"Oouh ... sakit, Mas." Desahan diiringi rintihan gadis bernama Anisa yang sedang melakukan malam pertamanya walau mereka belum menikah.
Ia terkena bujuk rayu laki-laki yang mirip dengan kekasihnya untuk melakukan hubungan terlarang di luar pernikahan. Bukan hanya sekedar mirip, tapi mereka serupa walau tak sama.
"Tahan, Sayang! Lama-lama kamu juga akan menikmatinya," sahut Bara yang terus menghentakkan pinggulnya memasuki lubang rahasia kekasih saudara kembarnya.
"Mas ... Ouhh ...." Anisa kembali meliuk-liukkan tubuhnya saat Bara meremas buah kenyal yang belum terjamah siapa pun.
'Kamu nikmat sekali calon kakak ipar,' ucap Bara di dalam hati sambil terus menggerakkan pinggulnya dengan cepat, walau gadis di bawah kungkungannya merintih kesakitan. "Liangmu begitu menggigit, ini sangat nikmat. Kamu legit sekali, Anisa.
Bara membungkam bibir gadis polos itu supaya ia melupakan rasa perih di pusat intinya. Sekujur tubuh Anisa tidak lepas dari sapuan lid
"Mas Gara, apa minggu depan kita jadi menemui orang tuamu?" tanya Gadis manis yang sedang memeluk tubuh laki-laki yang baru saja menikmati keperawanannya. 'Abang sudah seserius ini dengan Anisa, bagaimana caranya aku mengatakan semua ini,' ucap Bara dalam hatinya. "Mas Gara kenapa diam saja? Aku mau melakukan hubungan ini karena aku yakin kamu laki-laki yang bertanggung jawab," kata Anisa lagi. "Tentu saja kita akan menemui keluargaku. Kamu tenang saja ya, aku akan bertanggung jawab," balas Bara, lalu mencium kening gadis itu dengan mesra. "Kamu nggak usah pulang ya, menginap saja di sini!" titah Bara pada kekasih abangnya. "Nanti malam kita akan melakukannya lagi. Kali ini aku yakin kamu pasti nggak akan merasakan sakit lagi," kata laki-laki yang mendapat predikat playboy tampan. "Mas Gara ... aku malu." Anisa membenamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki yang masih polos tanpa busana. Bara semakin erat memeluk tubuh kekasih saudara
"Bang Gara pergi ke luar negeri itu artinya, dia nggak akan membawa Anisa ke rumah dalam waktu dekat ini. Aku harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengatakan semua ini pada Abang," gumam Bara.Anisa mengejutkan Bara yang sedang melamun, gadis itu melingkarkan tangannya di leher laki-laki yang baru saja merenggut kesuciannya dengan izin sang empu."Sayang, kamu kenapa turun? Kamu lapar?" tanya Bara sambil mengusap wajah gadis manis yang berdiri di belakangnya.Ia menengadahkan wajahnya hingga wajah gadis itu menjadi sangat dekat dengannya.Anisa menggeleng pelan, "Aku hanya ingin bersamamu, di kamar sepi," ucapnya."Ya udah sini duduk!" Bara menepuk sofa di sampingnya, menyuruh gadis itu duduk.Anisa pun menurut, ia duduk di samping Bara. Gadis itu hanya diam saja sambil menunduk. Sejujurnya ia sangat malu dengan apa yang sudah mereka lakukan.Bara menarik Anisa, hingga gadis itu jatuh dipelukannya. Ia membelai rambut Anisa dengan
"Sayang, kamu tolong elus batangku! Dia butuh belaianmu," titah Bara sambil mengarahkan tangan sang gadis untuk menyentuh pusakanya."Bagaimana caranya, Mas?" Anisa sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Ia belum pernah melihat benda tumpul itu sebelumnya, selain milik Bara. 'Apa setiap laki-laki memiliki barang sebesar ini?' Anisa bertanya-tanya dalam hatinya sambil memegang batang panjang itu."Kamu elus saja seperti mengelus anak kucing!" titah Bara sambil terkekeh.Benar saja, Anisa langsung melakukan apa yang disuruh Bara, bahkan gadis itu sesekali mengajaknya berbicara selayaknya ia sedang berbicara pada anak kucing. Dan itu membuat Bara tertawa geli.'Astaga, ternyata benar-benar ada gadis sepolos ini, bukan terangsang, tapi aku malah geli melihat dia seperti itu. 'Anisa kamu memang istimewa. Pantas saja manusia es itu meleleh,' batin Bara sambil tersenyum."Sayang, coba kamu lihat ini!" Bara mengambil ponselnya lalu menunjukkan video sep
Anisa terkulai lemas dalam dekapan Bara setelah melakukan pertempuran ke duanya di hari itu. Wanita itu menjadi sangat liar setelah merasakan nikmatnya bercinta."Aku capek, Mas," ucap Anisa pelan sambil memeluk Bara yang masih duduk memangkunya."Kamu hebat, Sayang," puji Bara pada gadis itu sambil mencium puncak kepala Anisa. "Kamu berhasil memuaskanku. Aku bisa mencapai puncak kenikmatan bersama denganmu karena goyanganmu yang aduhai," ucapnya sambil menepuk-nepuk bemper kenyal Anisa.Dalam pergulatannya yang kedua, Bara tidak melakukan gerakan pada pinggulnya, semua berada dalam kendali Anisa. Laki-laki itu hanya memberikan sentuhan-sentuhan di daerah sensitif gadisnya yang membuat gerakannya semakin aduhai mengguncang keperkasaan Bara.Bara bangun dari duduknya sambil memeluk Naya. Ia tidak melepaskan gadis yang terus memeluknya itu. Bahkan keperkasaannya yang masih menegang belum ia cabut dari lubang kenikmatan kekasih abangnya itu.Ia berjal
"Kenapa minta maaf?" tanya Anisa."Aku udah membuatmu sakit seperti ini," jawab Bara, "Dan terima kasih sudah memberiku kenikmatan, kamu wanitaku yang luar biasa."Bara menatap lekat wajah cantik Anisa. Lalu, beralih menatap ladang yang dia garap ketika melihat gadis itu meringis.'Pantas saja dia meringis, bibir ini terlihat membengkak dan memerah,' kata Bara dalam hatinya sambil terus memandang ladang gundul yang bersih itu."Mas Gara, jangan dipandangi terus! Aku malu." Anisa menutup wajahnya saat Bara terus memandang mahkotanya."Apa terasa begitu sakit?" tanya Bara sambil mengusap dengan lembut ladang gundul itu.Anisa menggeleng, "Nggak sakit, cuma sedikit perih aja," jawab gadis manis itu.Bara mencium lahan gundul itu dengan sangat mesra. "Biar cepet sembuh," ucapnya setelah mencium daerah keramat itu sambil menyeringai. Lalu menutupnya dengan selimut.Ia segera memakai boxer dan kaus berwarna hitam, kemudian naik ke te
"Setelah Abang kembali dari luar negeri, gue harus jujur pada semuanya," gumam Bara saat ia hendak membuka pintu kamar mandi.Saat pintu terbuka ternyata Anisa masih berdiri di depan kamar mandi, menunggu laki-laki tampan itu keluar.Bara melangkah menghampiri Anisa."Kamu kenapa masih di situ? Apa kamu mau aku ...." Bara menarik pinggang gadis manis itu hingga tubuh mereka bersentuhan."Mas Gara ... lepasin!" Anisa meronta, tapi wangi tubuh sang pujaan hati begitu harum, menyeruak ke dalam penciumannya yang menenangkan hati. Ia tidak lagi memberontak saat Bara kembali melumat bibir ranumnya."Aku harus mendapatkan vitamin ini setiap hari untuk menjaga imun," ucapnya sambil terkekeh setelah melepas ciumannya."Ada-ada aja," sahut Anisa sambil menggelengkan kepalanya, lalu berjalan cepat pergi keluar dari kamar itu sambil memegangi bibir dengan senyum yang tidak pernah sirna dari wajahnya.Bara segera memakai pakaian, lalu menyusul Anisa ke la
"Apa kamu sudah menawan anak gadis orang?" Andin melempar irisan timun kepada Bara.Bara malah terkekeh geli melihat mommy-nya marah. "Sebentar lagi dia kan jadi istriku. Sah sah aja dong kalau dia aku ajari dari sekarang supaya menjadi istri yang baik.""Anak sialan! Siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?" Andin sangat marah dengan ucapan anaknya. 'Kenapa penyakitmu kamu wariskan ke anakku, Lang,' ucap Andin dalam hatinya."Otak mesum kamu menurun pada Bara," kata Haidar sambil terkekeh geli."Tapi, aku nggak melakukan sebelum halal," elak Andin.Haidar terkekeh melihat raut wajah istrinya. "Sabar, Bee!""Iya, Mom," timpal Bara sambil terkekeh."Kamu harus secepatnya menikah! Bawa perempuan itu ke rumah!" titah Haidar pada Bara."Siap, Dad," jawab Bara sambil tersenyum bahagia.Gara menoleh pada saudara kembarnya lalu berkata, "Kalau sudah menikah, jangan nakal lagi!""Maafkan aku ya, Bang,"
“Mommy nggak mau bantuin kamu,” sahut Andin, “Kamu aja jarang pulang, udah nggak sayang lagi sama Mommy.”Andin pura-pura merajuk pada anaknya karena Bara jarang sekali pulang ke rumah. “Siapa bilang aku nggak sayang? Mommy adalah permaisuri di hatiku, nggak ada yang lain. Nyonya Haidar Mannaf adalah wanita tercantik di muka bumi ini.” Bara bangun dari duduknya, berjalan menghampiri sang mommy, lalu mencium kedua pipi wanita cantik itu. “Bantu aku ya.”“Kamu sudah besar, jangan cium Mommy lagi!” protes Haidar pada anaknya.“Memangnya kenapa?” tanya Bara sambil memeluk sang mommy dari belakang. “Wanita cantik ini punya aku dan Abang, bukan cuma Daddy aja.”“Daddy nggak kebagian dong! Sejak kalian lahir, Mommy kamu sudah jarang cium Daddy,” sahut Haidar. “Kalian cepatlah menikah! Daddy dan Mommy mau produksi anak baru, biar kita bisa barengan