Ailee menatap Zuco dalam diam. Jujur saja, ia merasa takut berada satu mobil dengan pria itu. Bagaimanapun, Zuco masih orang asing baginya. Ia tidak tahu hal apa saja yang bisa Zuco lakukan kepadanya. Belum lagi luka lebam pada tangan Zuco akibat memukul dinding tadi, kejadian itu saja masih membuat Ailee kaget dan tak percaya dengan tindakan Zuco yang menurutnya sedikit gila.
"Kamu kenapa?" Pertanyaan itu membuat Ailee tersadar dan mengalihkan tatapannya dari Zuco.
Ailee menggelengkan kepalanya. "Gak pa-pa. Emh, di depan belok kanan..."
Zuco merespon dengan sebuah senyuman yang malah membuat Ailee ngeri melihatnya. Senyuman tipis di wajah dingin masih terlalu jarang untuk Ailee temui.
"Zuco, kamu sekolah di Phiresa high school?"
Zuco melirik Ailee sekilas dan kemudian mengangguk sebagai jawaban. "Iya, sekolahnya ada campur tangan Kakek aku, sekolahnya juga bagus kan?"
"Merendah untuk meroket, hm? Ya baguslah, tapi sekolah kita musuhan loh." Ucap Ailee yang kemudian penasaran dengan respon yang akan Zuco tunjukan.
"Sekolah bisa musuhan? Sekolah kan bangunan."
Ailee memutar bola mata sebal. "Sekolah bagus gak menjamin otak jenius." Gumamnya.
Tubuh Ailee menegang ketika Zuco dengan tiba-tiba saja menggenggam lengan kanannya. Hangat dan erat. Itu membuat Ailee malah terdiam menatap Zuco dari samping.
"Kamu pindah ke sekolah aku, yah!" Ucap Zuco.
"Mahal." Sahut Ailee.
"Gak pa-pa, kamu tinggal urus surat-suratnya aja. Sisanya biar aku yang atur." Balas Zuco tanpa beban.
Ailee takjub mendengar hal itu, ia semakin percaya dengan apa yang Nayma katakan tentang Zulleon Corner putra pebisnis internasional ini.
Ailee melepaskan lengannya dari genggaman Zuco dengan sedikit paksaan karena Zuco sedikit menahan.
"Gak mau, gak usah." Tolak Ailee.
"Kalau gitu, aku aja yang pindah ke sekolah kamu. Ide bagus kan?"
Ailee memutar bola mata sebal. "Kayaknya gak perlu deh, tanggung. Bentar lagi juga lulus, ngomong-ngomong, kamu kelas berapa?" Tanyanya.
"3," jawab Zuco.
Ailee mengangguk-anggukan kepalanya pelan dan mengernyit heran. Kemudian ia menatap Zuco dengan penuh selidik.
"Kok kamu tahu rumah aku, aku kan belum nyuruh kamu berhenti. Tahu dari mana? Dan tadi, kamu juga tahu aku sekolah di mana. Kamu, kamu gak ada niat jelek, kan?" Ailee langsung mencecar Zuco dengan beberapa pertanyaan yang malah di respon dengan sebuah kekehan kecil.
Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "So cute."
"Eits! Gak ada cute-cute! Tahu dari mana? Kamu mata-matain aku? Heuh?" Ailee semakin menjauhkan tubuhnya dari Zuco.
Zuco tertawa melihat ekspresi khawatir sekaligus takut yang Ailee tunjukan.
"Kamu pacar aku, udah seharusnya aku tahu tentang kamu. Kamu anak pertama, punya adik perempuan kelas 6 SD. Mamah kamu karyawan di sebuah pabrik. Kamu lahir tanggal 22 November 2000. Makanan kesukaan kamu martabak telur. Warna favorit kamu ungu. Kamu kelas 2 SMA dan kamu gak bisa berenang."
Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Pria itu benar-benar di luar dugaannya.
"Yaang, come on... Gak usah takut kayak gitu, aku pacar kam--"
Ailee mengangkat tangannya dan meminta Zuco untuk diam. Kemudian ia menegakkan posisi duduknya dan menatap Zuco dengan serius.
"Aku bukan pacar kamu, Zuco. Kita gak pacaran. Orang gak bisa pacaran cuma karena kamu bilang 'you are mine' enggak gitu."
Ekspresi Zuco seketika berubah menjadi datar kemudian membuang pandangan ke arah lain.
"Pacaran itu melibatkan perasaan dan aku gak punya rasa apapun buat kamu," lanjut Ailee.
Zuco menundukkan kepalanya di atas setir. "Semalam kamu nyelamatin aku, kamu meluk aku. Tadi pun, kamu ngelus tangan aku dan mau ngobatin tangan aku. Itu berarti kamu sayang sama aku."
Ailee mengusap wajahnya frustasi.
"Zuco, aku nolongin kamu sebagai bentuk kemanusiaan. Bukan karena aku sayang."
Zuco langsung menatap Ailee tak suka. "Kalau gitu kamu gak usah nolongin aku lagi."
Ailee mengernyit heran. "Maksud kamu?"
Zuco membuka laci mobilnya dan meraih sebuah benda yang berhasil membuat kedua mata Ailee membulat dengan sempurna.
"Kamu mau ngapain sama cutter itu?" Tanya Ailee yang mulai khawatir memikirkan hal yang akan Zuco lakukan.
Zuco tersenyum hambar seraya mengarahkan cutter itu ke arah telapak tangan kirinya.
Sret...
Satu sayatan kecil berhasil mengeluarkan darah segar dari telapak tangan lembut yang tadi sempat menggenggam erat lengan Ailee.
Ailee masih bergeming menatap Zuco yang seakan tidak merasakan sakit akibat luka sayatan itu."Itu hanya sayatan kecil. Jangan terkecoh jangan panik," Pikir Ailee.
Zuco melirik Ailee sekilas, kemudian ia mengarahkan cutter itu pada pergelangan tangannya.
Zuco tersenyum menatap Ailee yang terlihat mulai gelisah dengan terus menatap cutter yang kini menempel di pergelangan tangan Zuco, namun belum memberikan sayatan apa pun."Aku--"
"No... Jangan, Zuco jangan..." Ucap Ailee dengan lembut seraya mengambil alih cutter yang hampir saja menimbulkan luka sayatan yang entah akan sedalam apa jika Ailee tidak langsung menghentikannya.
Zuco hanya diam saat Ailee mengambil cutter dari tangannya dan menatap Ailee dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
"Seenggaknya jangan di depan aku. Aku gak mau jadi alasan seseorang nyakitin dirinya sendiri." Ucap Ailee seraya mengeluarkan tissue dari dalam tasnya.
Ailee meraih lengan kiri Zuco dan dengan perlahan ia mulai membersihkan darah yang keluar sedikit demi sedikit dari telapak tangannya. Untung saja tidak terjadi juga pada pergelangan tangannya.
Zuco tersenyum dan mengusap kepala Ailee dengan tangan lainnya. "Jadi pacar aku yah?"
"Jangan lakuin hal gila kayak gini lagi, aku gak mau punya pacar kayak gini." Ucap Ailee yang secara tidak langsung menerima permintaan Zuco.
Zuco mengangguk dengan semangat. "Aku janji."
"Ayo, aku obatin lukanya di rumah," dengan hati yang senang, Zuco langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah Ailee yang tidak terlalu luas itu.
Ailee membuka pintu mobil, namun Zuco menahan lengannya ketika ia akan keluar.
"Apa lagi?" Tanya Ailee dengan malas. "Cepetan, katanya mau di obatin." Kesalnya.
Zuco tersenyum dan, "jangan deket sama cowok lain, nanti aku cemburu."
"Cemburu? Hah? Bahkan kamu baru kenal aku semalam, tapi kamu--"
"Kamu tinggal nurut aja, simple yaang." Potong Zuco yang kemudian melepaskan tangannya dari Ailee dan keluar dari dalam mobil.
Ailee benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi pada sistem kerja otak pria yang di selamatkanya ini.
Ia menatap Zuco yang kini sudah berdiri di samping pintu rumahnya dengan ekspresi yang terlihat sangat bersemangat. Sedangkan dirinya masih berdiri di samping mobil pria yang kini menyandang status sebagai kekasihnya."Yaang, ayo cepetan... Tangan kiri aku udah perih!" Serunya yang membuat Ailee tersadar dari lamunannya. Ia pun berjalan seraya mengeluarkan kunci rumahnya.
Zuco tampak sangat senang, terlihat dari senyumannya yang masih setia menghiasi wajah tampannya.
"Kenapa rumah kamu di kunci, Mamah kamu mana?" Tanya Zuco saat Ailee berhasil membuka kunci rumahnya.
Ailee mendorong tubuh Zuco agar masuk terlebih dahulu.
"Mamah aku kerja shift siang, pulangnya nanti malam." Jawab Ailee.
"Kamu duduk dulu, aku bawa dulu iodin sama plesternya." Tambahnya.
Zuco pun mendudukkan tubuhnya di salah satu tempat duduk.
"Yaang, aku haus!" Seru Zuco sedikit berteriak pada Ailee yang berada di dapur sana.
Dan tak lama kemudian, Ailee datang dengan segelas orange jus, satu toples kue kering dan kotak P3K yang ia bawa menggunakan nampan.
"Makasih yaa--"
"Bisa manggil nama aja gak?"
"Emangnya kenapa? Aku kan pacar kamu, aku sayang sa--"
"Terserah deh." Potong Ailee yang sudah lelah mendebat lelaki di hadapannya ini. Sudah terlalu banyak omong kosong yang ia dengar.
Kemudian Ailee duduk di samping kiri Zuco. Tanpa diminta, Zuco memberikan lengan kirinya untuk di obati.
Ailee memutar bola mata sebal. Dan ia pun mulai membersihkan darah kering di sekitar luka sayatan dengan tisu basah, kemudian ia berikan obat merah dan terakhir, ia tempelkan sebuah plester untuk menutupi lukanya.
"Adek kamu ke mana?"
"Dia ada les, bentar lagi kan kelas 6 ujian." Jawab Ailee seraya menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi dan menatap punggung Zuco dari sana.
Ia terdiam. Ia memikirkan hubungan asmaranya ini. Otaknya benar-benar buntu saat menyetujui permintaan Zuco hanya untuk menghentikan tindakan mind blowing kekasihnya itu.
Ailee memejamkan matanya untuk beberapa saat dan,DEGH.
Tiba-tiba saja wajah Zuco berada tepat di depan wajahnya saat Ailee membuka matanya.
"Kamu harus terbiasa di deket aku. Kamu akan terbiasa. Lambat laun jatuh cinta. Dan kita akan bahagia." Ucap Zuco.
Chu~~
Zuco mencium bibir Ailee sekilas. Itu sangat tiba-tiba, membuat Ailee terdiam dengan tatapan terkejutnya.
"First kiss, hem?"
Ailee gugup, ia langsung menegakan tubuhnya dan mendorong dada Zuco agar sedikit menjauh dari dirinya. Jarak dan tatapan yang Zuco berikan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Eh iya, kamu jangan terlalu deket sama temen kamu yang naik sepeda tadi, okay?"
Ailee menatap Zuco tak mengerti. "Kenapa?"
"Cuma aku yang boleh deket sama kamu." Jawaban itu merupakan jawaban terbodoh yang pernah Ailee dengar.
"Gak bisa gitu dong, Angga sahabat aku dari SMP. Lah kamu? Ketemu baru sekali udah sok ngatur, aku gak suka yah." Ujar Ailee.
Zuco mengangkat bahu tak peduli.
"Pokoknya aku gak suka kalau kamu terlalu deket sama dia,"
Ailee mengusap rambutnya kebelakang dan menghembuskan nafas kasar. "Ya tuhan..." Gumamnya.
TBC___
Vomment ya gaes...
Banyak sekali hal yang membuat Ailee lebih banyak diam selama menemani adiknya makan malam.Kepalanya mulai di penuhi satu nama, yaitu Zuco. Ia bahkan kehilangan nafsu makan malamnya hanya karena pria itu. Pria yang bari saja menelponnya dan bercerita mengenai kejadian apa saja yang dirinya alami di sekolah, sedangkan Ailee hanya menjawab seperlunya saja.Fyuuuh....Kiran, adik kecilnya langsung menatap Ailee dengan kening berkerut."Kak, ada apa?" Tanyanya dan Ailee tidak menyadari hal itu. Ia hanya diam menatap ponselnya.Karena tak kunjung mendapatkan respon, Kiran pun mengangkat bahu acuh dan melanjutkan makan malamnya.Sampai akhirnya Kiran selesai dengan makan malamnya dengan ditemani Kakaknya yang melamun di sepanjang dirinya makan.Bahkan saat ini pun, saat mereka membereskan piring, Ailee masih diam dan sibuk dengan pikirannya. Hal itu membuat Kiran kesal, ia lebih
Zuco terlihat berdiri di depan gerbang sekolah sang kekasih, ia mengusap wajahnya dengan gusar. Sudah setengah jam lamanya ia menunggu kedatangan Ailee, namun gadis itu tak kunjung melintas di hadapannya.Bahkan ponselnya pun tidak bisa di hubungi, lebih tepatnya tidak di angkat.Sampai akhirnya ia mendapat telpon balik dari Ailee."Hal--""Kamu di mana?""Kamu di mana?"Zuco memutar bola mata sebal saat mendapatkan pertanyaan yang sama sebagai jawaban."Zu? Zuco?"Zuco mengusap wajahnya dengan kasar. "Aku di depan gerbang sekolah kamu, udah hampir setengah jam aku nungguin kamu.""Kamu pulang aja, aku lagi ada--apasih Angga diem! Lagi ngomong sama Zuco nih!""Kamu di ma
Semoga suka:)Dengan langkah terburu-buru Ailee berjalan menyusuri lorong setiap kelas menuju sebuah ruangan serba guna untuk menemui anggota cheers lainnya. Ini adalah kumpulan pertamanya dan Ailee sangat bersemangat untuk hal itu. Pasalnya menjadi anggota cheers adalah keinginannya sejak lama, dan ia bisa lebih sering bertemu dengan para pemain basket, terlebih kapten basketnya saat mereka memiliki jadwal latihan bersama.Yaps, sejak pertama kali masuk SMA ini, Ailee sudah di buat jatuh hati oleh pesona dari seorang kapten basket yang satu tahun di atasnya, Kakak kelasnya.Dengan nafas yang masih terengah-engah, Ailee berdiri di hadapan beberapa siswi lainnya."Hai..." Sapanya seraya mengatur nafas."Emh, Lee..." Ucap salah satu siswi yang bernama Dhira, ia merupakan ketua cheers di sana.Dhira berjalan menghampiri Ailee yang masih berdiri dengan tersenyum kaku.
Semoga suka...Ailee terdiam, ia menatap dengan takjub setiap sudut rumah kekasihnya yang sangat mewah itu. Ya, beberapa saat setelah berbincang di perjalanan, Zuco meminta Ailee untuk ikut ke rumahnya terlebih dahulu dan dengan sedikit paksaan, Zuco berhasil membujuk Ailee untuk berkunjung ke kediamannya."Kamu duduk dulu aja, aku cari Papah aku dulu." Ucap Zuco dengan tersenyum.Ailee mengangguk paham seraya mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa yang sangat empuk."Selamat siang Non, mau Bibi buatkan minuman apa?"Ailee sedikit terperanjat ketika seorang wanita paruh baya dengan tiba-tiba menanyai dirinya."Ah iya ap--apa saja," jawab Ailee dengan gugup, lalu seorang pria dengan stelan rapih khas kantoran berjalan menuruni anak tangga.Pria itu tersenyum ke arahnya. Ailee pun berdiri dan menyalami pria paruh baya itu dengan sopan saat
Maaf baru bisa up! Semoga sukaaa!Jam sudah menunjukan pukul satu siang, setengah jam lagi pelajaran terakhir selesai dan semua siswa akan membubarkan diri dari sekolah, kecuali yang memiliki jadwal ekskul dan lainnya.Ailee terdiam memegangi ponselnya saat ia mendapatkan pesan kedua yang di kirimkan oleh Milan, Kakak kelas sekaligus orang yang disukainya."Lo kenapa?" Tanya Naima.Ailee memperlihatkan pesan yang di kirimkan oleh Milan kepada teman sebangkunya itu."Wow, gila sih! Gue gak nyangka Kak Milan bisa kirim pesan kayak gitu." Ucap Naima tak percaya."Angga udah tahu?" Ailee mengangguk sebagai jawaban."Gue udah share chat ini ke dia, dia juga kaget." Ucap Ailee dan mereka pun kembali fokus mencatat materi yang guru mereka berikan.Ailee kembali terdiam.From: 082**********
Semoga suka...Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha
Semoga sukaaa...Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya."Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.Dan,Boom!Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya."Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget...""Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan mengh
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga