Andin melirik Haidar yang duduk di sampingnya tanpa berbicara satu patah kata pun. Ibu dua anak itu sesekali melirik suaminya yang terlihat sangat marah.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah, baik Andin ataupun Haidar sama-sama diam.
'Gimana cara ngejelasinnya?' Andin bertanya-tanya dalam hatinya. Ia sedang memikirkan bagaimana cara memulai pembicaraan dengan laki-laki yang sedang marah itu.
Sementara Haidar sedang menunggu penjelasan dari sang istri. Ia sungguh kecewa pada sang istri karena meragukannya.
Sampai mobil mewah itu berhenti di depan rumah neneknya, Andin belum juga menjelaskan apa pun.
"Boo, kita mandi dulu ya! Nanti aku jelasin semuanya." Haidar merangkulkan tangannya di lengan kekar sang suami, tapi Haidar tidak merespons sedikit pun.
"Kok kalian bisa barengan?" tanya sang Bunda pada anak dan menantunya saat berpapasan di bawah tangga.
"Iya, Bun. Kebetulan suami dari sahabat Andin rekan bisnis saya," jawab Haidar dengan
Andin kembali ke kamarnya setelah kenyang makan mie rebus. Ia membuka pintu perlahan, melongok ke dalam kamar untuk mengintip suaminya. "Ternyata dia belum tidur. Dia tambah marah nggak ya, aku tinggalin lama," gumam Andin pelan. Kemudian, wanita cantik itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, ia berjalan mengendap-endap, padahal Haidar belum tertidur. Andin naik ke tempat tidur, mendekati suaminya. "Boo, maaf ya lama, aku abis makan mie rebus dulu, biar nggak gemeteran lihat singaku marah," ucap Andin yang tak dihiraukan suaminya. "Ternyata aku gemetaran karena belum makan," ucapnya sambil menyeringai. Haidar masih menatap layar ponselnya dengan wajah yang sulit ditebak. "Boo ... hmm ... itu ...." Andin menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan sebelum mulai menjelaskan semuanya kepada sang suami. "Aku yang menyuruh Baron untuk menjadikan Cempaka sebagai sekretarismu untuk sementara. Kamu jangan marahi Baron
"Boo, kamu udah tidur?" Andin melongok untuk melihat wajah suaminya, ternyata ia sudah tertidur. "Kamu jahat banget sih." Andin menyeka air matanya, lalu merebahkan tubuhnya di samping sang suami. "Aku tidur aja lah."Perutnya yang terasa kenyang membuat ia begitu mengantuk. "Besok kita harus bicara, sekarang aku tidur dulu," ucapnya sambil menguap.Ia terlihat sudah sangat mengantuk, akhirnya ibu muda itu pun memejamkan matanya, melupakan masalahnya sejenak.Terdengar dengkuran halus beberapa menit kemudian, menandakan wanita cantik itu sudah tertidur pulas. Andin gampang sekali tertidur kalau perutnya sudah terasa kenyang.Haidar memiringkan tubuhnya menghadap sang suami, ia menatap wajah cantik istrinya sambil membelai dengan lembut."Aku sangat mencintaimu, Bee," ucapnya, lalu mencium kening istrinya dengan penuh cinta. "Aku nggak akan menduakan cintamu."Laki-laki yang mempunyai brewok tipis itu terus menatap istrinya yang s
Bunda Anin mengetuk pintu kamar anaknya sambil membawa sepiring nasi beserta lauknya karena sejak pagi Andin belum makan apa pun.Tidak ada sahutan dari dalam, sang bunda pun mencoba memutar kenop pintu dan mendorong daun pintu itu perlahan. Ternyata tidak dikuncinya.Ia berjalan mendekati sang anak yang masih berada di tempat tidur. Melihat bundanya datang, Andin bangun dan terduduk.“Din, kamu kenapa? Kamu sakit?” tanya sang bunda sambil meraba kening anaknya. “Kenapa muka kamu sembab gitu? Kamu nangisin apa?”Sang bunda menaruh nampan berisi makanan itu di atas nakas. Lalu, duduk di samping sang anak yang sedang duduk sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur.Andin langsung memeluk bundanya, “Bun, suamiku mau menikah lagi,” kata Andin sambil terisak, “Aku tadi melihat dia lari pagi bersama wanita lain.”“Lari pagi?” tanya sang bunda sambil melepas pelukannya. &l
"Oouh ... sakit, Mas." Desahan diiringi rintihan gadis bernama Anisa yang sedang melakukan malam pertamanya walau mereka belum menikah.Ia terkena bujuk rayu laki-laki yang mirip dengan kekasihnya untuk melakukan hubungan terlarang di luar pernikahan. Bukan hanya sekedar mirip, tapi mereka serupa walau tak sama."Tahan, Sayang! Lama-lama kamu juga akan menikmatinya," sahut Bara yang terus menghentakkan pinggulnya memasuki lubang rahasia kekasih saudara kembarnya."Mas ... Ouhh ...." Anisa kembali meliuk-liukkan tubuhnya saat Bara meremas buah kenyal yang belum terjamah siapa pun.'Kamu nikmat sekali calon kakak ipar,' ucap Bara di dalam hati sambil terus menggerakkan pinggulnya dengan cepat, walau gadis di bawah kungkungannya merintih kesakitan. "Liangmu begitu menggigit, ini sangat nikmat. Kamu legit sekali, Anisa.Bara membungkam bibir gadis polos itu supaya ia melupakan rasa perih di pusat intinya. Sekujur tubuh Anisa tidak lepas dari sapuan lid
"Mas Gara, apa minggu depan kita jadi menemui orang tuamu?" tanya Gadis manis yang sedang memeluk tubuh laki-laki yang baru saja menikmati keperawanannya. 'Abang sudah seserius ini dengan Anisa, bagaimana caranya aku mengatakan semua ini,' ucap Bara dalam hatinya. "Mas Gara kenapa diam saja? Aku mau melakukan hubungan ini karena aku yakin kamu laki-laki yang bertanggung jawab," kata Anisa lagi. "Tentu saja kita akan menemui keluargaku. Kamu tenang saja ya, aku akan bertanggung jawab," balas Bara, lalu mencium kening gadis itu dengan mesra. "Kamu nggak usah pulang ya, menginap saja di sini!" titah Bara pada kekasih abangnya. "Nanti malam kita akan melakukannya lagi. Kali ini aku yakin kamu pasti nggak akan merasakan sakit lagi," kata laki-laki yang mendapat predikat playboy tampan. "Mas Gara ... aku malu." Anisa membenamkan wajahnya pada dada bidang laki-laki yang masih polos tanpa busana. Bara semakin erat memeluk tubuh kekasih saudara
"Bang Gara pergi ke luar negeri itu artinya, dia nggak akan membawa Anisa ke rumah dalam waktu dekat ini. Aku harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengatakan semua ini pada Abang," gumam Bara.Anisa mengejutkan Bara yang sedang melamun, gadis itu melingkarkan tangannya di leher laki-laki yang baru saja merenggut kesuciannya dengan izin sang empu."Sayang, kamu kenapa turun? Kamu lapar?" tanya Bara sambil mengusap wajah gadis manis yang berdiri di belakangnya.Ia menengadahkan wajahnya hingga wajah gadis itu menjadi sangat dekat dengannya.Anisa menggeleng pelan, "Aku hanya ingin bersamamu, di kamar sepi," ucapnya."Ya udah sini duduk!" Bara menepuk sofa di sampingnya, menyuruh gadis itu duduk.Anisa pun menurut, ia duduk di samping Bara. Gadis itu hanya diam saja sambil menunduk. Sejujurnya ia sangat malu dengan apa yang sudah mereka lakukan.Bara menarik Anisa, hingga gadis itu jatuh dipelukannya. Ia membelai rambut Anisa dengan
"Sayang, kamu tolong elus batangku! Dia butuh belaianmu," titah Bara sambil mengarahkan tangan sang gadis untuk menyentuh pusakanya."Bagaimana caranya, Mas?" Anisa sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Ia belum pernah melihat benda tumpul itu sebelumnya, selain milik Bara. 'Apa setiap laki-laki memiliki barang sebesar ini?' Anisa bertanya-tanya dalam hatinya sambil memegang batang panjang itu."Kamu elus saja seperti mengelus anak kucing!" titah Bara sambil terkekeh.Benar saja, Anisa langsung melakukan apa yang disuruh Bara, bahkan gadis itu sesekali mengajaknya berbicara selayaknya ia sedang berbicara pada anak kucing. Dan itu membuat Bara tertawa geli.'Astaga, ternyata benar-benar ada gadis sepolos ini, bukan terangsang, tapi aku malah geli melihat dia seperti itu. 'Anisa kamu memang istimewa. Pantas saja manusia es itu meleleh,' batin Bara sambil tersenyum."Sayang, coba kamu lihat ini!" Bara mengambil ponselnya lalu menunjukkan video sep
Anisa terkulai lemas dalam dekapan Bara setelah melakukan pertempuran ke duanya di hari itu. Wanita itu menjadi sangat liar setelah merasakan nikmatnya bercinta."Aku capek, Mas," ucap Anisa pelan sambil memeluk Bara yang masih duduk memangkunya."Kamu hebat, Sayang," puji Bara pada gadis itu sambil mencium puncak kepala Anisa. "Kamu berhasil memuaskanku. Aku bisa mencapai puncak kenikmatan bersama denganmu karena goyanganmu yang aduhai," ucapnya sambil menepuk-nepuk bemper kenyal Anisa.Dalam pergulatannya yang kedua, Bara tidak melakukan gerakan pada pinggulnya, semua berada dalam kendali Anisa. Laki-laki itu hanya memberikan sentuhan-sentuhan di daerah sensitif gadisnya yang membuat gerakannya semakin aduhai mengguncang keperkasaan Bara.Bara bangun dari duduknya sambil memeluk Naya. Ia tidak melepaskan gadis yang terus memeluknya itu. Bahkan keperkasaannya yang masih menegang belum ia cabut dari lubang kenikmatan kekasih abangnya itu.Ia berjal