Semua Bab Pengantin Tuan Haidar: Bab 211 - Bab 220

606 Bab

Bab. 211. Alat Tes Kehamilan

Andin menghampiri Haidar sambil menutup hidungnya dengan tangan. “Boo, kamu mandi dulu sana! Biar nggak tambah gatel.” Andin meraba wajah Haidar yang bentol-bentol karena digigit sembut. Haidar menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu ia segera masuk ke dalam rumah untuk membersihkan tubuhnya. “Mau ngambil apa lagi, Neng?” tanya Mang Ace pada majikannya. “Mangga muda, Mang,” sahut Andin dengan cepat. “Bi, aku masuk dulu ya, mau ngasih minyak telon buat suamiku." Walaupun Andin mual saat melihat wajah Haidar, tapi ia tidak tega melihat sang suami menderita karenanya. Andin masuk ke dalam kamarnya menyusul sang suami. "Boo, minyak telonnya aku taruh di meja rias ya, nanti kamu obatin sendiri!" teriak Andin pada suaminya yang berada di dalam kamar mandi. Setelah itu Andin melangkahkan kakinya keluar dari kamar menu
Baca selengkapnya

Bab 212. Kabar Baik Dan Kabar Buruk

"Kamu kenapa, Ar?" Mami Inggit terkejut melihat wajah Haidar yang penuh dengan bentol."Digigit semut," jawab Haidar singkat. "Bee, ini masker sama kacamata buat kamu. Dipake ya!" Haidar menaruhnya di depan Andin."Kenapa istrimu disuruh pake masker dan kacamata, emangnya dia mau ke mana?" tanya Mami Inggit pada Haidar. Matanya mengekori ke mana anaknya berjalan.Haidar duduk di samping sang mami sembari membelakangi istrinya. "Mi, tolong olesin ini." Haidar memberikan minyak telon pada maminya, lalu membuka kaus oblong berwarna hitam itu dan menaruhnya di sandaran kursi."Astaga, kenapa bisa seperti ini." Mami Inggit meraba wajah putranya yang ditumbuhi bulu halus di pipi bagian bawah sampai dagu. "Jawab dulu pertanyaan Mami, dari tadi tanya nggak ada yang dijawab."Dia mual kalau lihat muka aku, nggak mau dideketin katanya bau," jawab Haidar sambil menggaruk tangan dan kakinya.
Baca selengkapnya

Bab 213. Butuh Perhatian Lebih

"Apa semua orang hamil seperti itu?" gumamnya sambil membuka kenop pintu kamar lain yang berada di samping kamar Andin.Haidar mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur. Ia merogoh ponselnya yang ada di saku celana, kemudian kembali menelpon sahabatnya. Berniat untuk menanyakan seputar kehamilan."Ada apa lagi?" Suara dari sebrang sana sudah terdengar duluan saat sambungan telepon mereka terhubung."Apa dulu istrimu ngidam yang aneh-aneh?" tanya Haidar pada sang sahabat sekaligus dokter pribadinya yang bernama Riko. Ia sudah mempunyai anak dan istri, sehingga Haidar tidak ragu bertanya kepadanya."Kenapa kamu tanya seperti itu? Apa Andin benar-benar hamil? Apa dia ngidam yang aneh-aneh?" Riko sudah tidak sabar ingin menertawakan sahabatnya yang dingin itu. Ia ingin melihat Sang Singa diperdaya oleh istrinya sendiri. Selama ini tidak ada yang bisa menaklukkan  Haidar. Hanya seorang Andin, gadis tomboy yang absurd yang bisa meluluhkan CEO
Baca selengkapnya

Bab 214. Positif

"Ini." Andin memberikan alat tes kehamilan pada suaminya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.  Sengaja tidak memberitahukannya karena ia ingin tahu bagaimana reaksi suaminya."Aku harus tes juga?" tanya Haidar sembari mengambil alat tes kehamilan di tangan istrinya.Ia membolak-balikan alat itu. Padahal di situ sudah jelas hasilnya. Haidar benar-benar tidak mengerti dengan alat itu. "Gimana cara pakainya, Bee? Aku nggak tahu."Haidar kembali menyerahkan alat tes kehamilan pada istrinya. Ia benar-benar tidak mengerti bagaimana cara pakainya.Andin menepok jidatnya sembari menggelengkan kepala. "Itu udah aku pakai. Aku udah nyoba tadi dan hasilnya positif."Andin benar-benar tidak habis pikir dengan suaminya. Walaupun tidak mengerti kehamilan setidaknya dia pasti tahu kalau alat itu hanya untuk wanita."Apa?! Kamu kena covid, Bee?" Haidar terkejut mendengar ucapan sang istri. Ia hendak memeluk istrinya, tapi tidak jadi karena Andin terlebi
Baca selengkapnya

Bab 215. Berhenti Kuliah

Seminggu sudah ia berada di Bandung. Niat hati ingin berbulan madu kembali bersama sang istri, tapi malah kesialan yang didapat Haidar. Tapi ia sangat bersyukur, di balik kesialan itu ada rezeki yang tiada tara, yaitu kehamilan sang istri. Walaupun kelakuannya menjadi aneh dan membuat Haidar merasa sedih karena istrinya tidak mau didekati, bahkan melihat wajahnya saja, sang istri langsung mual. Tapi, sejak minum vitamin untuk ibu hamil dan obat anti mual, ia sudah jarang muntah, hanya pagi-pagi saja mengalami morning sickness. Andin menoleh pada sang suami yang duduk di sampingnya. "Boo, apa aku boleh berhenti kuliah?" tanya Andin dengan serius kepada suaminya. Haidar langsung menghentikan mobilnya di bahu jalan. Kini mereka berada dalam perjalanan pulang ke Ibu kota. "Kamu serius? Coba dipikir-pikir lagi!" Haidar memastikan niat sang istri untuk berhenti mengejar cita-citanya. D
Baca selengkapnya

Bab 216. Jadi Orang Bodoh

Haidar mengerjapkan matanya, lalu kembali terpejam. "Ada apa, Bee? Apa ini sudah pagi? Tapi aku masih sangat mengantuk," ucap Haidar dengan suara serak khas bangun tidur. Matanya masih terpejam, sungguh begitu berat untuknya membuka kelopak mata. "Aku mau tahu gejrot," ucapnya sembari membelai wajah suaminya. Haidar menyunggingkan senyumnya saat sang istri membelai wajahnya. Ia sudah sangat merindukan sentuhan wanita yang sangat dicintainya itu. "Boo, kamu nggak mau beliin aku tahu gejrot?" ucap Andin dengan nada yang sedikit memelas. Haidar segera bangkit dari tidurnya, walaupun matanya masih terpejam. "Iya sebentar, Bee. Mataku susah untuk dibuka ini," ucapnya sambil mengucek matanya. Setalah matanya benar-benar terbuka, ia segera turun dari tempat tidur, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Setelah lima menit Haidar keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih sega
Baca selengkapnya

Bab 217. Rindu Gejrot

Setelah bawahannya mengirimkan alamat si penjual tahu gejrot, Baron segera meluncur ke alamat itu. "Mau ke mana kita?" tanya Haidar yang tidak tahu ke mana Baron membawanya. "Ke rumah penjual tahu gejrot," jawab Baron sambil melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah pedagang tahu gejrot itu karena jaraknya yang tidak terlalu jauh.  Setelah mereka sampai di depan rumah itu, bapak-bapak yang umurnya kira-kira lebih dari setengah abad telah menunggunya di kursi kayu depan rumah kontrakan itu. Mungkin anak buah Baron telah memberitahukannya kalau Tuan Haidar akan membeli tahu gejrot. "Selamat malam, Pak," sapa Baron pada bapak tua itu. "Bapak Oding, penjual tahu gejrot?" tanya Baron memastikan, takutnya ia salah orang. "Iya, benar, Pak," balas Pak Oding dengan ramah. "Bapak yang mau beli tahu gejrot?" Bapak
Baca selengkapnya

Bab 218. Kangen Sumur keramat

Hari demi hari telah berlalu, kini usia kehamilan Andin menginjak 15 minggu. Andin sudah tidak mengalami yang namanya morning sickness lagi. Setiap hari kerjaannya hanya makan dan makan. "Bee, ayo kita jalan sore!" Haidar menarik dengan lembut tangan Andin yang sedang rebahan di sofa panjang yang ada di kamarnya sembari mengemil. Andin pun bangun dengan hati-hati. "Aku cuci muka dulu ya."  Andin melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Ia mundur beberapa langkah setelah berjalan melewati meja rias. Ditatapnya tubuhnya yang semakin semok di cermin itu. "Kenapa gue jadi kayak badut gini," ucapnya sambil mengelus-elus perut. Memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. "Boo, apa aku terlihat sedikit gemuk?" tanyanya pada sang suami yang duduk di pinggiran tempat tidur sembari memperhatikan istrinya bercermin. Haidar berjalan menghampiri istrinya. "Bukan sedikit gemuk, tapi sangat
Baca selengkapnya

Bab 219. Menahan Rindu

Kini Andin dan Haidar ada di halaman belakang rumahnya untuk berolahraga kecil atau hanya sekadar mengajak Andin berjalan tanpa alas kaki."Bee, besok kamu mulai senam untuk ibu hamil ya. Aku udah nyuruh Baron memanggil instruktur senam untuk ibu hamil." Haidar berjalan tepat di belakang istri yang tubuhnya terlihat semakin lebar.Andin berbalik badan menghadap suaminya. "Kamu nggak suka ya kalau aku gendut?""Aku lebih suka kalau kamu gendut," balas Haidar dengan cepat. "Tapi, kamu juga harus sehat. Nggak apa-apa gendut yang penting sehat." Haidar menempelkan tangannya di pinggang sang istri, lalu mencium kening istrinya."Boo, kamu nggak akan berpaling dariku 'kan kalau aku udah nggak seksi kayak dulu lagi?" tanya Andin sembari memainkan kancing kemeja suaminya."Bee, aku jatuh cinta sama kamu bukan karena kamu seksi, tapi karena kamu gesrek," ucap Haidar sembari mencubit kedua pipi istrinya dengan gemas. Andin mencebikkan bibirnya.
Baca selengkapnya

Bab 220. Sayang, Daddy Datang

Haidar merebahkan tubuh sang istri dengan hati-hati di tempat tidur empuknya.Kini Andin berada di bawah kungkungan Haidar yang menatapnya dengan lembut. Tatapan dingin itu berubah menjadi tatapan penuh cinta saat memandang wajah cantik istrinya."Bee, apa aku boleh nengok anakku sekarang? Sepertinya mereka rindu daddy-nya," ucap Haidar sembari mengelus perut Andin yang mulai membuncit.Andin tersenyum manis menanggapi pertanyaan suaminya menandakan ia mengizinkan si jagoan masuk ke dalam lubang keramat setelah lama tidak berkunjung pada sumur keramat itu.Perlahan Haidar menempelkan bibirnya pada bibir ranum sang istri yang terlihat semakin seksi. Haidar dan Andin sama-sama memejamkan mata merasakan kenikmatan yang sudah lama tidak ia rasakan.Rindu Haidar akan manisnya bibir lembut sang istri kini terbayar sudah. Rindu yang sudah berhari-hari bahkan berminggu-minggu ia tahan, kini tersalurkan deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
61
DMCA.com Protection Status