Semua Bab Pengantin Tuan Haidar: Bab 441 - Bab 450

606 Bab

Bab 440. Banjir, Bee ( khusus 21+ )

Haidar membuka ritsleting celana Andin, lalu melucutinya hingga terlepas dari kaki bidadari mesumnya. Lidah suaminya menyapu ujung kaki hingga pangkal paha istrinya dengan lembut.Andin meliukkan tubuh montoknya saat kulitnya bersentuhan dengan benda lembut sang suami. Terasa seperti sengatan yang memabukkan saat lidah itu menyapu daerah di antara kedua pahanya walau masih terbungkus segitiga hitam.Haidar merayap di atas tubuh Andin. Tangannya mulai membuka kancing blus berwarna putih itu satu persatu. Kemudian, ia mengangkat tubuh istrinya untuk mempermudahnya melepas baju itu.Tenggorokannya terasa kering, hingga ia kesulitan menelan ludahnya saat melihat tubuh molek sang istri. Padahal ini bukan pertama kalinya ia melihat keindahan tubuh ibu dari anak-anaknya.Tidak ada lagi kesabaran dalam dirinya. Hasratnya sudah menggebu. Gejolak kenikmatan di tubuhnya membuat napas Haidar memburu. Di setiap jengkal tubuh sang istri sudah menjadi candu baginya.&nbs
Baca selengkapnya

Bab 441. Aura Kebahagiaan

Sinar mentari pagi yang masuk melalui celah gorden mengusik tidur Haidar. Ia memiringkan tubuhnya ke kiri hendak memeluk sang istri, tapi tempat tidur di sampingnya itu sudah kosong.Haidar membuka matanya, lalu terduduk. "Bee, kamu di mana?" teriak Haidar memanggil istrinya.Tidak sahutan dari siapa pun. Saat Haidar hendak turun dari tempat tidur. Ia melihat ada tumpukan bunga mawar berbentuk hati di bantal sang istri. Di atasnya ada secarik kertas berwarna putih.Boo, aku kembali ke Bandung. Sampai bertemu di sana, suamiku. Terima kasih untuk malam yang romantis semalam. Kamu lelakiku yang perkasa, aku sangat mencintaimu. Begitulah isi surat yang ditulis Andin, beserta cap bibir berwarna merah di bagian bawah.Haidar tersenyum-senyum membaca tulisan sang istri. Ia sangat bahagia mendapat surat cinta dari Andin."Dua hari lagi kita bertemu, Bee, aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu denganmu," ucap Haidar sambil terus menyunggingkan senyumnya
Baca selengkapnya

Bab 442. Resepsi Pernikahan

Sudah dua hari berlalu, Haidar hidup sendiri tanpa anak dan istrinya. Ini lah saat nya ia bertemu dengan keluarga kecilnya.Haidar datang ke kantor pagi-pagi sekali karena sore hari harus pergi ke Bandung untuk menghadiri acara resepsi pernikahan rekan bisnisnya.Namun, saat pintu ruang kerja sang CEO dibuka, ternyata sudah ada yang lebih dulu berada di ruang kerjanya. Dia adalah Baron, sang asistennya sendiri."Baron, kenapa kamu masuk kantor? Bagaimana keadaan istrimu?" tanya Haidar saat masuk ke ruangannya ternyata Baron sudah ada di dalam ruangan itu dengan beberapa berkas di meja yang ada di depannya.Baron menoleh pada sumber suara. "Sudah membaik, Tuan," jawab Baron, "Saya harus mencari pengganti untuk Tari, mungkin dia baru bisa masuk lagi setelah dua sampai tiga bulan, sampai lukanya benar-benar sembuh," jelasnya."Tidak apa-apa, fokus saja pada kesembuhannya," jawab Haidar, lalu duduk berhadapan dengan Baron."Apa ada syarat khusus
Baca selengkapnya

Bab 443. Arum Cempaka Sari

Andin melepas rangkulan tangannya pada mempelai pengantin wanita, lalu menghampiri suaminya. 'Dia masih ingat nggak ya sama cempaka?' batin Andin.Itulah yang ada di pikiran Andin saat melihat suaminya di pesta yang sama dengannya. Pesta pernikahan wanita yang pernah menggoda sang suami atas suruhannya.Haidar melingkarkan tangannya di pinggang sang istri. "Jadi, pengantin Tuan Lexi itu sahabatmu?" tanya Haidar pada istrinya yang hanya dijawab dengan senyuman oleh istrinya."Aku pikir sahabatmu cuma Sisil?" kata Haidar, "Apa aku sudah pernah bertemu dengannya sebelum ini?" "Sepertinya belum," jawab Andin berbohong.Sekali saja berbohong, kita akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan kita sebelumnya.Haidar pun memerhatikan sahabat istrinya, ia mengenali mata indah itu, tapi ia tidak mengingatnya kapan ia pernah melihatnya.'Arum sangat berbeda malam ini, nggak mungkin juga suamiku masih mengenalinya,' ucap Andin dalam hati
Baca selengkapnya

Bab 444. Butuh Penjelasan

Andin melirik Haidar yang duduk di sampingnya tanpa berbicara satu patah kata pun. Ibu dua anak itu sesekali melirik suaminya yang terlihat sangat marah.Di sepanjang perjalanan menuju rumah, baik Andin ataupun Haidar sama-sama diam.'Gimana cara ngejelasinnya?' Andin bertanya-tanya dalam hatinya. Ia sedang memikirkan bagaimana cara memulai pembicaraan dengan laki-laki yang sedang marah itu.Sementara Haidar sedang menunggu penjelasan dari sang istri. Ia sungguh kecewa pada sang istri karena meragukannya.Sampai mobil mewah itu berhenti di depan rumah neneknya, Andin belum juga menjelaskan apa pun."Boo, kita mandi dulu ya! Nanti aku jelasin semuanya." Haidar merangkulkan tangannya di lengan kekar sang suami, tapi Haidar tidak merespons sedikit pun."Kok kalian bisa barengan?" tanya sang Bunda pada anak dan menantunya saat berpapasan di bawah tangga."Iya, Bun. Kebetulan suami dari sahabat Andin rekan bisnis saya," jawab Haidar dengan
Baca selengkapnya

Bab 445. Aku Tidak Mau Dimadu!

Andin kembali ke kamarnya setelah kenyang makan mie rebus. Ia membuka pintu perlahan, melongok ke dalam kamar untuk mengintip suaminya. "Ternyata dia belum tidur. Dia tambah marah nggak ya, aku tinggalin lama," gumam Andin pelan.  Kemudian, wanita cantik itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, ia berjalan mengendap-endap, padahal Haidar belum tertidur. Andin naik ke tempat tidur, mendekati suaminya. "Boo, maaf ya lama, aku abis makan mie rebus dulu, biar nggak gemeteran lihat singaku marah," ucap Andin yang tak dihiraukan suaminya. "Ternyata aku gemetaran karena belum makan," ucapnya sambil menyeringai. Haidar masih menatap layar ponselnya dengan wajah yang sulit ditebak. "Boo ... hmm ... itu ...." Andin menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan sebelum mulai menjelaskan semuanya kepada sang suami. "Aku yang menyuruh Baron untuk menjadikan Cempaka sebagai sekretarismu untuk sementara. Kamu jangan marahi Baron
Baca selengkapnya

Bab 446. Kamu Jahat, Boo!

"Boo, kamu udah tidur?" Andin melongok untuk melihat wajah suaminya, ternyata ia sudah tertidur. "Kamu jahat banget sih." Andin menyeka air matanya, lalu merebahkan tubuhnya di samping sang suami. "Aku tidur aja lah." Perutnya yang terasa kenyang membuat ia begitu mengantuk. "Besok kita harus bicara, sekarang aku tidur dulu," ucapnya sambil menguap.Ia terlihat sudah sangat mengantuk, akhirnya ibu muda itu pun memejamkan matanya, melupakan masalahnya sejenak.Terdengar dengkuran halus beberapa menit kemudian, menandakan wanita cantik itu sudah tertidur pulas. Andin gampang sekali tertidur kalau perutnya sudah terasa kenyang.Haidar memiringkan tubuhnya menghadap sang suami, ia menatap wajah cantik istrinya sambil membelai dengan lembut."Aku sangat mencintaimu, Bee," ucapnya, lalu mencium kening istrinya dengan penuh cinta. "Aku nggak akan menduakan cintamu." Laki-laki yang mempunyai brewok tipis itu terus menatap istrinya yang s
Baca selengkapnya

Bab 447. Aku Sangat Mencintaimu, Bee

Bunda Anin mengetuk pintu kamar anaknya sambil membawa sepiring nasi beserta lauknya karena sejak pagi Andin belum makan apa pun.Tidak ada sahutan dari dalam, sang bunda pun mencoba memutar kenop pintu dan mendorong daun pintu itu perlahan. Ternyata tidak dikuncinya.Ia berjalan mendekati sang anak yang masih berada di tempat tidur. Melihat bundanya datang, Andin bangun dan terduduk.“Din, kamu kenapa? Kamu sakit?” tanya sang bunda sambil meraba kening anaknya. “Kenapa muka kamu sembab gitu? Kamu nangisin apa?”Sang bunda menaruh nampan berisi makanan itu di atas nakas. Lalu, duduk di samping sang anak yang sedang duduk sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.Andin langsung memeluk bundanya, “Bun, suamiku mau menikah lagi,” kata Andin sambil terisak, “Aku tadi melihat dia lari pagi bersama wanita lain.”“Lari pagi?” tanya sang bunda sambil melepas pelukannya. &l
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 1. Nikmatnya Calon Kakak Ipar ( khusus 21+ )

"Oouh ... sakit, Mas." Desahan diiringi rintihan gadis bernama Anisa yang sedang melakukan malam pertamanya walau mereka belum menikah.Ia terkena bujuk rayu laki-laki yang mirip dengan kekasihnya untuk melakukan hubungan terlarang di luar pernikahan. Bukan hanya sekedar mirip, tapi mereka serupa walau tak sama."Tahan, Sayang! Lama-lama kamu juga akan menikmatinya," sahut Bara yang terus menghentakkan pinggulnya memasuki lubang rahasia kekasih saudara kembarnya."Mas ... Ouhh ...." Anisa kembali meliuk-liukkan tubuhnya saat Bara meremas buah kenyal yang belum terjamah siapa pun.'Kamu nikmat sekali calon kakak ipar,' ucap Bara di dalam hati sambil terus menggerakkan pinggulnya dengan cepat, walau gadis di bawah kungkungannya merintih kesakitan. "Liangmu begitu menggigit, ini sangat nikmat. Kamu legit sekali, Anisa.Bara membungkam bibir gadis polos itu supaya ia melupakan rasa perih di pusat intinya. Sekujur tubuh Anisa tidak lepas dari sapuan lid
Baca selengkapnya

( S2 ) Bab 2. Masih Bersegel

"Mas Gara, apa minggu depan kita jadi menemui orang tuamu?" tanya Gadis manis yang sedang memeluk tubuh laki-laki yang baru saja menikmati keperawanannya. 'Abang sudah seserius ini dengan Anisa, bagaimana caranya aku mengatakan semua ini,' ucap Bara dalam hatinya. "Mas Gara kenapa diam saja? Aku mau melakukan hubungan ini karena aku yakin kamu laki-laki yang bertanggung jawab," kata Anisa lagi. "Tentu saja kita akan menemui keluargaku. Kamu tenang saja ya, aku akan bertanggung jawab," balas Bara, lalu mencium kening gadis itu dengan mesra. "Kamu nggak usah pulang ya, menginap saja di sini!" titah Bara pada kekasih abangnya. "Nanti malam kita akan melakukannya lagi. Kali ini aku yakin kamu pasti nggak akan merasakan sakit lagi," kata laki-laki yang mendapat predikat playboy tampan. "Mas Gara ... aku malu." Anisa membenamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki yang masih polos tanpa busana. Bara semakin erat memeluk tubuh kekasih saudara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4344454647
...
61
DMCA.com Protection Status