Semoga sukaaa...
Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.
Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya.
"Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.
Dan,
Boom!
Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya.
"Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget..."
"Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.
Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan menghampirinya.
"Hai!" Sapa Zuco yang kini berdiri di hadapan Milan yang sedari tadi menatapnya.
Milan mengangkat sebelah alisnya. "Hai, gue rasa hari ini Ailee gak masuk."
Zuco tersenyum miring mendengarnya dan,
Sreet!
Ia menarik kerah seragam yang Milan kenakan, membuat siswa dan siswi yang berada di sekitar mereka terkejut.
"Dia gak akan pernah masuk ke sekolah ini lagi." Tekan Zuco dengan cengkeraman yang semakin menguat.
Milan terkekeh hambar, "lo kenapa? Kita gak ada masalah bro."
"Gua udah tahu semuanya." Tekan Zuco. "Lo yang udah nekan Ailee untuk mata-matain sekolah gue. Dan gara-gara lo, gara-gara cewek-cewek murahan di sini, cewek gue yang jadi korban." Tambahnya yang berhasil membuat Milan terdiam.
Zuco pun melepaskan cengkeramannya dengan kasar. Dan Milan mengangguk paham. "Gue bahkan gak tahu mereka--"
"Diem lo anjing!" Potong Zuco yang sudah benar-benar geram terhadap pecundang di hadapannya ini.
"Lo dan siapapun yang udah nyakitin cewek gue, kalian semua udah salah pilih korban." Tekan Zuco.
Lalu tiba-tiba saja seseorang menepuk bahunya dari arah belakang, seseorang yang memberitahu Zuco segalanya, Angga. Zuco meliriknya sekilas dan kembali menatap Milan dengan tajam, juga tangan yang sudah mengepal.
"Udah nyampe dari kapan?" Tanya Angga.
"Barusan." Jawab Zuco.
Mereka melirik ke arah kanan, terlihat seorang pria yang sangat disegani sekolah itu tengah berjalan menghampiri mereka bertiga. Siapa lagi jika bukan kepala sekolah.
"Nak Zuco, selamat pagi..."
Zuco menyalami pria tersebut, "selamat pagi, Pak."
"Pak Jhonatannya, di mana beliau?"
Zuco melirik Milan dengan tatapan elangnya, kemudian kembali menatap kepala sekolah tersebut dengan sopan.
"Papah saya sedang ada pekerjaan penting, Pak." Jawab Zuco. "Dan meminta saya yang datang ke sekolah ini." Tambahnya.
"Loh, tapi pembicaraan kami merupakan pembicaraan penting,"
"Pekerjaan Papah saya lebih penting dari sekolah ini." Ucap Zuco yang malah membuat Angga takut, ia takut jika kepala sekolahnya akan tersinggung, pasalnya kepala sekolah mereka terbilang killer pada siswa dan siswinya.
Tapi ternyata Kepala sekolah tersebut hanya mengangguk dan tersenyum, membuat Milan dan Angga cukup terdiam tak percaya.
"Baik, kalau begitu mari Nak Zuco, kita keruangan saya." Ucap kepala sekolah tersebut, namun Zuco terlihat menolak ajakan tersebut.
"Ada apa nak Zuco?" Tanyanya.
Zuco menunjuk Milan tepat di wajahnya. "Sekolah ini akan mendapatkan bantuan, pasti. Asalkan, pria ini dan para anggota cheers di sekolah ini, mendapatkan hukuman."
Kepala sekolah tersebut terlihat mengernyit heran. "Ada apa ini?"
"Wow, bahkan Bapak tidak mengetahui hal yang terjadi di sekolah yang Bapak pegang?"
Kepala sekolah tersebut melirik dan menatap Milan dengan tajam. "Apa yang sudah kamu lakukan?"
"Angga, sekolah lo gak ada CCTV? Miris." Ucap Zuco seraya merangkul bahu Angga yang kini menjadi teman barunya.
Angga hanya bisa terdiam di hadapan kepala sekolahnya.
"Bapak bisa bertanya langsung pada siswa dan siswi-siswi Bapak yang sok jagoan ini." Ujar Zuco seraya menepuk-nepuk bahu Milan cukup keras.
"Berikan hukuman dan pendanaan akan langsung di proses, hanya itu." Tambah Zuco. "Jangan menutup mata atas kesalahan yang murid anda lakukan hanya untuk menjaga nama baik sekolah," lanjutnya.
"Ten--tentu saja nak Zuco," ucap Kepala sekolah tersebut.
Zuco mengangguk sopan. "Hanya itu saja, hubungi kembali sekertaris Papah saya saat Bapak sudah selesai dengan ya, pria tampan ini... Ish sangat menggemaskan." Ucapnya dengan tersenyum hambar.
"Ga, gue balik, lo hati-hati, jangan sampe nih banci ganggu kehidupan sekolah lo." Ujar Zuco pada Angga.
Angga menaik turunkan alisnya dan tertawa ringan. "Gue titip Ailee,"
Zuco langsung terdiam dan menatap Angga sinis. "Ailee ada di pelukan yang tepat." Ucapnya sombong. Angga hanya bisa menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
Zuco kembali menatap kepala sekolah yang sedari tadi sudah menatap Milan dengan tatapan tajam.
"Saya permisi Pak, terima kasih atas waktunya." Ucap Zuco yang kemudian berlalu.
Setelah beberapa langkah, ia kembali menghentikan langkahnya. Dan menatap Milan dengan tatapan yang menyeramkan.
"You're in danger bro," bisik Angga tepat di telinga Milan yang sedang meredam kekesalannya.
Zuco tersenyum miring dan kembali melanjutkan langkahnya, melewati siswi-siswi yang terpana akan wajah tampan khas bulenya itu.
"Tunggu!" Ujar seseorang yang tiba-tiba saja menghadang langkahnya.
Zuco terdiam, ia memutar ingatannya. Ia merasa pernah melihat siswi yang berdiri di hadapannya kini. Dan benar saja, ia pernah melihat siswi itu. Siswi yang memegang sebuah botol di hadapan Ailee yang tengah menangis meminta ampun untuk berhenti.
Tangan Zuco mengepal dengan sempurna. "Ada apa?" Tanya Zuco yang dengan susah payah meredam emosinya.
Gadis itu terlihat tersenyum dengan melipat kedua tangan di depan dada.
"Ailee--""Jangan pernah sebut nama Ailee dengan mulut menjijikan itu." Tekan Zuco.
"Ck, yailaah... Si Ailee kampungan itu cuma manfaatin harta lo doang kali," ujarnya dengan enteng.
Zuco tersenyum hambar. "Untung cewek..." Gumamnya.
"Lo gak tahu apa-apa." Tekan Zuco, karena hanya dia dan Ailee yang tahu siapa yang paling menginginkan siapa.
"Dia--"
Zuco langsung mencengkeram dagu siswi bernama Vina itu dan menatapnya dengan tajam.
"Ayah lo cuma karyawan di perusahaan Bokap gue. Lo tahu itu." Tekan Zuco.
Raut wajah takut mulai menenggelamkan tatapan sombong yang selalu Vina lakukan jika sedang di hadapan orang-orang yang berada lebih di bawahnya.
"Dan, masalah lo bukan cuma itu." Lanjutnya seraya melepaskan cengkeramannya.
Vina menunduk, ekspresi bingung, panik dan khawatir kini memenuhi raut wajah angkuhnya.
"Gue rasa kepala sekolah yang akan ngasih tahu lo dan semua orang yang ada di ruangan sialan itu." Bisik Zuco
"Gue--gue mohon... Jangan--"
"Ssst... No, jangan memohon, itu akan ngelukain Ego dalam diri lo. Ckck. Kasian." Potong Zuco yang kemudian berlalu begitu saja.
Zuco terlihat berjalan dengan santai menuju parkiran, namun tiba-tiba saja langkahnya kembali terhenti. Ia menyipitkan kedua matanya untuk memastikan penglihatannya.
Raut wajah tak suka langsung menghiasi wajah tampannya."Ailee?" Herannya saat melihat gadisnya itu tengah duduk di taman dengan ditemani seorang siswi.
Zuco menghembuskan nafas kasar kemudian berjalan menghampiri gadis yang akhir-akhir ini selalu membuatnya khawatir.
"Hahaha... Serius?"
"Heem, dia beneran nangis... Gue sampe cengo sendiri."
Naima merapatkan tubuhnya pada Ailee. "Terus lo gimana?"
"Gue pel-"
"Cium." Sahut Zuco menyela.
Tubuh Ailee menegang mendengar suara pria yang sedang dirinya perbincangkan. Begitupun dengan Naima.
Mata Ailee membulat dengan sempurna ketika Zuco berdiri tepat di hadapannya.
"Kamu, kamu kok bisa ada di sini? Kamu gak sekolah?" Tanya Ailee bingung.
Zuco hanya memberikan tatapan datar, tak ada ekspresi apalagi senyuman.
"Emh, kenalin ini Naima, dia temen sekelas aku..."
Naima tersenyum ramah dan mengangguk pelan. "Ailee suka cerita tentang lo,"
Ailee menatap temannya itu tak percaya. "Imaaa..." Geramnya.
"Really?" Tanya Zuco yang kini sedikit tersenyum.
Naima mengangguk pasti. "Ailee sayang banget sama lo. Ya udah gue tinggal yah, daaah..."
"Imaaa! Awas lo ya!" Kesal Ailee.
Selepas kepergian temannya itu, Ailee hanya diam dan sesekali melirik Zuco yang sama sekali tidak menatapnya.
"Bentar lagi masuk," ucap Ailee yang sudah mulai tidak nyaman dengan keheningan di antara mereka.
"Ya," ucap Zuco.
Ailee memutar bola mata sebal dan berdiri dari duduknya.
"Kamu mau ke mana?" Tanya Zuco."Ke kelas dong, kan bentar lagi bel masuk bunyi." Jawab Ailee.
Zuco mengernyit heran. "Masuk? Ke kelas?"
Ailee mengangguk sebagai jawaban.
"Are you serious? Kamu aja salah masuk sekolah, gimana masuk kelas?"
Ailee terdiam.
"Aku udah bilang sama kamu, hari ini kamu istirahat. Besok baru mulai sekolah, dan bukan di sekolah ini."
"Aku bakalan bosen di rumah, jadi--"
"Aku gak suka kamu ngebantah kayak gini."
Ailee menatapnya tak percaya. "Bantah? Ini hidup aku loh, yang ngerasain bosen itu aku, ya aku bebas dong buat gunain waktu yang aku punya."
"Kamu--"
"Kamu segitu aja marah, suka banget kamu marah-marah sama aku."
"Tapi kamu gak akan sekolah di sini lagi." Ucap Zuco.
Ailee mengangguk paham. "Zuco, kayaknya aku gak usah pindah sekolah deh, di sini aja, gak pa-pa kok."
Zuco terkekeh hambar. "Kamu susah banget yah buat disayangin."
"Gak gitu, aku cuma--"
"Aku dateng ke sini buat minta keadilan supaya orang-orang yang nyakitin kamu dikasih pelajaran, kamu bukannya nurut sama aku buat istirahat malah ck, gak ngerti aku."
Ailee mengangguk paham. "Makasih, tapi itu udah cukup, aku udah baik-baik."
"Kamu bisa ngertiin aku gak sih? Kalau kamu masih di sini, mereka bisa aja-- ah ya tuhan, yaang listen to me... Kita pulang, ayo!"
Zuco meraih lengan Ailee dan membawanya pergi.
"Okay, kita pulang." Putus Ailee.
***
Ailee terlihat mengotak-atik ponselnya, sedangkan Zuco hanya fokus menyetir dan tak menyadari itu sama sekali. Ia masih merasa kesal karena Ailee tidak mendengar perkataannya.
"Lagi ngapain?" Tanya Zuco.
"Zuco, Kak Milan sama Kak Dhira bentar lagi Ujian praktek, dan... Kepala sekolah mau ngeskorsing mereka." Ucap Ailee tanpa mengalihkan wajah dari ponselnya.
"Aku tanya kamu lagi ngapain?"
Ailee terdiam. "Aku harus ngasih tahu kepala sekolah, supaya hukumannya di ganti."
"Apa-apaan sih kamu, masih untung cuma skorsing, harusnya mereka dikeluarin."
"Yang lain gak pa-pa, tapi Kak Milan sama Kak Dhira harus--"
"Terserah kamulah, cape-cape aku usahain."
"Aku minta maaf..." Lirih Ailee berucap.
"Suara kamu kok--ck, kamu nangis? Gadis keras kepala nangis?" Sahut Zuco seraya menepikan mobilnya.
Ailee menutupi wajahnya dengan tangan. "Aku mohon sama kamu, berhenti lakuin apapun buat aku. Aku gak bisa nerima itu semua, aku gak pantes..."
"Nanti aku minta kepala sekolah kamu buat ganti hukumannya." Ucap Zuco.
"Zuco, kamu--"
"Mau apa lagi? Balik sekolah di sana lagi? Ya gak pa-pa, terserah kamu."
Ailee menggelengkan kepalanya. "Aku cuma mau bilang makasih."
Zuco kembali menjalankan mobilnya. "Jangan nangis." Ucapnya.
Ailee mengusap air matanya dan mengangguk pelan.
"Aku akan lakuin apapun, sampai kamu merasa bergantung dan gak akan pernah ninggalin aku. Entah itu karena cinta atau hutang budi." Gumam Zuco dalam hati.
"Aku akan terus mencoba membalas perasaan kamu." Pikir Ailee dan tersenyum menatap wajah serius Zuco saat sedang menyetir.
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Semoga suka?Jangan dheuegwjgeg3jqj huaaah...Ini panjang loh partnya... Voteee dan komeeen.Yang komen next & lanjut, ini bakalan di lanjut kok sampai tamat. Ok.Gugup, itu yang Ailee rasakan. Ia berdiri menatap sekitar, beberapa orang terlihat sedang menikmati sajian dengan ditemani alunan musik dan yang lainnya ada yang berdansa dengan pasangan, juga ada yang tengah berbincang serta bersenda gurau di salah satu sudut ruangan dengan tempat duduk.Ia berdecak kesal karena Zuco tak kunjung kembali dari kamar kecil. Sampai akhirnya sang pemilik acara mulai berjalan dan berdiri di atas lantai yang lebih tinggi dengan microphone di tangannya."Ekhem, ya cek! Okay. Selamat malam semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Ucap Jhonatan meminta dan para tamu pun mulai berkumpul.Jhonatan terlihat tersenyum senang
Jangan lupa Vote dan komen...Semoga sukaaa ya... Ini juga panjang loh. Maaf kalau ceritanya absksueiwuuehekakh...Zuco mengusap wajahnya kasar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ailee yang tengah memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Saat ini ia memakai pakaian milik Zuco dengan dibantu oleh asisten rumah tangga yang memang khusus untuk membantu mengurusi kebutuhannya."Den, Dokter bilang kan Non Ailee sudah tidak pa-pa. Sebaiknya Den Zuco juga beristirahat." Ucap Asisten rumah tangga yang sejak Zuco SMP ia panggil Nanny Sarnah.Zuco terlihat mengepalkan lengannya menahan rasa kesal. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari dalam kamar .Ia berjalan setengah berlari menuruni anak tangga, membuat sang Ayah dan Kakak yang sudah mengenakan pakaian biasa menatap ke arahnya, para tamu pun sudah meninggalkan rumah, kini hanya para pegawai katering dan pegawai yang membe
I am back...Semoga suka...Jangan bosen dan,Jangan lupa vote dan comment for the next part.Ailee tersenyum lebar melihat beberapa siswa yang berpapasan di sekolah barunya memberikan sebuah senyuman. Ia melirik Zuco yang berjalan di samping kanannya, kemudian ia melepaskan genggaman Zuco pada lengannya. Zuco mengernyit heran."Kenapa di lepas?" Tanya Zuco.Ailee tersenyum manis, kemudian memeluk lengan kiri Zuco. "Terima kasih," ucapnya.Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "Are you happy?" Ailee mengangguk dengan cepat."Sangat, sekali lagi terima kasih."Zuco pun mengusap lengan Ailee dengan lembut. Zuco senang melihat Ailee bahagia, sangat senang lagi jika dirinyalah yang menjadi alasannya. Hatinya sudah mulai tenang, setidaknya Ailee sudah merasa lebih baik."I'll never let you go." Gumam Zuco dalam hati
Part ini gak ada darah tinggi awowkk...Semoga suka...Dan jangan lupa vote sama komentarnya...Ailee tersenyum pada Zuco yang sudah menunggunya di depan kelas untuk pulang bersama. Setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar, Ailee serta para siswa dan siswi lainnya pun menyusul pergi.Zuco mengusap rambut Ailee saat gadis itu berdiri di hadapannya dengan tersenyum manis. Membuat Zuco semakin gemas saja"Pulang?" Ailee menganggukkan kepalanya."Aku gak sabar ketemu Ibu dan ceritain sekolah baru ini," ucap Ailee.Zuco mengangguk pelan, kemudian ia genggam lengan Ailee dan menuntunnya pergi menuju tempat parkir."Sekolah ini luas banget, banyak gedungnya." Ucap Ailee dengan mata yang terus memandangi sekitarnya. "Zuco, yang di sana itu gedung apa?" Ailee menunjuk sebuah gedung yang hanya terlihat atapnya saja karena terhalang bangunan kelas
Hari ini sangatlah menyebalkan. Ailee baru saja sampai di kelas, beberapa saat kemudian mantan dari kekasihnya menyusul masuk dengan dua orang sahabatnya. Ailee kira Kinara akan berhenti setelah kejadian kemarin, karena wanita itu tidak mengganggunya. Ternyata Kinara mencari sekutu terlebih dahulu. Ck. Sial."Heh!" Tegur Kinara. Ailee yang sudah duduk manis di bangkunya, kembali berdiri."Lo masih belum jauhin Zuco?"Ailee menatap Kakak kelasnya itu dengan malas. "Kenapa? Dia pacar gue, Kak. Gue masih sopan loh ini,""Kalau gue bilang jauhin, ya jauhin." Tekan Kinara.Ailee memberikan tatapan datarnya. "Gue bilang gak mau, ya gak mau. Paham?"Kinara terlihat menggeram tertahan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat. Sedangkan dua temannya kini berdiri di kedua sisi Ailee."Berani lo nolak perintah gue? Hm?" Tekannya."Gue masih diem, kare
Halo!!Semoga suka:*Jangan lupa vote dan comment!Share juga yah!Ailee masih belum mau berbicara pada Zuco, menatap matanya pun ia tak mau. Mereka kini sedang duduk di bangku taman sekolah, bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tapi Zuco hanya diam menemani Ailee tanpa mengatakan sepatah katapun. Zuco hanya menatap Ailee dengan terus menggenggam lengannya.Sampai akhirnya Ailee mendengus kesal. "Kamu kalau gak ada yang mau diomongin mending pulang." Ucapnya."Katanya kamu sebel denger suara aku. Ya aku gak mau kalau kamu tambah marah," sahut Zuco dengan polosnya.What?!Ailee menatap Zuco dengan tatapan tak percaya. Ia sangat takjub mendengar alasan yang baru saja Zuco lontarkan."Au ah!" Kesal Ailee."Yaang, aku udah jujur sama kamu. Aku minta maaf, aku gak bilang tentang beasiswa itu."
Semoga suka.Maaf kalau ngebosenin:*Stay tune ya kesayangan Didit huhu... Zuco duduk bersila di atas tempat tidur, begitupun dengan Ailee. Mereka saling berhadapan. Sesuai dengan apa yang Ailee minta, setelah makan siang, Zuco akan berbagi cerita dengan dirinya. Sedangkan Kenan, ia diharuskan kembali menuju kantor atas permintaan Jhonatan."Okay, karena aku bingung. Jadi, kamu tanya aku aja," ucap Zuco.Ailee mengangguk setuju. Itu pun akan menghemat waktu."Siapa temen terdekat kamu?" Tanya Ailee."Kak Kenan, Papah dan kamu." Jawab Zuco dengan senyuman."Yang lainnya?"Zuco mengangkat bahu tak tahu bahkan tak peduli. "TK, SD sampai SMP sih masih ada, tapi pertengahan SMA, aku mulai paham kalau gak ada orang yang beneran temenan sama aku." Ucapnya."Contohnya?" Tanya Ailee.Zuco terlihat b
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga