Semoga suka...
Ailee terdiam, ia menatap dengan takjub setiap sudut rumah kekasihnya yang sangat mewah itu. Ya, beberapa saat setelah berbincang di perjalanan, Zuco meminta Ailee untuk ikut ke rumahnya terlebih dahulu dan dengan sedikit paksaan, Zuco berhasil membujuk Ailee untuk berkunjung ke kediamannya.
"Kamu duduk dulu aja, aku cari Papah aku dulu." Ucap Zuco dengan tersenyum.
Ailee mengangguk paham seraya mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa yang sangat empuk.
"Selamat siang Non, mau Bibi buatkan minuman apa?"
Ailee sedikit terperanjat ketika seorang wanita paruh baya dengan tiba-tiba menanyai dirinya.
"Ah iya ap--apa saja," jawab Ailee dengan gugup, lalu seorang pria dengan stelan rapih khas kantoran berjalan menuruni anak tangga.
Pria itu tersenyum ke arahnya. Ailee pun berdiri dan menyalami pria paruh baya itu dengan sopan saat mereka berhadapan.
"Zuco nya mana?" Tanyanya.
"Ini pasti Papahnya," pikir Ailee. Kemudian ia mengangguk sopan, "tadi Zuco ke arah belakang sana, Pak." Jawab Ailee.
"Panggil aja Om Jhon, Jhonatan Corner." Ucap pria tersebut yang membuat Ailee semakin yakin bahwa ia adalah Ayah dari Zuco. Terlihat dari namanya.
Ailee mengangguk sopan dengan senyuman.
"Senyumannya cantik sekali, ayo silahkan duduk!" Ucap Jhon mempersilahkan.
Ailee kembali mengangguk dan duduk dengan gugup, entahlah, ia hanya merasa malu saja.
"Om kira, kamu satu sekolah sama Zuco, ternyata enggak yah?" Ailee mengangguk pelan sebagai jawaban.
Kemudian Zuco datang dan langsung duduk bergabung bersama kekasih dan juga Ayahnya.
"Pah, aku nyariin loh. Aku kira lagi di belakang," ucap Zuco seraya merangkul pinggang Ailee, yang membuat gadis itu duduk tidak tenang dan menahan rasa malu karena di tatap Ayah dari pria manjanya.
Jhonatan hanya tersenyum melihat tingkah putranya itu, satu-satunya peninggalan dari almarhumah istrinya.
"Ganti dulu baju sana! Cepetan!" Paksa Jhon dengan melempar sebutir kacang pada putra tampannya itu.
Dengan malas Zuco menuruti perintah sang Ayah. "Papah jangan ganggu Ailee, awas aja kalau ganggu!" Ucap Zuco memperingatkan, kemudian berlalu menuju kamarnya.
Jhonatan hanya bisa menggelengkan kepala tak percaya. "Semenjak Ibunya meninggal, dia sempet terpuruk. Banyak sekali perubahan dalam kehidupan kami setelah istri saya meninggal. Dan Zuco yang paling merasa kehilangan." Ucapnya.
Ailee terdiam menyimak apa yang Ayah dari Zuco katakan.
"Dia sangat dekat dengan Ibunya, sejak saat itu, hampir dua bulan, dia sempet keluar masuk rumah sakit, karena kesehatannya menurun." Jhonatan tersenyum saat tak bisa melanjutkan kalimatnya.
Ailee beringsut dari tempat duduknya dan beralih duduk di samping seorang pria paruh baya yang terlihat sedih mengingat putra satu-satunya, satu-satunya harapan yang ditinggalkan oleh mendiang istrinya.
"Om, jadi sejak kepergian Tante, Zuco jadi emh... Ngelukain diri sendiri?" Tanya Ailee dengan hati-hati.
Jhonatan terdiam. Hal itu membuat Ailee menjadi merasa bersalah. "Ah Om, maaf aku--"
"Dia, memang sedikit berbeda, tapi kepergian Ibunya membuat itu semakin memburuk, dia takut ditinggalkan. Dia takut sendirian. Apa dia sempat ngelukain diri sendiri di depan kamu?"
Ailee terkejut. Ternyata sebelumnyapun Zuco memang seperti itu. "Ah ya tuhan..." Lirih Ailee.
Jhonatan merangkul bahu Ailee dan menatapnya penuh harap. "Semenjak ketemu kamu, Zuco mulai bisa menerima kepergian Ibunya. Om mohon sama kamu, selama kamu yang menjadi alasan anak Om bahagia, Om mohon agar kamu tetap stay with him."
Ailee terdiam, ia membayangkan dirinya yang tak kunjung mencintai Zuco tapi harus tetap berada di sampingnya, setidaknya selama pria itu masih menginginkannya.
"Kamu harus janji sama Om, Ailee. Kamu bisa, kan?"
Ailee hanya diam dengan ekspresi bingungnya. Ia tidak bisa menjawab apapun untuk saat ini.
"Bagaimana kalau kamu pindah sekolah? Om yakin, Zuco pasti akan senang mendengarnya." Ucap Jhonatan.
Ailee langsung menggelengkan kepalanya. "Om, aku tahu Om sangat menyayangi Zuco, tapi Zuco harus terbiasa dan paham bahwa apa yang diinginkannya tidak selalu bisa ia dapatkan."
Jhonatan menghela nafas panjang dan mengangguk pelan. "Om akan terus berusaha agar Zuco bahagia, dan kamu tahu apa alasannya." ucapnya.
"Zuco akan sembuh, dia gak akan ngelukain diri dia--"
"Kamu janji? Kamu harus bisa merubah kebiasaan buruknya itu."
Ailee langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Emh, Om maksud aku, ak--"
"Yaaang... Sini!" Panggil Zuco dari atas tangga sana.
Ailee melirik Zuco sekilas, kemudian meraih lengan Jhonatan yang kini tengah menunduk sedih, menyembunyikan air matanya. Ailee genggam lengan dingin tersebut dan,
"Aku udah gak punya Ayah, Om jangan nangis..." Ucapnya, namun sayang hanya dalam hati.
Ailee menelan ludahnya dengan susah payah agar rasa ingin menangisnya menghilang. "Om ak--"
"Aileee! Papah lepasin tangan Ailee!" Ujar Zuco yang sudah mulai kesal menunggu di atas tangga sana.
"Iya, nak, kau ini!... Pergilah Ailee, temui pangeran mu itu." Sahut sang Ayah.
Ailee pun menurut dan berjalan menuju Zuco yang tengah melipat tangan di depan dadanya. Ailee hanya menatap wajah Zuco sampai ia berada tepat di hadapannya.
"Ada apa?" Tanya Ailee.
Zuco tersenyum, kemudian ia raih lengan kanan Ailee dan mereka berjalan beriringan. Ailee menatap lengannya yang berada dalam genggaman Zuco, tangan yang sempat di sayat sebuah cutter dengan sengaja. Tangannya putih, uratnya tercetak rapih, namun telapak tangannya sangatlah lembut.
"Here we go!" Zuco tersenyum lebar seraya membuka pintu kamarnya.
Ia berjalan membawa Ailee masuk ke dalam kamarnya.
Ailee mengangguk-anggukan kepalanya, ia cukup terkejut dengan keadaan kamar Zuco yang sangat rapih. "Rapih juga yah kamar kamu," ucapnya.
Zuco tersenyum bangga dengan dagu terangkat. "Iya dong."
"Itu apa?" Tanya Ailee menunjuk sebuah gulungan kertas di atas meja belajar.
Zuco langsung berlari dan mengambil gulungan kertas tersebut. Kemudian ia berlalu ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, wajar saja, kamarnya begitu luas. Ailee mengedarkan pandangannya, lemari yang besar, meja belajar yang luas, tempat tidur yang mewah, sebuah sofa santai, rak buku dan meja dengan foto-foto Zuco bersama Ayah dan Ibunya.
"Ah dengan barang sebanyak ini kamarnya masih saja luas, ck." Gumam Ailee seraya berjalan menuju meja yang terdapat foto kecil Zuco hingga yang terbaru di sana.
Ailee meraih sebuah foto dimana Zuco yang berdiri di antara Ayah dan Ibunya.
"Mamahnya cantik," ucap Ailee dan,
"Iya, wanita paling cantik yang ada di hidup aku. Sekarang ditambah kamu," ucap Zuco seraya memeluk Ailee dari belakang.
Tubuh Ailee menegang merasakan sebuah tangan melingkari perutnya dengan sempurna. Kemudian ia merasakan hembusan nafas pada lehernya saat menopang wajahnya di atas bahu gadis kesayangannya.
"Emh, jangan kayak gini, aku gak suka." Ucap Ailee seraya melepaskan diri dari pelukan Zuco.
Zuco pun berjalan dan duduk di tepi tempat tidur dengan terus memandangi Ailee yang masih melihat-lihat foto di atas meja sana.
Kemudian pandangannya berhenti di sebuah foto, foto yang paling berbeda dan mencuri perhatian Ailee."Ini siapa?" Tanya Ailee seraya menunjukan sebuah frame pada Zuco. Foto dengan empat orang di dalamnya, Kedua orang tua Zuco, Zuco dan satu orang pria yang terlihat lebih tua dari Zuco.
Zuco meminta Ailee untuk duduk di sampingnya dengan menepuk tempat di sebelah kirinya. Ailee pun menyimpan kembali foto tersebut di tempatnya semula, kemudian berjalan menghampiri Zuco.
"Itu siapa?" Tanya Ailee sesaat setelah duduk di samping kiri Zuco.
"Itu Kenan, Kakak aku." Jawab Zuco dengan senyuman tipisnya.
Ailee terdiam bingung. Bukankah Zuco anak satu-satunya dari mendiang Ibunya, lalu bagaimana bisa pria itu menjadi Kakaknya? Bingung Ailee.
Zuco tertawa pelan. "Bingung kan? Haha, Aku emang anak tunggal dari Mamah. Tapi aku punya Kakak dari pernikahan Papah sebelumnya." Jelas Zuco.
Ailee mengangguk paham. Kemudian ia kembali berdiri dan berjalan mendekati meja belajar yang mungkin jarang digunakan karena keadaannya benar-benar rapih.
"Aku sama Kak Kenan beda 5 tahun," tambah Zuco.
"Kalian deket?"
"Ya bisa dibilang begitu, dia tinggal di sini bareng kita. Sekarang masih di US, sambil nunggu wisuda." Ucap Zuco dan Ailee menganggukkan kepalanya paham.
Ailee mengernyit heran saat ia melihat kembali sebuah kertas yang digumpal asal di sudut meja belajar. Ia melirik Zuco sekilas, ternyata Zuco tengah memainkan ponselnya, ia pun meraih kertas tersebut.
"Emh... Maaf tapi, mantan istri Papah kamu, dia--"
"Dia sudah memiliki keluarga baru, sesekali Kak Kenan menjenguknya." Potong Zuco menjawab.
Ailee melirik Zuco kembali dan kemudian ia buka gulungan kertas tersebut, mulutnya terbuka tak percaya.
"Obat?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Ia raih sebutir obat yang digulung oleh kertas tersebut, kemudian berdiri di hadapan Zuco.
"Ada apa?" Tanya Zuco.
Ailee menunjukan telapak tangannya untuk memperlihatkan obat tersebut. "Jadi yang kamu buang di kamar mandi tadi itu, obat?"
Zuco berdiri dari duduknya dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat gusar.
"Ini obat ap--" Ailee terdiam saat pandangannya menemukan satu botol obat di atas nakas samping tempat tidur Zuco.
Ia membuka botol obat tersebut, "obatnya sama, ini obat apa?"
"Itu..."
"Kenapa gak kamu minum?"
Zuco menunduk lemah. "Aku cape minum obat itu, aku gak sakit." Lirihnya.
Ailee menutup matanya sebentar dan kembali mendekati Zuco. "Papah kamu bilang, kamu sempet drop, kalau kamu diminta minum obat ya berarti kamu emang perlu--"
"Aku. Gak. Sakit. Dan aku gak butuh obat." Tekan Zuco dengan tatapan dinginnya.
Ailee memutus tatapan dengan Zuco, ia takut melihat tatapan datar dan suara dingin seperti itu.
Ailee mengangguk pelan. "Kalau gitu aku pulang." Ucap Ailee seraya berlalu melewati Zuco.
"Ailee..." Lirih Zuco seraya menahan pergelangan lengan Ailee.
Ailee kembali memundurkan langkahnya.
"Aku gak butuh obat penenang. Aku baik-baik aja... Aku bukan orang gila yang suka mengam--"
"Jangan. Jangan diterusin." Potong Ailee seraya mengusap lengan Zuco.
Zuco mengangkat wajahnya dan menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang membuat Ailee terpaku.
Ada rasa iba saat menatap jauh ke dalam manik mata yang indah dan tajam yang akhir-akhir ini selalu mengamati dirinya."Aku gak sakit... Ailee aku gak sakit..." Lirih Zuco. Ailee menarik tubuh tegap Zuco ke dalam pelukannya.
"Aku bener-bener gak sakit, aku udah bisa terima kepergian Mamah... Aku udah berusaha untuk ngontrol diri aku, aku gak pa-pa... Aku--"
"Ssst... Aku tahu, aku tahu kamu gak pa-pa..." Ucap Ailee dengan harapan bisa menenangkan Zuco.
Ailee mendudukkan Zuco di tepi tempat tidur, begitupun dirinya. "Tidur kamu nyenyak?"
Zuco terdiam, kemudian mengangguk pelan. "Sejak ada kamu, iya. Tidur aku baik, gak gelisah seperti sebelumnya."
"Jangan ngomong gitu." Ucap Ailee. "Kalau ngomong gitu bakalan jadi beban banget buat niat aku untuk jauhin kamu, ish." Gumamnya dalam hati.
Zuco menggenggam lengan Ailee dan menatapnya dengan intens. "Jangan tinggalin aku,"
Ailee menarik lengannya, ia tidak bisa berjanji.
Zuco menatapnya tak suka.
"Aku gak bisa janji," ucap Ailee. "Tapi, aku juga gak bisa ngelarang kamu untuk terus berusaha." Lanjutnya yang berhasil membuat Zuco kembali tersenyum.
Ailee membalas senyuman itu, setidaknya Zuco tersenyum. Pikir Ailee. "Ya tuhan, ada apa denganku, apa aku udah gila? Gimana kalau dia bener-bener--aishh... Help me god." Gumamnya dalam hati saat menyadari apa yang baru saja dikatakan mulutnya.
"Aku akan bantu bilang ke Papah kamu kalau kamu gak butuh obat itu. Tapi kamu harus janji, kalau kamu itu bener baik-baik aja." Ucap Ailee.
Zuco mengangguk dengan cepat.
Drrt... Drrt...
Tiba-tiba saja handphone Ailee bergetar, ia langsung meraih tasnya yang ia simpan di atas tempat tidur Zuco saat masuk tadi.
From: Kak Milan
Gue bakal bantu lo buat masuk tim cheers sekolah, tapi dengan syarat, gimana?
Read.
Ailee terdiam, kemudian Zuco meraih ponselnya dengan tiba-tiba.
"Siapa Milan?" Tanya Zuco.
"Dia Kakak kelas aku, kapten basket sekolah aku. Kamu gak tahu dia?"
Zuco menggelengkan kepala dengan kening berkerut. "Enggak sama sekali." Tekan Zuco. Kemudian tersenyum hambar, "emangnya dia artis, sok terkenal."
Ailee memutar bola mata sebal. "Dia terkenal di sekolah aku. Lagian dia kenal kamu, jadi aku kira kamu kenal juga."
"Enggak. Nih, HP kamu."
Mata Ailee membulat dengan sempurna. "Yah, yah kok dihapus... Ya ampun nomornya juga... Zuco kamu apa-apaan sih!"
"Masih untung gak sempet aku blok, lain kali kalau dia chat kamu lagi, bakalan aku blok. Kalau macem-macem, aku datengin ke sekolah kamu." Ucap Zuco tak suka.
"Jauhi cowok itu, Milan, Angga dan cowok manapun juga." Tambah Zuco memperingatkan.
"Angga kan sahabat aku, sempet kumpul bertiga juga kan kita, ya ampun, kamu nyebelin banget..." Heran Ailee yang sudah benar-benar tidak suka dengan sikap Zuco yang satu ini.
Ailee hanya bisa menggeram tertahan dan menatap Zuco dengan tajam. "Arrghhh, pengen jadiin dia tumbal ya tuhan..." Geramnya.
Tok... Tok... Tok...
"Den, waktunya makan siang... Mau makan di bawah atau Bibi anterin ke kamar?"
"Di--"
"Di bawah aja Bi! Bentar lagi Zuco turun ke bawah." Sahut Ailee menjawab.
Zuco pun berdiri dan meraih lengan Ailee, "kamu juga harus ikut makan, ayo!"
Ailee tidak bisa menolak yang satu ini dan mereka pun keluar dari dalam kamar untuk melangsungkan makan siang.
Maaf baru bisa up! Semoga sukaaa!Jam sudah menunjukan pukul satu siang, setengah jam lagi pelajaran terakhir selesai dan semua siswa akan membubarkan diri dari sekolah, kecuali yang memiliki jadwal ekskul dan lainnya.Ailee terdiam memegangi ponselnya saat ia mendapatkan pesan kedua yang di kirimkan oleh Milan, Kakak kelas sekaligus orang yang disukainya."Lo kenapa?" Tanya Naima.Ailee memperlihatkan pesan yang di kirimkan oleh Milan kepada teman sebangkunya itu."Wow, gila sih! Gue gak nyangka Kak Milan bisa kirim pesan kayak gitu." Ucap Naima tak percaya."Angga udah tahu?" Ailee mengangguk sebagai jawaban."Gue udah share chat ini ke dia, dia juga kaget." Ucap Ailee dan mereka pun kembali fokus mencatat materi yang guru mereka berikan.Ailee kembali terdiam.From: 082**********
Semoga suka...Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha
Semoga sukaaa...Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya."Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.Dan,Boom!Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya."Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget...""Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan mengh
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Semoga suka?Jangan dheuegwjgeg3jqj huaaah...Ini panjang loh partnya... Voteee dan komeeen.Yang komen next & lanjut, ini bakalan di lanjut kok sampai tamat. Ok.Gugup, itu yang Ailee rasakan. Ia berdiri menatap sekitar, beberapa orang terlihat sedang menikmati sajian dengan ditemani alunan musik dan yang lainnya ada yang berdansa dengan pasangan, juga ada yang tengah berbincang serta bersenda gurau di salah satu sudut ruangan dengan tempat duduk.Ia berdecak kesal karena Zuco tak kunjung kembali dari kamar kecil. Sampai akhirnya sang pemilik acara mulai berjalan dan berdiri di atas lantai yang lebih tinggi dengan microphone di tangannya."Ekhem, ya cek! Okay. Selamat malam semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Ucap Jhonatan meminta dan para tamu pun mulai berkumpul.Jhonatan terlihat tersenyum senang
Jangan lupa Vote dan komen...Semoga sukaaa ya... Ini juga panjang loh. Maaf kalau ceritanya absksueiwuuehekakh...Zuco mengusap wajahnya kasar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ailee yang tengah memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Saat ini ia memakai pakaian milik Zuco dengan dibantu oleh asisten rumah tangga yang memang khusus untuk membantu mengurusi kebutuhannya."Den, Dokter bilang kan Non Ailee sudah tidak pa-pa. Sebaiknya Den Zuco juga beristirahat." Ucap Asisten rumah tangga yang sejak Zuco SMP ia panggil Nanny Sarnah.Zuco terlihat mengepalkan lengannya menahan rasa kesal. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari dalam kamar .Ia berjalan setengah berlari menuruni anak tangga, membuat sang Ayah dan Kakak yang sudah mengenakan pakaian biasa menatap ke arahnya, para tamu pun sudah meninggalkan rumah, kini hanya para pegawai katering dan pegawai yang membe
I am back...Semoga suka...Jangan bosen dan,Jangan lupa vote dan comment for the next part.Ailee tersenyum lebar melihat beberapa siswa yang berpapasan di sekolah barunya memberikan sebuah senyuman. Ia melirik Zuco yang berjalan di samping kanannya, kemudian ia melepaskan genggaman Zuco pada lengannya. Zuco mengernyit heran."Kenapa di lepas?" Tanya Zuco.Ailee tersenyum manis, kemudian memeluk lengan kiri Zuco. "Terima kasih," ucapnya.Zuco mengacak rambut Ailee dengan gemas. "Are you happy?" Ailee mengangguk dengan cepat."Sangat, sekali lagi terima kasih."Zuco pun mengusap lengan Ailee dengan lembut. Zuco senang melihat Ailee bahagia, sangat senang lagi jika dirinyalah yang menjadi alasannya. Hatinya sudah mulai tenang, setidaknya Ailee sudah merasa lebih baik."I'll never let you go." Gumam Zuco dalam hati
Part ini gak ada darah tinggi awowkk...Semoga suka...Dan jangan lupa vote sama komentarnya...Ailee tersenyum pada Zuco yang sudah menunggunya di depan kelas untuk pulang bersama. Setelah guru yang mengajar di kelasnya keluar, Ailee serta para siswa dan siswi lainnya pun menyusul pergi.Zuco mengusap rambut Ailee saat gadis itu berdiri di hadapannya dengan tersenyum manis. Membuat Zuco semakin gemas saja"Pulang?" Ailee menganggukkan kepalanya."Aku gak sabar ketemu Ibu dan ceritain sekolah baru ini," ucap Ailee.Zuco mengangguk pelan, kemudian ia genggam lengan Ailee dan menuntunnya pergi menuju tempat parkir."Sekolah ini luas banget, banyak gedungnya." Ucap Ailee dengan mata yang terus memandangi sekitarnya. "Zuco, yang di sana itu gedung apa?" Ailee menunjuk sebuah gedung yang hanya terlihat atapnya saja karena terhalang bangunan kelas
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga