangat tebal. Hingga dia mendengar suara yang aneh. Seperti suara yang bergesekan di lantai."Su-suara apa itu?" Dia masih terhenti di depan kamar yang terbuka. Pandangannya pun berpendar. Mencari tahu apa yang ada di sekitar ruangan ini.Semakin lama suara yang terdengar bergesekan dengan lantai terdengar nyata. Membuat Yumna  waspada. Dia mundur dua langkah.Sesaat aroma anyir tercium di rongga hidungnya. Seiringan dengan suara aneh yang terdengar. Seperti sesuatu yang diseret pelan-pelan. Sampai suara yang dia kenal memanggilnya.“Mbaaaak  Yumnaaa!” Sontak bulu kuduknya semakin tegak berdiri. Dia sudah tak bisa merasakan apa-apa lagi. Selain keinginan menemukan Mariyati.“Mariyati … kah?”“Kemarilah,  Mbak Yumna!”Suaranya terdengar menden
Read more

TAK BERDAYA

Terdengar suara Mariyati yang terus memanggilnya. Dari arah luar kamar. Membuat Yumna terhenyak. "Mar ... tolong aku!" Suranyabya terdengar lemah. Yumna terduduk dengan kedua lutut yang dia tekuk. Lalu memeluk erat, hingga punggungnya menempel dinding. Yumna bisa melihat sorot mata yang merah menyala. Sosok itu bergerak mendekatinya. Dan tanpa dia sadari. Kedua ujung kakinya telah ditarik paksa oleh Mariman. Sontak Yumna berteriak kencang. Namun, sangat malang. Suaranya bagai tercekat di tenggorokan yang kering. Buuugh! Tubuh dan kepalanya menghantam lantai keramik. Membentur keras. Sampai Yumna berasa ingin muntah. Dia merasakan kegelapan di sekelilingnya saat ini. Langit kamar yang dia lihat tak tampak jelas. "Eeerghhh! Sakiiit," ucapnya lirih. Lalu, entah bagaimana. Dan siapa yang melakukannya. Tubuhnya kembali terlempar ke dinding kamar. "Aaaarghhh!" Yumna berteriak keras. Tubuhnya tersungkur kesakitan. Dara
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
30
DMCA.com Protection Status