Maaf baru bisa up! Semoga sukaaa!
Jam sudah menunjukan pukul satu siang, setengah jam lagi pelajaran terakhir selesai dan semua siswa akan membubarkan diri dari sekolah, kecuali yang memiliki jadwal ekskul dan lainnya.
Ailee terdiam memegangi ponselnya saat ia mendapatkan pesan kedua yang di kirimkan oleh Milan, Kakak kelas sekaligus orang yang disukainya.
"Lo kenapa?" Tanya Naima.
Ailee memperlihatkan pesan yang di kirimkan oleh Milan kepada teman sebangkunya itu.
"Wow, gila sih! Gue gak nyangka Kak Milan bisa kirim pesan kayak gitu." Ucap Naima tak percaya.
"Angga udah tahu?" Ailee mengangguk sebagai jawaban.
"Gue udah share chat ini ke dia, dia juga kaget." Ucap Ailee dan mereka pun kembali fokus mencatat materi yang guru mereka berikan.
Ailee kembali terdiam.
From: 082**********
Kok kemarin gak di bales? Gue kasih tahu aja syaratnya biar lo bisa pikirin dulu.
Lo bantu tim basket sekolah kita dengan cara lo ikut dan rekam saat cowok lo latihan. Gimana? Intinya lo kasih tahu aja gue, semua yang tim basket Leon lakuin, siapin buat lomba nanti. Gue tunggu jawaban lo.
Ailee mengusap wajahnya frustasi. Ia ingin sekali bergabung dengan ekskul cheers di sekolahnya ini, namun syarat ini? Ah yang benar saja. Ailee tidak akan bisa melakukan hal seperti itu. Lagi pula Zuco tidak pernah mencari tahu perihal sekolahnya, lalu bagaimana bisa ia melakukan hal buruk seperti itu hanya demi kepentingannya dan Milan sudah pasti.
"Sialan." Umpat Ailee.
"Sabar, tinggal pikiran aja Lee. Katanya lo gak suka sama Leon, ini kesempatan loh. Kalau Leon tahu, dia bakalan marah dan lo bisa lepas dari dia." Ujar Naima yang membuat Ailee kembali terdiam.
Ia semakin bingung saja, di satu sisi ia tidak bisa melakukan itu pada seseorang yang tidak bersalah sama sekali. Tapi di sisi lain, Naima benar.
"Aish... Harus kumaha ini..." Bingungnya.
Sampai akhirnya ia menghabiskan satu jam pelajaran terakhir dengan pikiran yang sama sekali tidak fokus. Ia terus menimang jawaban yang akan ia berikan dengan mempertimbangkan apa yang Naima katakan.
Ia berdiri di depan kelasnya yang sudah kosong dengan terus bergumam.
Sampai akhirnya Angga datang."Gak pulang?" Tanya Angga.
Ailee menatapnya dengan penuh kebingungan. "Ga, gue bantu Kak Milan aja kali yah, selain gue bisa deket sama dia, bisa masuk tim cheers, gue juga bisa jauh dari Zuco. Gimana?"
"Sejak kapan sih lo mikirin diri lo sendiri kayak gini?"
Ailee mendesah lemah, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Okay lo bisa jauh dari si Zuco itu, tapi apa lo bisa hidup dengan rasa bersalah? Zuco gak tahu apa-apa Lee, yang dia tahu cuma dia suka sama lo, kalian pacaran, udah itu aja. Kalo pun lo nyari tahu tentang basket sekolahnya dia, dia bakalan kasih. Gue yakin." Ujar Angga. "Dia udah bucin banget sama lo." Tambahnya.
"Ya berart--"
"Bukan berarti lo bisa manfaatin dia, dengan lo ngasih bocoran ke Milan, fix sekolah ini beneran gak ada harga dirinya. Masa iya lomba kayak gitu, gak sportif banget." Potong Angga.
Ailee terdiam. "Ya terus kalo gue tolak, gimana caranya biar Zuco gak ngintilin gue?"
"Lo gak punya pacar, apa salahnya biarin dia jagain lo, ngasih lo perhatian dan lain-lain. Daripada lu gabut, lumayan kali ada yang ngajak jalan, di jajanin pula."
Ailee memutar bola mata sebal. "Nyebelin banget. Sana pulang!" Ailee mendorong tubuh Angga agar pergi.
"Lo mau ke mana dulu? Kasian kali si Zuco udah jemput,"
"Ya suruh balik aja, gue juga gak minta di jemput." Sahut Ailee.
Angga menahan lengan Ailee yang hendak berlalu. "Mau ke mana dulu, jawab."
"Mau nemuin kak Milan,"
"Mau jawab apa?" Tanya Angga.
"Gak bisa, ini lomba, kalaupun harus menang ya itu haru kerja keras sendiri. Seneng?" Angga tersenyum bangga.
"Ya udah, sana. Kalau ada apa-apa, telpon gue. Bye!!"
Merekapun berjalan dengan arah yang berlawanan. Ailee menggigit bibir bawahnya membayangkan wajah kecewa Milan saat mengetahui dirinya tidak bisa melakukan persyaratan yang diberikannya.
Sampai akhirnya Ailee berdiri di depan ruangan serba guna.
Ceklek.
Damn.
Ia kira hanya akan ada dirinya dan Milan, tapi ternyata seluruh tim cheers pun ada di sana, di tambah dengan dua lelaki yang merupakan sahabat dari Milan itu sendiri.
"H-hai..." Sapa Ailee pelan, kemudian ia berjalan masuk dengan menggigit bibir bawahnya kaku.
Ailee berdiri di hadapan semua yang duduk di atas meja dengan memandang ke arahnya. Rasa takut mulai datang menghampirinya, namun tak sengaja ia melihat senyuman Milan yang dengan mudahnya mengurangi rasa takut itu sendiri.
"Jadi, gimana?" Tanya Milan.
Ailee menghela nafas panjang dan membuangnya dengan kasar untuk mengumpulkan keberanian.
"Aku... Maaf aku gak bisa." Jawab Ailee. Seketika suasana semakin tegang dari sebelumnya. Sebelumnya Milan masih tersenyum ke arahnya, sedangkan sekarang, tak ada satupun.
Ailee menunduk, "maaf Kak, aku gak bisa. Kita harus menang dengan cara kita sendiri, akan memalukan kalau kita curang Kak, menang pun gak akan bangga." Ucapnya seberani mungkin, karena itu yang seharusnya mereka lakukan.
Milan tersenyum hambar, "okay, it's okay." Ucapnya. "Kalo gitu, gue duluan." Tambahnya.
"Lo mau ke mana?" Tanya Dhira pada Milan.
"Balik, Ailee juga udah ngasih jawabannya. Guys, gue duluan! Bye!" Pamitnya, begitupun dengan dua sahabatnya.
Ailee terdiam, urusannya hanya dengan Milan dan sudah selesai. Ia pun tersenyum ramah pada semuanya, kemudian ia berbalik dan hendak berlalu pulang.
Namun tiba-tiba saja Dhira memanggil namanya, membuat Ailee kembali berdiri di tempatnya semula."Ailee, wait!"
"Ya? Ada apa Kak?" Tanya Ailee sopan.
Dhira melipat kedua lengannya di depan dada dan menatap Ailee dengan senyuman tipis namun terlihat sangat menyeramkan di wajah juteknya.
"Jadi, lo gak akan ngasih bocoran apapun ke Milan?"
Ailee terdiam, kemudian mengangguk pasti.
"Terus apa jaminannya kalau lo gak bakalan ngasih bocoran apapun ke pacar lo itu?"
"Hah? Ya tuhan... Kak, aku beneran gak kepikiran buat jadi mata-mata atau apa--"
"Terus lemari es atas nama Zulleon Corner yang pagi tadi di anterin ke rumah lo, lo bayar pake apa?" Tanya seseorang yang dulu sempat menjadi teman Ailee, Vina. Teman masa kecilnya sebelum ia tumbuh menjadi gadis yang sombong.
Ailee mengernyit heran. "Maksud lo apa, Vin? Lemari es apa?"
"Anjir, sok polos." Desis Vina yang membuat Ailee menatapnya tak percaya.
Ailee sudah tidak tahu harus mengatakan kalimat seperti apa lagi, mereka sudah terlalu tidak menyukainya, hanya akan membuang ludah saja untuk menjelaskan karena kebenaran belum tentu bisa diterima oleh ego mereka.
"Aku pamit yah, takut gak ada ang-- aakhh! Awsh..." Ringisnya saat Dhira menarik seragamnya dengan cukup keras hingga lengan Ailee terbentur sudut meja.
"Kak apa-apaan sih? Saya ke sini karena Kak Milan bukan buat jawabin pertanyaan bodoh kayak tadi." Kesal Ailee.
Dhira tersenyum miring. "Berani lo sana gue?" Tekannya.
"Ini bukan masalah berani atau enggak, masalahnya itu aku sama Kak Dhira dan anak cheers lainnya gak punya problem apapun, kan? Terus buat apa?"
Dhira menggeram tertahan, kemudian ia genggam dagu Ailee cukup keras, hingga kuku gadis itu meninggalkan bekas di sana.
"Bantu Milan dan lo akan aman sekolah di sini," ucapnya.
"Awsh.. itu bukan membantu, memberi boc--bocoran itu merusak, bukan cuma moral Kak Milan yang bak-"
BRUGH!
Dhira mendorong tubuh Ailee hingga gadis itu membentur papan tulis.
Kemudian Vina berjalan menghampiri Ailee yang tengah meringis merasakan ngilu pada punggungnya."Lo tahu kan, gue udah lama suka sama Milan. Gue akan bantu dia bagaimana pun caranya, udah lama dia mau dapet kejuaran antar sekolah ini." bisik Vina.
Ailee terdiam. "Lo yang suka, kenapa gue yang jadi mata-mata? Sehat?" Sahut Ailee terkekeh hambar yang membuat Vina semakin geram.
Vina melirik Dhira sekilas dan kembali menatapku saat mendapatkan anggukan kecil dari ketua cheers itu.
Dan, WREEK!
Vina menarik seragam yang Ailee kenakan, hingga beberapa kancing atasnya terlepas. Dengan cepat Ailee merapatkan seragamnya agar menutupi bagian depannya lagi.
"Lo!"
"Apa? Lo mau apa?!" Sentak Vina yang kini menekan punggung Ailee pada papan tulis. "Lo mau minta bayaran berapa? Gue beliin deh lemari es yang gede,"
Mata Ailee tiba-tiba saja berkaca-kaca. "Gue udah bener-bener kecewa sama lo."
"Gue gak peduli, kita cuma temen kecil doang."
Ailee mendorong tubuh Vina dengan keras. "Gue gak butuh duit lo." Tekannya seraya berlalu melewati Vina dengan memegangi seragamnya yang sudah terbuka karena 3 kancing atasnya entah berjatuhan kemana.
"Yakin? Bentar lain UAS, lo harus lunasin tunggakan Ailee..."
"Bukan urusan lo, gue masih mampu bayar tanpa bantuan lo." Sahut Ailee.
Dhira menghadang langkah Ailee dengan berdiri di hadapannya. "Milan butuh bantuan lo, setidaknya lo lakuin buat dia, buat dia merasa lebih baik dengan membawa nama sekolah kita dikejuaraan."
Ailee memutar bola mata jengah. "Kak, maaf tapi kalau skill pemain sekolah kita bagus, mereka bakalan menang dengan cara mereka sendiri." Ucap Ailee yang kecewa dengan apa yang seniornya minta kepadanya.
Dhira mengangguk pelan dan,
BYURR!
Satu botol air penuh meluncur membasahi tubuh Ailee.
"Ambil gunting, di tas gue!" Ujar Vina, kemudian seseorang memberikan sebuah gunting kepadanya. "Kak Dhira, pegangin dia! Yang lain bantu Kak Dhira!" Ujar Vina.
Ailee panik, ia berusaha untuk berlari ke arah pintu, namun seseorang menarik kakinya hingga ia tersungkur membuat dagunya membentur lantai.
Sakit. Hati juga fisik.
"Kak Dhira... Tolong lepasin ak--Vina! Vina jangan gue mohooon..." Mohon Ailee dengan air mata yang sudah mulai membasahi wajahnya.
Kreek!
Suara gunting itu terdengar jelas ditelinga Ailee, mereka benar-benar menggunting roknya dengan Ailee yang terus memberontak.
"Diem sialan! Kalau gunting ini kena paha mulus lo, bisa lebih sakit!" Ujar Vina yang sudah benar-benar melupakan pertemanan masa kecil merek, bahkan mereka masih bertetangga, yang membedakan hanya keadaan Ailee yang sudah tidak sebaik dulu.
Menangis, Ailee hanya bisa menangis dengan terus berusaha melepaskan diri dari pegangan beberapa siswa pada tubuhnya. Ia benar-benar kecewa pada semua yang telah melakukan hal jahat ini kepadanya, bahkan hanya karena hal kecil saja.
"Hiksss..." Ailee memejamkan matanya dan, "Zuco..." Lirihnya dalam hati, hanya nama itu yang ia ingat untuk saat ini.
Vina tersenyum puas melihat Ailee menangis memeluk kedua lututnya dengan keadaan yang sudah tidak karuan melebihi seseorang yang sudah diperkosa.
"Lo seksi dengan potongan pinggir rok lo yang sampe atas ini, andai gue tega, udah gue gunting juga tuh celana pendek lo ini nih! Biar celana dalam lo kemana-mana hahaha!" Ujae Vina seraya menendang kaki Ailee.
Ailee mengusap air matanya dengan kasar, kemudian berusaha untuk menyatukan roknya yang hampir putus itu kembali, padahal ia tahu itu hal yang percuma.
"Kalo lo gak mau bantu Milan, gue bak--"
BRAKH!
Ailee terperanjat saat pintu tiba-tiba saja terbuka, ia langsung menyembunyikan wajahnya, malu, ia malu jika harus dilihat orang dalam keadaan yang seperti ini.
"Ailee..."
Suara itu. Ailee kembali mengangkat wajahnya. "Zuco..." Lirihnya bersamaan dengan air mata yang kembali mengalir begitu saja.
Zuco langsung berlari menghampiri Ailee, kemudian ia lepas jaket yang dikenakannya, ia ikatkan pada pinggang ramping Ailee untuk menutupi gadisnya itu. Roknya sudah benar-benar tidak karuan dan basah.
Zuco beralih menatap siswi-siswi yang berada di sana dengan tajam. "Kalian sudah mencari korban yang salah." Tekannya.
Zuco memegang kedua bahu Ailee. "Hey, sayang... liat aku,"
Ailee mengeratkan pelukannya pada diri sendiri dan perlahan menatap Zuco tepat pada matanya.
Zuco menutup matanya sejenak, kemudian ia raih tubuh Ailee ke dalam pelukannya. "Kalian semua akan membayarnya." Tekan Zuco.
Dalam hitungan detik semua berhambur keluar meninggalkan Zuco dan Ailee yang kini menangis sangat kencang dalam pelukan kekasihnya itu.
Zuco hendak melepaskan pelukannya, namun Ailee menahannya. "Seragam aku... Mereka hiksss..."
"It's okay," Zuco melepaskan pelukannya, kemudian ia melepas seragam sekolahnya. "Pakai ini, double aja pake seragam aku."
Ailee terdiam saat Zuco memakaikan seragamnya, "untung cewek semua dan untung kamu masih pakai tanktop." Ucapnya.
Zuco tak sengaja melihat paha putih Ailee yang memerah. "Ini, kamu berdarah? Yang lukanya sebelah mana?" Tanya Zuco panik.
Reflek ia mengalingkan jaketnya yang menutupi paha Ailee sedikit. "Sialan. Siswi-siswi sialan. Kita harus lapor polisi biar kejadian kayak--"
"Jangan... Gak pa-pa." Lirih Ailee.
"Kenapa bisa berdarah sayang?"
"Kena guntingnya," jawab Ailee. "Aku, aku gak mau sekolah..." Lanjut Ailee.
Zuco mengusap air mata gadisnya itu dengan lembut. "Pindah sekolah, mulai besok kita satu sekolah, aku akan jaga kamu." Ucapnya seraya mengecup bibir Ailee sekilas.
"Kita pulang, sini aku gendong." Ucap Zuco.
Ailee menggelengkan kepalanya. "Kamu gak pake baju,"
"Kan seragam aku di pake kamu, jaket juga. Ayo gak pa-pa, aman kok."
"Ya udah, pake lagi aja jake--"
"Terus? Gimana kalau di luar ada cowok? Aku gak mau--"
"Okay, gendong." Zuco tersenyum senang.
Dengan sekali angkat, Zuco memangku Ailee ala bridal, membuat Ailee refleks mengalungkan lengannya pada leher Zuco. Tubuh polos Zuco membuat Ailee malu sendiri.
"Maaf karena aku udah telat buat nolong kamu, kita ke rumah aku dulu, aku obatin dulu, terus kamu juga gak bisa pulang dalam keadaan kayak gini. Soal siswi-siswi tadi, aku akan urus mereka."
"Zuco, aku--"
"Syut... Tunggu sampe rumah dulu ya sayang, kamu butuh istirahat..." bisik Zuco.
Ailee kembali terdiam dengan menatap wajah tampan Zuco yang terlihat menahan rasa kesal, Ailee masih beruntung Zuco datang menyusulnya, jika tidak? Entahlah ia harus diam di sana sampai kapan.
"I'm sorry... Harusnya aku datang lebih awal," ucap Zuco yang masih menyalahkan dirinya sendiri.
"Makasih karena kamu udah dateng, sayang."
Senyuman Zuco terukir dengan sempurna mendengar panggilan yang sangat langka Ailee katakan. Ia pun mempercepat langkahnya menuju mobil.
Semoga suka...Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha
Semoga sukaaa...Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya."Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.Dan,Boom!Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya."Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget...""Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan mengh
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Semoga suka?Jangan dheuegwjgeg3jqj huaaah...Ini panjang loh partnya... Voteee dan komeeen.Yang komen next & lanjut, ini bakalan di lanjut kok sampai tamat. Ok.Gugup, itu yang Ailee rasakan. Ia berdiri menatap sekitar, beberapa orang terlihat sedang menikmati sajian dengan ditemani alunan musik dan yang lainnya ada yang berdansa dengan pasangan, juga ada yang tengah berbincang serta bersenda gurau di salah satu sudut ruangan dengan tempat duduk.Ia berdecak kesal karena Zuco tak kunjung kembali dari kamar kecil. Sampai akhirnya sang pemilik acara mulai berjalan dan berdiri di atas lantai yang lebih tinggi dengan microphone di tangannya."Ekhem, ya cek! Okay. Selamat malam semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Ucap Jhonatan meminta dan para tamu pun mulai berkumpul.Jhonatan terlihat tersenyum senang
Jangan lupa Vote dan komen...Semoga sukaaa ya... Ini juga panjang loh. Maaf kalau ceritanya absksueiwuuehekakh...Zuco mengusap wajahnya kasar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ailee yang tengah memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Saat ini ia memakai pakaian milik Zuco dengan dibantu oleh asisten rumah tangga yang memang khusus untuk membantu mengurusi kebutuhannya."Den, Dokter bilang kan Non Ailee sudah tidak pa-pa. Sebaiknya Den Zuco juga beristirahat." Ucap Asisten rumah tangga yang sejak Zuco SMP ia panggil Nanny Sarnah.Zuco terlihat mengepalkan lengannya menahan rasa kesal. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari dalam kamar .Ia berjalan setengah berlari menuruni anak tangga, membuat sang Ayah dan Kakak yang sudah mengenakan pakaian biasa menatap ke arahnya, para tamu pun sudah meninggalkan rumah, kini hanya para pegawai katering dan pegawai yang membe
I am back...Semoga suka...Jangan bosen dan,Jangan lupa vote dan comment for the next part.Ailee tersenyum lebar melihat beberapa siswa yang berpapasan di sekolah barunya memberikan sebuah senyuman. Ia melirik Zuco yang berjalan di samping kanannya, kemudian ia melepaskan genggaman Zuco pada lengannya. Zuco mengernyit heran."Kenapa di lepas?" Tanya Zuco.Ailee tersenyum manis, kemudian memeluk lengan kiri Zuco. "Terima kasih," ucapnya.Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "Are you happy?" Ailee mengangguk dengan cepat."Sangat, sekali lagi terima kasih."Zuco pun mengusap lengan Ailee dengan lembut. Zuco senang melihat Ailee bahagia, sangat senang lagi jika dirinyalah yang menjadi alasannya. Hatinya sudah mulai tenang, setidaknya Ailee sudah merasa lebih baik."I'll never let you go." Gumam Zuco dalam hati
Part ini gak ada darah tinggi awowkk...Semoga suka...Dan jangan lupa vote sama komentarnya...Ailee tersenyum pada Zuco yang sudah menunggunya di depan kelas untuk pulang bersama. Setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar, Ailee serta para siswa dan siswi lainnya pun menyusul pergi.Zuco mengusap rambut Ailee saat gadis itu berdiri di hadapannya dengan tersenyum manis. Membuat Zuco semakin gemas saja"Pulang?" Ailee menganggukkan kepalanya."Aku gak sabar ketemu Ibu dan ceritain sekolah baru ini," ucap Ailee.Zuco mengangguk pelan, kemudian ia genggam lengan Ailee dan menuntunnya pergi menuju tempat parkir."Sekolah ini luas banget, banyak gedungnya." Ucap Ailee dengan mata yang terus memandangi sekitarnya. "Zuco, yang di sana itu gedung apa?" Ailee menunjuk sebuah gedung yang hanya terlihat atapnya saja karena terhalang bangunan kelas
Hari ini sangatlah menyebalkan. Ailee baru saja sampai di kelas, beberapa saat kemudian mantan dari kekasihnya menyusul masuk dengan dua orang sahabatnya. Ailee kira Kinara akan berhenti setelah kejadian kemarin, karena wanita itu tidak mengganggunya. Ternyata Kinara mencari sekutu terlebih dahulu. Ck. Sial."Heh!" Tegur Kinara. Ailee yang sudah duduk manis di bangkunya, kembali berdiri."Lo masih belum jauhin Zuco?"Ailee menatap Kakak kelasnya itu dengan malas. "Kenapa? Dia pacar gue, Kak. Gue masih sopan loh ini,""Kalau gue bilang jauhin, ya jauhin." Tekan Kinara.Ailee memberikan tatapan datarnya. "Gue bilang gak mau, ya gak mau. Paham?"Kinara terlihat menggeram tertahan. Kedua tangannya sudah mengepal kuat. Sedangkan dua temannya kini berdiri di kedua sisi Ailee."Berani lo nolak perintah gue? Hm?" Tekannya."Gue masih diem, kare
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga