Zuco terlihat berdiri di depan gerbang sekolah sang kekasih, ia mengusap wajahnya dengan gusar. Sudah setengah jam lamanya ia menunggu kedatangan Ailee, namun gadis itu tak kunjung melintas di hadapannya.
Bahkan ponselnya pun tidak bisa di hubungi, lebih tepatnya tidak di angkat.Sampai akhirnya ia mendapat telpon balik dari Ailee.
"Hal--"
"Kamu di mana?"
"Zu? Zuco?"
"Kamu pulang aja, aku lagi ada--apasih Angga diem! Lagi ngomong sama Zuco nih!"
"Lee? Ailee jawab." Tekannya.
"Be--bentar, okay aku kirim lokasinya aja." Sahut Ailee dan panggilan pun terputus.
"Sialan. Mereka pergi berdua." Gumamnya dengan mata yang menyipit tajam.
"Arrghh..." Geramnya dengan memukul stir dan menambah kecepatan agar ia cepat sampai di tempat Ailee berada.
Raut wajahnya masih belum berubah, ekspresi marahnya masih belum mengendur. Sampai akhirnya ia sampai di sebuah halaman yang cukup luas, dan sedikit gersang. Sebuah lapangan. Jauh dari jalan raya.
Dengan cepat Zuco keluar dari dalam mobil dan membanting pintu dengan keras. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan kekasihnya.
"Ngapain mereka di tempat kayak gini?" Bingungnya.
Zuco mengernyit heran seraya berjalan menuju sebuah gubuk kecil yang berada di bawah sebuah pohon yang cukup rindang. Kekasihnya terlihat tertawa di hadapan beberapa anak-anak, Zuco pun mempercepat langkahnya menuju gubuk tersebut.
"Ekhem." Dehem Zuco untuk mengambil perhatian.
Ailee langsung melihat ke arahnya, begitupun dengan Angga dan juga beberapa anak-anak yang duduk di manis di hadapan Ailee dan juga Angga.
"Kamu lagi ngapain di sini?" Tanya Zuco to the point. "Kenapa sama dia?" Tunjuknya pada Angga.
Angga beringsut turun dari atas gubuk tersebut. "Gue sama Ailee emang rutin dateng ke sini seminggu dua kali." Ucapnya yang kini berdiri di samping Zuco.
Zuco hanya diam dengan ekspresi tidak sukanya.
"Kenapa kamu gak bilang dulu sama aku?" Kini Zuco bertanya pada Ailee yang masih duduk dengan celana olahraganya.
"Gak sempet, tadi buru-buru." Jawab Ailee.
Angga mengangguk dan menepuk bahu Zuco. "Heem, mana sempat keburu telat." Candanya dan Ailee pun tertawa, bahkan anak-anak yang berada di sana juga.
Zuco menepis lengan Angga yang menempel di bahunya.
"Turun, kita pulang." Ujar Zuco.
Ailee memutar bola mata sebal. "Gak bisa, belum selesai ngajarnya."
"Sabar dong Zu, kasian anak-anak ini. Mereka gak bisa sekolah,"
"Ya terus? Dengan kalian ngajar di sini, mereka bakal dapet ijazah? Enggak kan. Mereka bakalan tetep kerja jadi pemulung. Baju mereka aja lusuh kayak gitu." Ujar Zuco yang berhasil membuat Ailee menatapnya dengan tatapan tak percaya.
Angga tersenyum miring, kemudian ia meminta Ailee untuk berbicara terlebih dahulu dengan Zuco dan dirinya yang akan mengajarkan anak-anak pemulung itu membaca.
Ailee langsung membawa Zuco menjauh dari gubuk tersebut.
Kemudian ia tatap pria menyebalkan itu dengan tatapan tajam."Kamu sadar gak sih, ucapan kamu itu udah nyinggung perasaan mereka?"
Zuco melirik gubuk yang cukup jauh di belakang Ailee sekilas. "Nyinggung apa? Emang bener kan, mereka pemulung."
Mulut Ailee membulat dengan sempurna. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dirinya dengar.
"Bener-bener gak ada perasaan."
"Ya udah ayo, pulang."
"Gak."
Zuco menatap Ailee dengan tatapan tidak suka. "Mau sama dia? Berduaan? Lucu banget."
"Aku sama Angga cuma bantu anak-anak itu belajar. Minimal mereka bisa baca supaya gak bisa di bodohi orang kaya sombong." Ucap Ailee dengan menekan kata sombong.
Zuco hanya diam dengan ekspresi datarnya.
Ailee menunjuk ke arah anak-anak tersebut. "Kamu pernah mikir gak sih betapa beratnya hidup mereka? Di usia mereka, mereka harus banting tulang membantu keuangan keluarga. Dan tadi kamu, ya tuhan... Kalimat kamu bisa aja matahin semangat mereka buat belajar."
"Aku--"
"Kamu lahir ditengah keluarga yang berkecukupan, sangat cukup. Sedangkan mereka? Mereka--"
"Apa? Intinya apa?"
"Jangan ganggu kegiatan aku." Tekan Ailee dan hendak berlalu. Namun Zuco menahan pergelangan tangannya.
"Apa?" Tanya Ailee.
Zuco menghembuskan nafas berat dan, "i'm sorry. Aku akan maaf sama mereka juga." Ucapnya.
Ailee terdiam untuk sesaat.
"Tapi lain kali, kamu harus bilang sama aku. Aku khawatir sama kamu. Ya?"
Ailee mengangguk pelan dan membawa Zuco kembali menemui Angga dan beberapa anak-anak pemulung tersebut.
"Adek-adek semua... Kak Zuco mau bilang sesuatu nih!" Seru Ailee mengambil perhatian.
Zuco melirik Ailee sekilas, setelah Ailee mengangguk meyakinkan, ia pun mulai mengucapkan permintaan maaf.
"Sebagai permintaan maaf, Kakak udah pesenin kalian makanan, bentar lagi sampe." Ucap Zuco.
"Woaaah... Makanan..."
"Makasih Kak Zuco..."
"Makanannya pasti enak..."
"Iya, dari pagi aku belum makan... Untung aku ikut belajar hari ini..."
Zuco terdiam mendengar suara-suara itu. Suara-suara yang memancarkan sebuah kebahagiaan walau hanya karena sebuah hal kecil bagi Zuco.
Ia melirik Ailee yang ternyata tengah menatapnya juga. Kemudian Ailee tersenyum seraya mengusap punggung Zuco. Hal itu membuat Zuco mengulas sebuah senyuman yang sangat indah.
"Kamu mirip Mamah aku, kalau senyum." Ucapnya. Ailee hanya mengangguk sebagai balasan.
Sedangkan Angga, ia terlihat tersenyum geli melihat sahabatnya yang setia menemani kejombloannya kini telah memiliki kekasih dan terlihat sedikit nurut pada ucapan kekasihnya itu.
Tak lama kemudian, makanan yang Zuco pesan datang. Ia memesan burger, kentang goreng dan air minum untuk masing-masing anak. 5 anak laki-laki dan 4 anak perempuan.
Ailee langsung membagikan makanan tersebut, di bantu oleh Angga. Sedangkan Zuco, ia terlihat duduk di ujung gubuk tersebut, bahkan sangat ujung."Sini bro, pegel duduk di ujung kayak gitu." Ucap Angga mencoba untuk bersahabat dengan Zuco.
"Just shut the fuckin' up."
"Dih, gue baik yah udah ngajak lo duduk yang bener. Serah dah, pegel-pegel tuh bokong!" Sahut Angga yang kesal karena niat baiknya malah di balas air tuba.
Ailee yang mendengar keributan kecil itu langsung mengambil posisi duduk di antara keduanya.
"Baku hantam dong, masa sahut-sahutan doang!" Ujar Ailee dengan terkekeh pelan.
Zuco berdiri dari duduknya. "Pulang yuk! Udah selesai kan?"
"Tunggu mereka selesai dulu, udah duduk sini!"
Zuco mendengus kesal. "Gak bisa..."
"Bukan gak bisa, tapi gak mau." Sahut Angga.
"Bacot lu! Ikut campur lagi, gue--"
"Apa?! Mau apa?!"
Ailee memutar bola mata sebal melihat dua pria itu bertengkar di kedua sisinya.
"Berisik woy!" Ujar Ailee. "Bentar lagi, sini duduk dulu." Ucapnya meminta Zuco untuk duduk kembali.
"Kotor." Balas Zuco setengah berbisik.
Angga menatap kekasih sahabatnya itu dengan tatapan tak percaya. "Anjir, manja banget dah! Hahaha..."
"Yaang, mau kamu yang pukul atau aku yang pukul dia?" Kesal Zuco.
Ailee hanya tertawa bersama Angga. Dan dengan perlahan raut wajah Zuco berubah masam. Ia melipat kedua lengannya di depan dada dan menatap Ailee juga Angga bergantian.
"Kak Zuco makasih yah makana--"
"DIMAS! DIMAS!" seorang wanita berjalan ke arah mereka dengan kemarahan.
Ailee melirik salah satu anak yang terlihat menunduk takut.
"INI DIA! SINI KAMU!" Ibu tersebut menarik seorang anak yang bernama Dimas itu turun dari atas gubuk.
Ailee dan Angga pun beringsut turun untuk menghampiri wanita tersebut. Sedangkan Zuco, ia hanya bisa berdiri dengan ekspresi yang sulit untuk di jelaskan.
"Kamu enak-enakan makan di sini, sedangkan adik-adik kamu kelaparan nungg--"
"Bu, saya mohon jangan marahi Dimas..." Mohon Ailee.
Angga mengangguk setuju. "Kami di sini belajar, bukan main-main."
Wanita itu menatap Ailee dan Angga bergantian. "Adik-adiknya gak bakalan kenyang karena dia belajar di sini. Dimas harus kerja." Tekannya.
Kedua mata Ailee mulai berair. Ini pertama kalinya ia melihat seorang Ibu bisa seegois ini. Bukankah sudah menjadi tanggung kewajiban orang tua untuk membiayai anaknya sampai mereka benar-benar siap untuk di lepas dan mencari jalan masing-masing, bukan malah sebaliknya.
"Bu... Hiksss... Saya mohon jangan tarik tangannya, Dimas pasti kesakitan..." Mohon Ailee saat wanita itu menarik paksa lengan Dimas agar pergi dari sana.
Zuco menggeram tertahan saat wanita itu tidak mendengarkan apa yang Ailee katakan, bahkan sampai membuat gadisnya itu menangis.
"Dimas, kita per--"
"Tunggu!" Zuco menahan kepergian wanita tersebut.
Ia menarik Ailee agar berdiri di belakangnya.
"Lepaskan tangannya." Ucap Zuco.
"Tidak ak--"
"Saya bilang lepaskan." Tekan Zuco.
Karena tak kunjung di lepaskan, Zuco meraih dompetnya dan memberikan dua lembar uang merah pada wanita tersebut.
"Ambil. Ambil dan biarkan Dimas di sini." Ucapnya.
Wanita itu langsung melepaskan lengan Dimas dan menerima uang yang Zuco tawarkan.
"Ter--terima kasih, Dimas boleh belajar. Saya--saya permisi, anak-anak saya yang lain butuh makan." Ucapnya.
Ailee mengernyit heran.
"Dimas pun. Sejak pagi dia belum makan dan Ibu tidak memikirkannya? Ibu tidak memikirkan apa Dimas memiliki tenaga untuk memulung? Berjalan berkilo-kilo meter?" Ujar Ailee dengan air mata yang keluar begitu saja.
Zuco meminta wanita itu untuk pergi. Kemudian ia raih tubuh Ailee ke dalam pelukannya.
"Makasih... Makasih kamu udah bantu Dimas..." Ucap Ailee seraya memeluk tubuh Zuco dengan erat.
"It's okay, jangan nangis..." Ucap Zuco.
Ailee melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
Anak bernama Dimas tersebut terlihat tersenyum menatap Zuco, tangannya bertautan satu sama lain."Mau bilang makasih? Mau peluk Kak Zuco?" Tanya Ailee.
Dimas tersenyum malu membuat Ailee terenyuh, bisa-bisanya anak itu tidak menangis walau mendapatkan perlakuan kasar seperti tadi. Sepertinya Dimas memang sering di perlakukan seperti itu dan Ailee berharap hal tersebut tidak terjadi pada anak-anak yang lain.
"Mau gak?" Tanya Ailee kembali.
"Baju aku kotor..." Jawabnya pelan.
Ailee mengangkat wajahnya untuk melihat ekspresi wajah Zuco.
Ailee pun tersenyum saat Zuco menganggukkan kepalanya."This is for you..." Ucap Zuco seraya merendahkan tubuhnya untuk memeluk tubuh kecil Dimas.
Hening. Dan,
"Uuuuwuuu sekali..." Pekik Ailee.
"So sweetnya pangeran Zuco kita ini."
"Kita apa? Gue cuma milik Ailee." Sahut Zuco memprotes apa yang Angga katakan.
Mereka pun kembali melanjutkan proses mengajar anak-anak membaca dengan alat dan buku seadanya.
Zuco memeluk Ailee dari belakang dan melihat Angga yang tengah mengenalkan cara baca tiga suku kata.
"Katanya rutin yah?" Tanya Zuco.
"Heem." Jawab Ailee seraya berusaha melepaskan lengan Zuco yang memeluknya dari belakang. Namun gagal.
"Jangan lagi yah..."
"Maksudnya apa?" Ketus Ailee tak suka.
"Aku, aku gak suka kamu pergi tanpa bilang aku dan perginya bareng dia. Naik motor pula," keluh Zuco yang membuat Ailee benar-benar tak habis pikir.
"Gimana kalau, kalau aku sewain guru les aja buat mereka?"
Sebegitu niatnya Zuco sampai ia rela keluar uang hanya agar Ailee menghentikan kegiatannya dan fokus menghabiskan waktu dengan dirinya.
"Santai kali, mereka bentar lagi pinter baca. Kita tinggal kasih buku dan mereka bisa belajar sendiri di rumah masing-masing." Ujar Angga yang ternyata mendengar apa yang Zuco katakan. Dan Zuco hanya memutar bola mata sebal tanpa melepaskan pelukannya dari tubuh Ailee.
Bersambung...
TBC______
Vote dan Comment gaeees!
Semoga suka:)Dengan langkah terburu-buru Ailee berjalan menyusuri lorong setiap kelas menuju sebuah ruangan serba guna untuk menemui anggota cheers lainnya. Ini adalah kumpulan pertamanya dan Ailee sangat bersemangat untuk hal itu. Pasalnya menjadi anggota cheers adalah keinginannya sejak lama, dan ia bisa lebih sering bertemu dengan para pemain basket, terlebih kapten basketnya saat mereka memiliki jadwal latihan bersama.Yaps, sejak pertama kali masuk SMA ini, Ailee sudah di buat jatuh hati oleh pesona dari seorang kapten basket yang satu tahun di atasnya, Kakak kelasnya.Dengan nafas yang masih terengah-engah, Ailee berdiri di hadapan beberapa siswi lainnya."Hai..." Sapanya seraya mengatur nafas."Emh, Lee..." Ucap salah satu siswi yang bernama Dhira, ia merupakan ketua cheers di sana.Dhira berjalan menghampiri Ailee yang masih berdiri dengan tersenyum kaku.
Semoga suka...Ailee terdiam, ia menatap dengan takjub setiap sudut rumah kekasihnya yang sangat mewah itu. Ya, beberapa saat setelah berbincang di perjalanan, Zuco meminta Ailee untuk ikut ke rumahnya terlebih dahulu dan dengan sedikit paksaan, Zuco berhasil membujuk Ailee untuk berkunjung ke kediamannya."Kamu duduk dulu aja, aku cari Papah aku dulu." Ucap Zuco dengan tersenyum.Ailee mengangguk paham seraya mendudukkan tubuhnya di salah satu sofa yang sangat empuk."Selamat siang Non, mau Bibi buatkan minuman apa?"Ailee sedikit terperanjat ketika seorang wanita paruh baya dengan tiba-tiba menanyai dirinya."Ah iya ap--apa saja," jawab Ailee dengan gugup, lalu seorang pria dengan stelan rapih khas kantoran berjalan menuruni anak tangga.Pria itu tersenyum ke arahnya. Ailee pun berdiri dan menyalami pria paruh baya itu dengan sopan saat
Maaf baru bisa up! Semoga sukaaa!Jam sudah menunjukan pukul satu siang, setengah jam lagi pelajaran terakhir selesai dan semua siswa akan membubarkan diri dari sekolah, kecuali yang memiliki jadwal ekskul dan lainnya.Ailee terdiam memegangi ponselnya saat ia mendapatkan pesan kedua yang di kirimkan oleh Milan, Kakak kelas sekaligus orang yang disukainya."Lo kenapa?" Tanya Naima.Ailee memperlihatkan pesan yang di kirimkan oleh Milan kepada teman sebangkunya itu."Wow, gila sih! Gue gak nyangka Kak Milan bisa kirim pesan kayak gitu." Ucap Naima tak percaya."Angga udah tahu?" Ailee mengangguk sebagai jawaban."Gue udah share chat ini ke dia, dia juga kaget." Ucap Ailee dan mereka pun kembali fokus mencatat materi yang guru mereka berikan.Ailee kembali terdiam.From: 082**********
Semoga suka...Zuco membawa Ailee ke dalam kamarnya dan mulai mengobati luka yang dengan beraninya mengotori tubuh gadis kesayangannya ini. Dengan sangat hati-hati Zuco mengobati luka lebam yang berada di bawah dagu Ailee, saking pelannya sampai Ailee merasa tidak sedang diobati. Ailee terdiam menatap Zuco yang belum mengeluarkan sepatah katapun sejak mereka sampai dikediamannya. Raut wajah khawatir terlihat jelas di wajah tampannya, tangan kanan Ailee terangkat untuk mengusap wajah Zuco dengan lembut. Perlahan raut wajah tegang itu menjadi rileks.Zuco menghembuskan nafas kasar, "kasih tahu aku orang yang udah ngasih kamu bekas kuku ini." Ucapnya.Ailee meraih kapas dan obat merah yang berada di atas meja. "Aku gak pa-pa, nanti juga sembuh,"Ailee melepas jaket milik Zuco dari pinggangnya, kemudian ia usapkan kapas tersebut pada luka yang tak sengaja terkena gunting saat dirinya berusaha
Semoga sukaaa...Suasana riuh dari siswa dan siswi yang baru saja memasuki lingkungan sekolah tiba-tiba saja berubah ketika sebuah mobil mewah masuk ke dalam pekarangan menuju tempat parkir sekolah tersebut. Tak sedikit yang memperlambat langkahnya, bahkan berhenti hanya untuk melihat siapa yang mengendarai mobil tersebut.Satu kaki saja sudah membuat para gadis berbisik dan membulatkan matanya."Wo! Wo! Wo! Guys, sepatunya branded woe..." Bisik salah satu siswi pada siswi yang lainnya.Dan,Boom!Beberapa siswi langsung menutup mulut tak percaya."Itu yang suka jemput Ailee kan? Gilaaa, ganteng banget...""Apa dia pindah sekolah ke sini?" Sahut yang lainnya.Sedangkan dari lorong kelas terlihat seorang pria yang tengah menatap Zuco dengan tatapan datar dan tersenyum miring saat melihat Zuco berjalan mengh
Ailee terlihat sedang menikmati es krim yang baru saja Zuco beli di sebuah mini market di dalam mobil, dan juga beberapa makanan ringan. Ia terlihat sangat menikmati es krim miliknya sampai tak menyadari Zuco yang sedari tadi menatapnya dengan tersenyum manis."Pulang sekarang nih?" Tanya Zuco.Ailee menganggukkan kepalanya. "Kamu mau diem terus di sini?"Zuco terkekeh pelan. Ia pun mulai menyalakan mobilnya untuk meninggalkan mini market tersebut."Yooo! Teruuus!" Teriak seseorang dari arah belakang."Astaghfirullah!" Pekik Zuco yang berhasil mengalihkan perhatian Ailee."Ada apa?""Itu yaang, tukang parkirnya ngagetin aku. Tadi perasaan gak ada, deh... Heran aku." Jawab Zuco seraya mengikuti arahan tukang parkir yang tiba-tiba saja muncul dan mengagetkannya.Ailee hanya tertawa pelan menanggap
Semoga suka?Jangan dheuegwjgeg3jqj huaaah...Ini panjang loh partnya... Voteee dan komeeen.Yang komen next & lanjut, ini bakalan di lanjut kok sampai tamat. Ok.Gugup, itu yang Ailee rasakan. Ia berdiri menatap sekitar, beberapa orang terlihat sedang menikmati sajian dengan ditemani alunan musik dan yang lainnya ada yang berdansa dengan pasangan, juga ada yang tengah berbincang serta bersenda gurau di salah satu sudut ruangan dengan tempat duduk.Ia berdecak kesal karena Zuco tak kunjung kembali dari kamar kecil. Sampai akhirnya sang pemilik acara mulai berjalan dan berdiri di atas lantai yang lebih tinggi dengan microphone di tangannya."Ekhem, ya cek! Okay. Selamat malam semuanya, mohon perhatiannya sebentar." Ucap Jhonatan meminta dan para tamu pun mulai berkumpul.Jhonatan terlihat tersenyum senang
Jangan lupa Vote dan komen...Semoga sukaaa ya... Ini juga panjang loh. Maaf kalau ceritanya absksueiwuuehekakh...Zuco mengusap wajahnya kasar, ia sangat mengkhawatirkan keadaan Ailee yang tengah memejamkan mata untuk mengistirahatkan tubuhnya. Saat ini ia memakai pakaian milik Zuco dengan dibantu oleh asisten rumah tangga yang memang khusus untuk membantu mengurusi kebutuhannya."Den, Dokter bilang kan Non Ailee sudah tidak pa-pa. Sebaiknya Den Zuco juga beristirahat." Ucap Asisten rumah tangga yang sejak Zuco SMP ia panggil Nanny Sarnah.Zuco terlihat mengepalkan lengannya menahan rasa kesal. Kemudian ia bangkit dan berlalu dari dalam kamar .Ia berjalan setengah berlari menuruni anak tangga, membuat sang Ayah dan Kakak yang sudah mengenakan pakaian biasa menatap ke arahnya, para tamu pun sudah meninggalkan rumah, kini hanya para pegawai katering dan pegawai yang membe
Zuco's BorderlineDeskripsi:S E Q U E L dari Zuco's Obsessionš«_________________________________________Zuco menatap Ailee dengan tersenyum manis."Kuliah, pulang. Dan... Jauhin cowok tadi. Okay?""Zuco, aku gak--""Jangan aneh-aneh. Nurut aja."Ailee terlalu bahagia, sampai dirinya lupa bahwa pernikahan adalah awal. Dengan ekspektasi yang tinggi tentang kebahagiaan, mereka berdua harus berjuang untuk saling melengkapi dan menyatukan perbedaan serta meminimalisir perdebatan.*****Di Wattpad yah... Sudah update sejak kemarin. Malam ini update lagi yeaay!!Jangan lupa tinggalkan jejak di sana. Share ke temen-temen. Dan jangan lupa juga mampir ke cerita Didit.Judul: Ice CreamKisah si manja nan keras kepala Aruna bersama kekasihnya yang cold.Seru kok, gak perc
Ekspresi wajah Zuco terlihat sangat jelas menunjukkan kesedihan. Bahkan bukan hanya itu, ada rasa takut serta khawatir yang sedang dirinya rasakan. Dari posisi duduk, berdiri hingga mondar mandir sudah dirinya lakukan untuk mengurangi rasa cemas.Bagaimana tidak, setengah jam lagi pesawatnya akan berangkat dan sampai saat ini Ailee belum juga menunjukkan keberadaannya."Dek, sabar dong. Duduk dulu, mungkin jalanan macet." Ucap Jhonatan.Zuco melirik jam di tangannya. "Ailee bilang dia bakalan nyusul, tapi kok gak dateng.""Belum, Zuco. Bukan gak dateng." Sebagai seorang Ayah, Jhonatan terus berusaha menenangkannya sedari tadi.Zuco menggigit bibir bawahnya. "Is she okay? Gak terjadi apa-apa kan sama Ailee?" Tanyanya pada Jhonatan."Enggak, nak.""Tapi aku telpon gak di angkat, chat juga gak dibaca Pah. Aku khawatir," ucapnya gelisah.Zuco kembali me
Zuco terlihat merebahkan diri di sofa ruang keluarga dengan TV yang hanya dinyalakan untuk menemani dirinya saja. Rumahnya terlalu besar untuk ditinggali 2 orang dan beberapa asisten rumah tangga yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.Hari ini Zuco menyelesaikan Ujian Nasional pertamanya, dengan Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran pembuka.Zuco tampak menatap langit-langit rumahnya yang tinggi dengan memeluk bantal sofa."Zuco..."Mata Zuco membulat sempurna. "Ailee..." Gumamnya seraya bangun dari posisi rebahannya.Zuco tersenyum senang ketika melihat Ailee tersenyum ke arahnya. Kemudian duduk di dekatnya."Dih nyengir," ucap Ailee.Zuco menggigit bibir bawahnya. Kemudian tertunduk."Kenapa? Gak seneng yah aku ke sini? Ganggu yah?"Zuco menggelengkan kepalanya. "I miss you..."&
Malam ini, Ailee memutuskan untuk menginap, menemani Zuco. Dengan sedikit paksaan dan rayuan, akhirnya Ailee mau menemani Zuco yang sendirian. Karena Jhonatan masih berada di luar negeri untuk satu minggu ke depan.Mereka berdua terlihat sibuk sendiri, Ailee yang mengerjakan tugas di atas karpet karena mejanya lebih rendah dari sofa dan Zuco tampak bermain game di sofa belakang Ailee.Lalu, Dhara? Ailee sudah mengeceknya. Gadis itu pergi. Entah kemana. Karena rasa malu telah berkata dengan keras, mengingatkan Zuco bahwa pria itu terlahir dari rahim istri kedua. Ailee berharap, Dhara tidak akan pernah menunjukkan wajahnya lagi."Aarghh, anjing kalah." Umpat Zuco.Ailee yang duduk di dekatnya terkejut. "Eoh? Kasar banget." Kagetnya.Zuco memukul mulutnya sendiri pelan. "Sorry sorry.""Sorry mulutmu. Udahlah, jangan main game dulu, berisik tahu. Aku lagi ngerjain tugas." Ujar
Jangan lupa untuk komentarš dan review yah sayaangnya Zuco sekalian. BTW, kayaknya Didit bakalan bikin sequel Zuco kalau tamat. Bodo amat Didit bakalan tetep bikin:v Gak bakalan di posting di sini yah.Find me on: Ig @ditanyxoul.*****Saat ini, Ailee dan Zuco sedang duduk berdua, menonton TV dikediaman corner dengan ditemani oleh ramyeon instan yang sebelumnya mereka beli di perjalanan. Awalnya Zuco akan menemani Ailee di dirumahnya, namun ternyata ia berubah pikiran dan memutuskan untuk mengajak Ailee ke rumahnya saja."Punya kamu pedes gak sih?" Tanya Zuco.Ailee menatapnya dan langsung memasang ekspresi tak percaya, tangannya terulur untuk mengusap rambut Zuco ke arah belakang."Keringetan banget, kalau pedes gak usah dilanjutin. Bibir kamu udah merah gitu," ucap Ailee.Zuco menyimpan cup mie di atas meja. Kemudian meraih susu kedelai miliknya.
Sesuai dengan apa yang Ailee inginkan, dua hari setelah kemarin, ia memutuskan untuk pulang dan menjalani perawat di rumah saja. Ailee sudah mempertimbangkan segalanya, ia tidak ingin membuat Ibunya, Zuco dan Sara juga Nayma kerepotan karena dengan baik hatinya mereka bergantian menemani Ailee. Walau Ailee telah mengatakan, bahwa suster dan Dokter ada disekitarnya.Pagi ini Ailee sudah bersiap untuk berangkat sekolah dengan bantuan tongkat. Akan sangat merepotkan jika ia menggunakan kursi roda.Apa Zuco mengetahuinya? Tentu saja, tidak. Zuco masih belum setuju jika Ailee berangkat sekolah. Tapi hari ini Ailee akan keras kepala, ia sudah terlalu banyak ketinggalan materi. Sepintar apapun dia, tetap akan kesulitan jika harus mengejar banyak pelajaran.Ibunya sudah pergi 15 menit yang lalu, bersama dengan Kiran. Kini Ailee terlihat sedang mengunci pintu, kemudian berlalu untuk mencari Angkot. Akan sangat boros jika ia menggunakan taksi
Ailee memejamkan mata dan merentangkan tangannya, menikmati angin semilir di sore hari. Saat ini, Ailee sedang berada di taman rumah sakit dengan di temani oleh Zuco. Di hadapan Ailee terdapat sebuah kolam ikan dengan berbagai jenis ikan di dalamnya. Di sekitarnya juga terlihat beberapa pasien yang sedang berkeliling, menikmati udara luar sebelum kembali ke dalam ruangan."Liat deh, ikan yang orange itu ngikutin mulu yang putih!" Ujar Ailee menunjuk dua ekor ikan di dalam kolam."Iya, kayak kamu yang ngikutin aku terus. Gak mau pisah."Ailee tertawa pelan. "Gak kebalik tuh?"Zuco berdiri di atas kedua lututnya seraya menggenggam tangan kanan Ailee. "Aku beneran gak bisa jauh dari kamu.""Oh ya?"Zuco mengangguk dengan cepat. "Gak percaya? Belah dada aku.""Hahaha, ketawa banget aku! Lebay banget, kalau aku belah, kamu meninggal." Ujar Ailee seraya menepuk pipi Zuco
3 hari telah berlalu, namun ia masih harus berada di rumah sakit, setidaknya sampai keadaan kakinya membaik. Pasalnya ia masih sering merasa nyeri yang datang tiba-tiba dan itu membuat Zuco khawatir. Ia tidak ingin mengambil resiko, Ailee hanya bisa menurut ketika Zuco tiba-tiba saja marah mendengar dirinya ingin di rawat di rumah saja.Saat ini terlihat Sara, Nayma dan Angga berdiri di sekitar tempat tidur Ailee. Mereka langsung memutuskan untuk menjenguk Ailee setelah bel pulang dari masing-masing sekolah berbunyi. Dan Zuco, dia mengirim pesan pada Ailee bahwa ia akan datang nanti."Kalian kenapa sih, harusnya hati-hatilah... Sekarang jadi gini kan, Ailee yang paling parah." Ucap Sara.Nayma mengangguk setuju. "Jangan bonceng Ailee lagi ah, lo ceroboh!" Sahut Nayma."Sorry, gue bener-bener gak fokus waktu itu..." Sesal Angga.Ailee yang masih mengingat tentang perasaan Angga, merasa canggung sendi
Zuco berlari menuju resepsionis dan menanyakan keberadaan Ailee. Setelah mendapatkan nomor ruangan, Zuco kembali berlalu dengan sangat terburu-buru. Raut wajahnya semakin pucat karena rasa khawatir yang teramat sangat. Ia juga sudah menghubungi Ibunya Ailee dan juga Jhonatan mengenai kecelakaan yang Ailee alami.Langkah Zuco melambat ketika ia melihat Angga dengan tangan yang dipangku karena patah, serta perban pada bagian kakinya.Zuco berjalan mendekati Angga, kemudian berdiri tepat di hadapannya. Terlihat sangat jelas bahwa Zuco sedang menahan emosinya, tangannya mengepal dan rahangnya mengerat."Zuco... Gue minta maaf, gue--""Keadaan Ailee gimana?" Tanya Zuco. "Gue gak bakalan mukul lo, kalau Ailee gak terluka parah." Sambungnya."Gue masih belum tahu." Jawab Angga.Zuco mendudukkan tubuhnya di samping Angga. Kakinya benar-benar terasa lemas. Niat untuk memukul Angga