Semoga suka...
Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.
Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.
Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"
Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha melepaskan diri. Zuco hendak memberikan privasi, tapi melihat darah yang sudah mengering dan juga ringisan Ailee, Zuco malah menatap luka itu.
PHAKK!! Ailee memukul lengan Zuco dan mengalingkan wajah kekasihnya itu ke arah lain. "Mata!"
Zuco membelakangi Ailee, ia terlihat mengusap wajahnya frustasi. "Arrggh... Sialan. Mereka harus dikasih pelajaran, aku gak bakalan biarin mereka." Geram Zuco.
Ailee menyimpan kapas bekasnya di atas meja, kemudian usap punggung tegap Zuco yang belum memakai pakaian itu dengan lembut. Zuco berbalik. "Udah selesai?" tanya Zuco seraya melirik paha Ailee yang sudah diplester.
"Udah liatinnya!"
Zuco terkekeh pelan, kemudian berdiri dari duduknya. Ia berjalan ke arah lemari dan mengambil satu kaos dan satu celana panjang. "Yaang, aku gak ada baju cewek. Pake ini aja dulu, abis itu kamu istirahat dulu di sini, atau mau makan dulu?" ucap Zuco seraya memberi Ailee pakaian miliknya.
"Ya udah, aku ke kamar mandi dulu. Sebelumnya makasih..." ucap Ailee.
"Sayangnya mana?"
Ailee hanya terkekeh pelan kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Zuco, ia Kembali memasang wajah penuh amarah. Kemudian ia raih ponsel miliknya dan menelpon seseorang.
"Pah, Papah tahan dulu dana yang mau di kirim ke SMA Assatya itu."
"Loh, kenapa? Bukannya kamu yang minta Papah bantu sekolah itu, biar Ailee--"
"Kamu lagi gak ada masalah, kan?"
"Dah, Papah sayang kamu."
Zuco menutup matanya sejenak, ia selalu merasa kesal dan marah pada dirinya sendiri jika mengingat kondisi Ailee yang kacau karena ulah brandalan-brandalan sekolah.
"Seragamnya kamu simpan aja di sini, nanti biar Bibi yang buang." Ucap Zuco seraya berjalan menghampiri Ailee.
Ailee mengangguk paham. "Makasih yah," ucapnya tersenyum manis.
Zuco membalas senyuman itu, "lucu banget kamu pake baju aku, makin mungil." Ucapnya.
Ailee berjalan melewati Zuco dan duduk di sofa panjang yang menghadap langsung ke arah tempat tidur. "Iya deh yang badannya gede," sahutnya.
"Zuco..."
"Hn?" Zuco duduk tepat di samping kiri Ailee.
"Kamu, kamu kok bisa tahu kalau aku di ruangan itu?"
Zuco menyandarkan tubuhnya dan melirik Ailee yang tengah menatapnya sekilas. "Pas aku dateng buat jemput kamu, Angga bilang kalau kamu lagi ada urusan sebentar."
Hiksss...
Mata Ailee membulat sempurna, "kamu... Kamu kenapa nangis?"
Zuco mengusap rambutnya ke arah belakang dan memandang ke arah lain. "Aku mutusin buat nunggu kamu dan,--"
"Dan perasaan aku mulai gak enak, aku lari ke dalam sekolah kamu terus aku papasan sama dua cowok yang aku gak kenal tapi mereka liatin aku sinis banget, aku rasa dia yang kirim pesan ke kamu. Akhirnya aku lari ke arah dari mana mereka datang, ruang serba guna." Lanjut Zuco menceritakan.
Zuco mengubah posisi duduk dan kini ia menghadap Ailee yang tengah menunggu lanjutan kalimatnya.
"Dari ruangan itu, aku denger... Aku denger suara kamu, aku denger suara kamu nangis dan mohon-mohon untuk berhenti... Kamu hiksss... I'm sorry... Maafin aku, harusnya aku dateng lebih awal..." Zuco menutup wajahnya untuk menyembunyikan air matanya.
Ailee terdiam, namun di detik kemudian ia meraih tubuh Zuco ke dalam pelukannya.
"Rok kamu... Seragam kamu, kaki kamu, wajah kamu... Harusnya--"
"Udah gak--"
"Kamu bisa bilang gak pa-pa karena kamu gak liat keadaan kamu kayak apa, kamu--kamu hampir gak kebungkus--"
Ailee mengusap punggung Zuco dengan lembut. "Kamu nangis karena takut cowok lain yang liat, aku tahu itu."
"Ngaco." Sahut Zuco yang masih berada dalam pelukan Ailee, bahkan ia membalasnya dengan erat.
"Jadi gak pa-pa kalau cowok--"
"Ya gak gitu, lebih dari itu. Aku gak-- udahlah kamu gak akan paham. Orang aku khawatir sama keadaan kamu, luka kamu. Aku emang gak mau kalau ada cowok lain yang dateng lebih dulu, tapi kalau buat nolongin kamu ya aku bisa ap--"
"Ssst..." Potong Ailee dengan terkekeh pelan. "Aku tahu, makasih udah khawatirin aku..."
Zuco mengeratkan pelukannya. "Aku gak mau kamu kenapa-napa, aku gak mau kehilangan kamu. Aku takut." Ucapnya.
"Iya,"
"Ck, nyautnya cuma iya doang."
"Iya, sayang iya..." Gemas Ailee yang berhasil membuat Zuco tersenyum senang.
Zuco melepaskan pelukannya, "jadi, kenapa mereka ngelakuin hal itu ke kamu?" Tanyanya.
Ailee terdiam. Tiba-tiba saja tubuh Ailee menegang saat tangan Zuco memegang luka yang berada tepat di pangkuannya.
"Sakit ya?" Tanya Zuco memastikan.
Ailee menjauhkan lengan Zuco dari atas lukanya. "Modus!"
"Eh enggak, aku refleks aja megang lukanya kok bukan--aah kamu yang pikirannya mesum, hayooo..." Ujar Zuco yang kini menggoda Ailee.
"Yeu... Ngarang." Sahut Ailee.
"Jadi kenapa?"
Ailee kira Zuco sudah melupakan pertanyaan itu, ternyata tidak. "Gak pa-pa kok, cuma salah paham aja."
Zuco menyipitkan pandangannya. "Pertama aku gak suka kamu deket sama cowok lain, kedua aku gak suka kamu cuekin dan yang ketiga, aku gak suka kamu bohong."
Ailee terdiam.
"Jawab." Ucap Zuco.
"Emh, mereka--mereka..."
Tok... Tok... Tok...
"Nak!"
"Ck, Papah. Lanjut aja yaang," pinta Zuco.
Ailee menggelengkan kepalanya dan berdiri dari duduknya. "Nanti aja, kasian Papah kamu. Biar aku bukain pintunya dulu,"
Ceklek.
Ailee tersenyum ramah dan mencium lengan Ayah dari kekasihnya. "Siang, Om."
"Loh kamu ada--tunggu, ini yang kamu pake bajunya... Wait, kalian gak ngapa-ngapain kan di sini?"
Ailee langsung terdiam dengan wajah terkejut, ia melupakan hal itu. "Eng--"
"Kalau iya kenapa?" Sahut Zuco dengan tiba-tiba yang langsung saja mendapatkan tatapan tajam dari Ailee.
Jhonatan menatap putranya itu dengan tatapan tak percaya. "Ya tuhan, Zuco kamu! Papah gak mau tahu, kalian harus menikah secepatnya."
"Bagus tuh, ya udah nanti kita lamar Ailee ya Pah."
Ailee memukul Zuco yang kini berdiri di sampingnya. "Mulutnya tuh! Zuco bohong Om, kita gak ngapa-ngapain kok. Aku pake baju Zuco karena seragam aku rusak Om..." Jelas Ailee.
Jhonatan terlihat menghela nafas lega. "Harusnya Om tahu kalian gak akan ngelakuin hal yang macem-macem."
"Something bad happened to her,"
Jhonatan baru menyadari plester kecil yang berada di dekat dagu Ailee. "Loh, ada apa?"
Ailee hanya menunduk diam, sedangkan Zuco, ia merangkul bahu Ailee.
"Ya udah, Papah tinggal lagi yah, Papah cuma mau bawa berkas yang ketinggalan." Ucap Jhonatan seraya menepuk bahu Zuco, kemudian berlalu.
***
Ailee terdiam memandangi jalanan menuju rumahnya sedangkan Zuco, ia terlihat fokus menyetir dan sesekali mengecup lengan kanan Ailee.
Drrt... Drrrt...
Dengan cepat Ailee meriah ponselnya dari dalam tas.
Milan...
"Angkat aja yaang, loud speaker tapi..." Ujar Zuco.
Ailee mengangkatnya.
"Halo, Ailee.."
"Iya Kak, ada apa?" Tanya Ailee.
"Aku denger kalau kamu luka, anak-anak ngapain kamu? Aku, aku maaf harusnya aku gak ninggalin kamu di sana."
"Tutup yaang..." Ucap Zuco.
"Ailee?"
Zuco merebut ponsel Ailee dari genggamannya, kemudian menutup sambungan telponnya.
"Zuco gak sopan tahu gak,"
"Aku udah bilang tutup, kamu malah mau ngobrol sama dia? Oh god."
Ailee menatap Zuco heran. "Kita cuma ngobrol biasa, dia cuma nanya keadaan aku doang, aku loud speaker juga kan? Apa sih, heran aku."
"Aku gak suka ada cowok lain yang sok perhatian sama kamu," ucap Zuco.
"Ya tuhan, Zuco dia--"
"Aku gak suka di bantah."
Ailee pun kembali diam, jika tidak maka ia akan semakin lama untuk sampai di rumah.
"Males aku, aku pesenin taksi." Ucap Zuco.
"Terserah kamu."
Zuco memutar bola mata sebal dan kembali menjalankan mobilnya. "Bukannya minta maaf, malah gitu." Gumamnya.
Ailee yang masih bisa mendengar itu walau samar, hanya meliriknya sekilas dan kembali menatap jalanan.
"Hp aku mana?" Tanya Ailee meminta ponselnya kembali.
Zuco memberikannya.
"Katanya males, katanya mau pesenin taksi." Ucap Ailee.
"Kenapa? Biar bisa lanjut telponan?"
"Bisa gak sih kamu gak usah mikir kemana-mana?" Ucap Ailee.
Bukannya menjawab, Zuco malah menambah kecepatan laju mobilnya, membuat Ailee sedikit takut dan berpegangan.
"Zuco pelanin! Zuco, Zuco okay! Aku minta maaf..." Ujarnya, namun Zuco masih saja dengan amarahnya.
"Zuco aku mohon... Zuco aku takut," tambah Ailee dengan suara yang mulai bergetar.
Dan perlahan laju mobilnya mulai memelan.
"Aku maafin," balas Zuco. "Jangan gitu lagi, aku gak suka. Jauhin cowok itu." Lanjutnya.
Bersambung...
Vomment...Semoga sukaaa...Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya."Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.Dan,Boom!Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya."Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget...""Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan mengh
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Semoga suka?Jangan dheuegwjgeg3jqj huaaah...Ini panjang loh partnya... Voteee dan komeeen.Yang komen next & lanjut, ini bakalan di lanjut kok sampai tamat. Ok.Gugup, itu yang Ailee rasakan. Ia berdiri menatap sekitar, beberapa orang terlihat sedang menikmati sajian dengan ditemani alunan musik dan yang lainnya ada yang berdansa dengan pasangan, juga ada yang tengah berbincang serta bersenda gurau di salah satu sudut ruangan dengan tempat duduk.Ia berdecak kesal karena Zuco tak kunjung kembali dari kamar kecil. Sampai akhirnya sang pemilik acara mulai berjalan dan berdiri di atas lantai yang lebih tinggi dengan microphone di tangannya."Ekhem, ya cek! Okay. Selamat malam semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Ucap Jhonatan meminta dan para tamu pun mulai berkumpul.Jhonatan terlihat tersenyum senang
Jangan lupa Vote dan komen...Semoga sukaaa ya... Ini juga panjang loh. Maaf kalau ceritanya absksueiwuuehekakh...Zuco mengusap wajahnya kasar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ailee yang tengah memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Saat ini ia memakai pakaian milik Zuco dengan dibantu oleh asisten rumah tangga yang memang khusus untuk membantu mengurusi kebutuhannya."Den, Dokter bilang kan Non Ailee sudah tidak pa-pa. Sebaiknya Den Zuco juga beristirahat." Ucap Asisten rumah tangga yang sejak Zuco SMP ia panggil Nanny Sarnah.Zuco terlihat mengepalkan lengannya menahan rasa kesal. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari dalam kamar .Ia berjalan setengah berlari menuruni anak tangga, membuat sang Ayah dan Kakak yang sudah mengenakan pakaian biasa menatap ke arahnya, para tamu pun sudah meninggalkan rumah, kini hanya para pegawai katering dan pegawai yang membe
I am back...Semoga suka...Jangan bosen dan,Jangan lupa vote dan comment for the next part.Ailee tersenyum lebar melihat beberapa siswa yang berpapasan di sekolah barunya memberikan sebuah senyuman. Ia melirik Zuco yang berjalan di samping kanannya, kemudian ia melepaskan genggaman Zuco pada lengannya. Zuco mengernyit heran."Kenapa di lepas?" Tanya Zuco.Ailee tersenyum manis, kemudian memeluk lengan kiri Zuco. "Terima kasih," ucapnya.Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "Are you happy?" Ailee mengangguk dengan cepat."Sangat, sekali lagi terima kasih."Zuco pun mengusap lengan Ailee dengan lembut. Zuco senang melihat Ailee bahagia, sangat senang lagi jika dirinyalah yang menjadi alasannya. Hatinya sudah mulai tenang, setidaknya Ailee sudah merasa lebih baik."I'll never let you go." Gumam Zuco dalam hati
Part ini gak ada darah tinggi awowkk...Semoga suka...Dan jangan lupa vote sama komentarnya...Ailee tersenyum pada Zuco yang sudah menunggunya di depan kelas untuk pulang bersama. Setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar, Ailee serta para siswa dan siswi lainnya pun menyusul pergi.Zuco mengusap rambut Ailee saat gadis itu berdiri di hadapannya dengan tersenyum manis. Membuat Zuco semakin gemas saja"Pulang?" Ailee menganggukkan kepalanya."Aku gak sabar ketemu Ibu dan ceritain sekolah baru ini," ucap Ailee.Zuco mengangguk pelan, kemudian ia genggam lengan Ailee dan menuntunnya pergi menuju tempat parkir."Sekolah ini luas banget, banyak gedungnya." Ucap Ailee dengan mata yang terus memandangi sekitarnya. "Zuco, yang di sana itu gedung apa?" Ailee menunjuk sebuah gedung yang hanya terlihat atapnya saja karena terhalang bangunan kelas
Hari ini sangatlah menyebalkan. Ailee baru saja sampai di kelas, beberapa saat kemudian mantan dari kekasihnya menyusul masuk dengan dua orang sahabatnya. Ailee kira Kinara akan berhenti setelah kejadian kemarin, karena wanita itu tidak mengganggunya. Ternyata Kinara mencari sekutu terlebih dahulu. Ck. Sial."Heh!" Tegur Kinara. Ailee yang sudah duduk manis di bangkunya, kembali berdiri."Lo masih belum jauhin Zuco?"Ailee menatap Kakak kelasnya itu dengan malas. "Kenapa? Dia pacar gue, Kak. Gue masih sopan loh ini,""Kalau gue bilang jauhin, ya jauhin." Tekan Kinara.Ailee memberikan tatapan datarnya. "Gue bilang gak mau, ya gak mau. Paham?"Kinara terlihat menggeram tertahan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat. Sedangkan dua temannya kini berdiri di kedua sisi Ailee."Berani lo nolak perintah gue? Hm?" Tekannya."Gue masih diem, kare
Halo!!Semoga suka:*Jangan lupa vote dan comment!Share juga yah!Ailee masih belum mau berbicara pada Zuco, menatap matanya pun ia tak mau. Mereka kini sedang duduk di bangku taman sekolah, bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tapi Zuco hanya diam menemani Ailee tanpa mengatakan sepatah katapun. Zuco hanya menatap Ailee dengan terus menggenggam lengannya.Sampai akhirnya Ailee mendengus kesal. "Kamu kalau gak ada yang mau diomongin mending pulang." Ucapnya."Katanya kamu sebel denger suara aku. Ya aku gak mau kalau kamu tambah marah," sahut Zuco dengan polosnya.What?!Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Ia sangat takjub mendengar alasan yang baru saja Zuco lontarkan."Au ah!" Kesal Ailee."Yaang, aku udah jujur sama kamu. Aku minta maaf, aku gak bilang tentang beasiswa itu."
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga