Btari, seorang penari berbakat, yang memiliki karir sempurna di bidang accounting. Btari terlahir dari keluarga yang kaya raya. Ayahnya sebagai pimpinan perusahaan swasta di bidang telekomunikasi. Membuat ornag lain cemburu akan kehidupan nya yang bisa di bilang sangat sempurna, akan tetapi jauh dari kata sempurna itu, kehidupan yang ia miliki bagaikan hidup di dalam sangkar. Bakat menarinya yang ia tonjolkan sejak kecil, menjadikan ia sebagai wanita yang lemah gemulai, dan snagat cantik luar dalam. Btari telah menguasai tarian, mulai dari tarian daerah hingga tarian internasional Kesempurnaan yang di elu elukan oleh semua orang yang mengenal Btari, hanyalah di jadikan symbol saja. Karena semua kegiatan yang menyangkut tentang kehidupannya, mulai dari pilihan sekolah, berteman, hingga seorang kekasih pun, juga harus sesuai dengan aturan yang di buat oleh ibunya. Menurut ibunya, hanya dia lah yang mengetahui secara pasti dan benar jodoh untuk putrinya itu. Btari memberontak dengan semua aturan yang sudah di buat oleh orang tuanya. Ia sudah tak tahan lagi, kala orang tuanya terlalu ikut campur dalam kehidupan asmaranya. Btari pun lari dari rumah dan mencoba untuk hidup mandiri. Namun, ibunya masih terus saja mengatur perjodohan bagi Btari dengan seorang yang dianggapnya pantas untuk di pandang dalam kelas atas , yang di lihat hanya dari harta dan jabatan yang dimiliki. Bukan dari keimanan dan yang mampu membimbing Btari menjadi seorang wanita yang baik.
View MoreBunyi suara tabuh gamelan yang berkumandang dari ruang ballroom hotel,dan lemah gemulainya tubuh penari serta lentiknya jari jemari yang di gerakkan, menambah keindahan tersendiri bagi para tamu yang hadir menikmati pertunjukkan seni tari Jawa yang di bawakan.
Para tamu tampak terkesima dengan keindahan dan kemolekan gemulainya sang penari. Mereka berdecak kagum, dan banyak sekali yang bertanya siapakah yang menari dengan indah seperti itu.“ wah bagus banget ya itu narinya…” ujar salah satu tamu yang tampak sedang mengagumi gerakan tarian.“ iya…gemulai sekali yaaa..” sambung salah satu tamu yang lain.Suara gamelan pun berhenti, tanda tarian sudah berakhir. Gemuruh tepuk tangan para penonton yang tampak puas akan penampilan tarian yang ku bawakan.Aku Btari, sejak kecil aku suka sekali dengan menari, mulai dari tari tradisional hingga tari ballet pun juga sudah ku kuasai.Pada penampilan kali ini, aku tak sendiri dalam mempertunjukkan tarian rama shinta. Aku berasama adikku Jenar berhasil memukau para tamu yang hadir dalam acara yang di selenggarakan oleh perusahaan bapakku.Dalam acara launching produk baru, perusahaan bapak mengundang beberapa koleganya, dan juga para wartawan untuk meliput semua kegiatan yang di selenggarakan.usai tampil, kami segra ke belakang panggung untuk berganti pakaian. Aku dan Jenar bergegas berganti pakaian, karena bapakk sudah menunggu kami untuk di perkenalkan kepada beberapa teman koleganya.“ dek…baju mba kamu taro mana?” tanyaku“ tadi Jenar taro di kursi dekat meja rias kok mba.” Jawab JenarAkupun mencari dress batik panjang yang ku padankan dengan kebaya kutu baru.“mba, sanggulnya di copot ngga?”“ nanti aja deh dek, di rumah aja sanggulnya kalau mau di copot. Kalau sekarang ribe deh, kan itu lama tau bukanya.”“ iya sih..untung pake nya sanggul modern, bukan sanggul ibu ibu gitu.”“ nah..makanya udah mendingan ganti baju aja.”“ iya mbaa…”Sekitar 20 menit berlalu, kami pun selesai berganti pakaian. Terlihat karyawan bapak yang sudah di titipkan pesan oleh bapak agar selalu mengawal kami,Pak Luki namanya.“ nona…bapak sudah menunggu.” Ujar pak Luki kepada kami“ iya om…ini kami sudah selesai, memangnya bapak dan ibu dimana?” Tanya ku“ di ruang VIP non b’tari.”“ mmmm bisa tolong tunjukkan ruangannya dimana?” ucpaku kembali“ iya mari nona…”“ eh sebentar, tapi bapak lagi ngobrol sama koleganya nggak?”“ kurang tau juga saya non…”Kami berdua pun pergi berjalan mengikuti langkah kaki, om Luki menuju ruang VIP. Dan sesampainya di ruang VIP, kami melihat ada banyak sekali kolega bapak yang berdatangan.“ lhaaa ini dia penarinya, anak anakk saya.” Ucap Bapak kepada semua koleganya.“oalaaahhh yang tadi menari dengan luwes itu, putriya bapak toh.” Ungkap salah satu Kolega bapak yang bernama Reggy“ hahaha iya…bagaimana? Keren kan anak anak saya kalau menari?” ucap Bapak dengan bahagia sekali mengakui keahlian kami berdua.“ iya pandai sekali ya putri putri bapak menarinya.” Jawab om Reggy.“ ya begitulah, karena mereka sejak dari kecil sudah saya kursuskan menari tarian tradisional dan tari ballet.”“ owh ya? Wah pantas saja gesture nya sangat lentur sekali ya. Putrinya ada dua pak?”“hahaha iya…ini putri saya yang pertama, namanya B’tari dan yang bungsu ini namanya Jenar. Ayo salim sama koleganya bapak” ucap bapak yang menyuruh kami untuk salim kepada om Reggy“ malam om…” sapa kami berdua sambil mencium tangan om Reggy“ iya malam juga anak anak…” jawab om Reggy“ pak, ibu kemana?” Tanya ku“ tadi kemana ya? Kayaknya lagi di sudut sebelah sana deh, sedang ambil makanan, kamu belom makan ya? Yaudah sana cari ibu dulu.” Ucap Bapak kepada kami“ iya aku belom makan” balas Jenar, adik bungsuku“ yasudah sana, cari ibu saja.”Kami yang memang belum makan malam, karena memang jam pentasnya berdektan dengan jam makan malam, membuat cacing yang ada di perut sudah mengadakan konser amal.Kami mendapati ibu yang sedang berbincang bincang juga dengan beberapa teman sosialitanya.“ bu…” sahutku“ eh sini, ayo maem dulu..” balas ibu“ mmm menunya ada apa aja?” Tanya Jenar dengan nada manja“ sebelah sana ada creamy soup, terus di sebelah sana ada sate padang juga. Udah sana tinggal pilih, ibu lupa apa aja tadi.”“ ambilin…” pinta adikku yang manja.“yaudah sana toh, sama mba b’tari, ibu kan lagi ngobrol ini sama temen ibu.”“ udah yuk dek sama mba aja,ngambil makanannya.” Sahutku“ huff…, yaudah deh ayo mba.”Memang adikku yang ini, sangat manja sekali, mungkin juga karena dia adalah anak bungsu, sehingga apapun yang ia minta selalu dituruti dan di penuhi oleh bapak.Berbeda denganku, untuk hal tertentu, aku harus meraih sendiri, untuk hal yang ku suka, seperti kebebasan. Ya bagiku, kebebasan sangatlah mahal. Terkadang aku sangat iri kepada teman teman ku, karena mereka memiliki kebebasan yang gampang di raih.Tapi aku yakin, mungkin dengan seiring berjalannya waktu, kedua orang tuaku dapat memahami nya.Kembali ke suasana malam ini dengan hiruk pikuknya suara music yang kencang dan juga riuhnya suara orang orang yang memadati ballroom ini.Aku dan Jenar sedang sibuk mengisi perut yang daritadi sudah melakukan demonstrasi minta diisi.“mba …ice creamnya enak deh…” ucap Adikku yang sedang melahap Ice cream hingga 2 gelas.“ kok kamu makannya banyak banget sih dek, nanti batuk lho.”“ kan enak tau mba…”“ ya jangan banyak banyak dek, nanti mba juga yang kena sama bapak ibu, di kiranya mba ngga ingetin kamu.”“ iya iya…”Pukul 10 malam, tampaknya acara semakin seru saja, semakin banyak anak anak muda berumur 25 tahun ke atas mulai berdatangan.Aku dan Jenar yang merasa heran,berusaha mencari jawaban dengan bertanya kepada bapak atau ibu.“ mba kok makin banyak aja ya yang dateng.”“ iya mba juga nggak tau, Tanya bapak aja yuk.”“ iya yukk di sini banyak banget yang merokok, udah gitu ngeliatin kita melulu, Jenar jadi takut.”“ iya udah jangan takut, kan ada mba di sini.” Ucapku seraya menenangkan adikku yang merasa tak nyaman dengan suasana di Ballroom.
Kami berdua pergi ke arah VIP tempat dimana Bapak sedang asik bercengkrama bersama para koleganya.“bapak…pulang yuk, aku udah ngantuk nih.” Ujar Jenar“ iya sebentar lagi ya, bapak mau Tanya nomor kontak dulu.”Jawab bapak.Sambl menunggu bapak, aku mengambil menu dessert yang di sajikan yakni pudding keju dengan fla coklat.“ apaan tuh mba?” Tanya Jenar“ pudding, kenapa?”“ enak nggak rasanya?”“ enak dong…mau coba?”“ iya boleh…”“ nah udah yuk pulang, ibu kemana?”“ nggak tau, mungkin masih di deket ballroom sana.” Jawabku“ kalau di telfon mesti nggak di jawab.” Ucap Bapak sambil mencoba menghubungi ibu dengan ponselnya“ya gimana mau di angkat sih pak, kan pastinya ibu nggak kedengeran, orang suara musiknya kenceng banget gitu, udah gitu makin lama, makin banyak yang dateng gitu sih pak, kan udah malem.” Ucap Jenar“ iya, soalnya kalau acara yang ini khusus untuk para karyawan anak mudanya.” Jawab bapakku“ maksudnya acara yang kayak gimana?”“ yang ada DJ nya gitu dek.” Ucap bapak kembali“ oh gitu….”“ emang kamu tau dek DJ itu apa?” tanyaku“ nggak….hehhehee” jawab Jenar polos“ yaudah pak, kita smabil ke arah luar aja, kita cari ibu.” Usulku“ yaudah ayo.”Kami berdua pun keluar untuk pulang,sambil tengok kanak kiri, takut kalau selisipan dengan ibu yang juga sedang mencari kami. Dan benar saja, saat kami akan melangkah keluar menuju ballroom, ibu juga akan masuk menuju ruang VIP.“ lha ini ibu.” UcapkuIbu terkejut saat aku berteriak seperti itu“ Gusti Allah….Btarii,duh kamu nih lho bikin ibu stroke aja.” Ucap ibu“ heheheh maaf bu…”“ yok pulang, anak anak udah pada ngantuk.” Ajak Bapak“ iya ayo, aku juga tadi baru mau ngajak pulang.”Kami pun pulang kerumah sudah sangat malam dari tempat acara.Di dalam mobil, adikku Jenar sudah tertidur dengan pulasnya. Sementara aku yang masih belum mengantuk hanya duduk terdiam memandangi terangnya lampu jalanan kota.Sambil menyetir, Bapak berbincang bincang dengan Ibu, menceritakan mengenai beberapa kolega bapak yang mengajaknya untuk bergabung usahanya, dan ada juga yang mengajaknya untuk bermain tenis ataupun golf.
Lama kelamaan,aku merasa mataku sudah berat, tak kuasa menahan rasa kantuk ini, dan akupun tertidur. Bagiku terasa begitu cepat sampai di rumah. Baru saja aku tertidur, bapak sudah membangunkan ku untuk pergi ke kamar tidur.Dengan mata yang masih sangat berat, aku mencoba untuk berjalan pelan pelan menuju kamar tidur. Ingin rasanya cepat tidur, tapi ada beberapa hal yang harus aku lakukan, yakni copot sanggul dan menghapus make up.“uh harusnya tadi aku lakukan saat di mobil, jadi gampang, tinggal cuci muka,gosok gigi terus ganti baju tidur deh.” Gumamku kesal pada diri sendiri.Ku bangunkan adikku yang sudah tertidur pulas, untuk segera menghapus make up, mencopot sanggul dan kemudian cuci muka.“ dek bangun…itu di hapus dulu make upnya..”“ uhhh ngantuk nih mba…”“ ya terus gimana?”“ udah bangun dulu sebentar, hapus make up, cuci muka terus tidur lagi.”“ iya mbaaa.” Ucap Jenar masih dalam keadaan tertidur“ dek…ayo toh, itu nanti malah jadi jerawatan kalau kamu nggak cuci mukanya.”“ iya nih aku bangun…” sahut Jenar“ harusnya kita tadi pas lagi di mobil udah mulai nyicil beresin konde sama hapus make upnya nih dek.Jadi pas udah sampe di rumah kita tinggal cuci muka terus tidur deh.” Ucapku sambil menghapus riasan make up
“ iya ya mba, harusnya tadi jangan tidur dulu.”Beres membersihkan make up, copotin sanggul, cuci muka sampai benar benar tidak ada sisa make up lagi di muka, dan sekarang saatnya berganti pakaian untuk tidur.Esok harinya, seperti biasa, dengan waktu yang berjalan di rumah ini terasa begitu lamban. Semua orang memiliki kegiatan masing masing yang di mulai dari pukul 12 siang ke atas.Apalagi ini adalah hari ini hari minggu, hari santai untuk setiap orang. Aku terbangun saat matahari sudah masuk ke kamarku. Dengan rasa malas, aku berniat untuk kembali menarik selimut dan memejamkan mata.Tiba tiba teringat, kalau aku ada ulangan sejarah dan ulangan mathematika di hari senin, belum lagi ada pekerjaan rumah akuntansi yang bikin jelimet.“ waduh besok hari senin ya… maigaaattt besok ada dua ulangan sama satu pe-er.” Gumamku“ aduh yang mana dulu nih ya di kerjain…mmmm akuntansi dulu aja kali yaa yang dikerjain, secara ini bener bener membutuhkan energy untuk berfikir.”Bangun tidur yang sangat epic bagiku, karena harusnya sesuai dengan lagu bangun tidur. Bangun tidur ku terus mandi, habis mandi ku tolong ibu, membersihkan tempat tidurku.Kami semua menuruti perintah Miss Belinda yakni duduk melingkar.“Anak-anak, Mr.james sudah melihat performa kalian, dan sekarang saatnya penilaian. Dan penilaian itu sendiri biar Mr.James yang mengatakan pada kalian, untuk waktu dan tempat saya persilahkan,”ucap Miss Belinda mempersilakan Mr.James untuk menilai kami“Hallo ladies, saya sudah melihat performa kalian, dan menurut saya kalian sempurna, dan artinya juga, kalian berhak untuk mengikuti kompetisi pada winter next year dan pertunjukkan biasa. Golden ticket akan saya berikan, untuk kalian semua,” ucap Mr.James“Tunggu sebentar, apakah maksud Mr.James, kami semua lolos?”tanya JasmineMr.James mengambil golden ticket untuk kami semua yang ia simpan di dalam tas ranselnya.“Ticket ini aku berikan kepada kalian semua, jadi tolong di simpan baik-baik, di jaga jangan sampai hilang!” perintah Mr.JamesMasing-masing dari kami mendapatkan golden ticket dar
“Iya pasti, saya akan giat berlatih, apapun akan saya lakukan agar saya bisa tampil di Prancis Mr.James.”“Apapun?” tanya Mr.James dengan muka tersenyum licik.“Apapun Mr.James, karena saya benar-benar ingin ke luar negri dan tampil di sana,” ucap Miranda“Hmm … ya nanti akan saya kabari, sekarang kamu boleh berganti pakaian dan kamu bisa pulang sekarang!” perintah Mr.James“Ok Miranda, kamu mungkin saat ini berlatih, kamu tunggu di sini ya, sambil menunggu saya, coba kamu berlatih sendiri Swan lake, saya akan kembali!”perintah Miss Belinda.Miss Belinda dan Mr.James keluar ruang studio nutracker menuju ruang studio black. “Hallo anak-anak,” sapa Miss Belinda“Hallo Miss,”jawab kami semua.“Oke, kali ini saya mau memperkenalkan kepada kalian, Mr.James, beliau inilah juri yang akan menilai apakah kalian layak untuk bisa performance di luar negeri a
Aku tak menggubris perkataan Miranda, karena memang aku tak merasa, di samping itu aku juga enggan mencari masalah terhadap teman-temanku. “Harusnya yang memenangkan lomba itu tuh gue, bukan lo. Apasih hebatnya lo? Atau jangan-jangan lo ada kenalan orang dalam terus lo berbuat curang gitu deh, yakan ngaku aja!” hujat MirandaAku masih saja diam tak bergeming mendengar ocehan Miranda“Asal lo tahu aja ya anak miskin, gw itu udah kursus di tempat yang paling mahal dan ternama punya. Udah pasti bergengsi dan harusnya yang jadi juara dua itu ya gue,” Miranda tetap saja melanjutkan ocehannya"Gue mau tahu, kalo itu kursusnya dimana sih?”“Oh, kalau gue sih kursusnya sama Eyang gue, kenapa?” aku menantang balik Miranda“Hhahahaha … Kursus sama nenek doang aja bisa jadi juara dua, duhh … tuh juri buta kali yaa, atau mungkin kasihan gitu sama lo.”“Terserah lo aja ya Miranda ..&rdqu
Back to Eyang“Bu Sepuh, taksinya sudah datang,” Ucap Yu’ti kepada Eyang , saat Eyang sedang menghabiskan sarapannya.“Iya Yu’ti bilang tunggu sebentar ya, sama sekalian tolong bawakan koper dan tas tas nya ke taksi ya,”perintah Eyang“Iya Bu sepuh.”Eyang pun bergegas menghabiskan sarapannya. Saat Eyang bersiap untuk pulang, Ibu baru saja bangun dengan muka sembab.“Jani … Mama pulang dulu ya,” pamit Eyang“Lho kok pulang?” tanya Ibu“Kan memang perjanjian nya begitu bukan, kamu minta mama menginap smapai B’tari selesai erlombaan nah sekarang B’tari sudah selesai lomba, mama pulang kasian rumahnya udah lama di tinggalin,” jawab Eyang“Oh gitu, yaudah. Hati-hati ya ma. Oiya pulangnya naik apa? Sama Pak Ujang?”“Nggak jadi sama Pak Ujang, barusan Janitra telfon mama, katanya dia ada meeting mendadak, jadinya Pak Ujang
“Mmm … kalau gitu Yu’ti nanti saya minta tolong, bawakan koper ke bawah ya. Sudah saya siapkan semua, tinggal di bawa saja,”Perintah EyangYu’ti menuruti perintah Eyang. Di bawakan nya koper yang ada di kamarku, total koper yang di bawa Yu’ti ada 3 berikut dengan seluruh tasku. Yu’ti belum sadar, kalau tasku juga di bawa olehnya.“Bu sepuh, koper dan tas tas nya sudah saya taruh di bawah,” ucap Yu’ti“Iya terima kasih banyak ya Yu’ti,” tutur Eyang.“Bu sepuh perginya menunggu Pak Ujang toh?” tanya Yu’ti kembali“Kalau masih lama, saya pesan taksi saja Yu’, takutnya nanti Bapak butuh Pak Ujang di sana, solanya saya ada jam mengajar les pagi ini, takut tidak keburu,” ujar Eyanng“Mungkin ada baiknya Bu Sepuh tanya ke Bapak, telfon dulu, biar nanti nggak kesalahan juga di Pak Ujang nya,”usul Yu’ti“Oh … Ngon
Aku kembali menuju ruang makan, ku buka ponsel dan membaca beberapa pesan dari beberapa teman teman dan juga ada pesan dari Miss Belinda yang mengingatkan kalau hari ini Latihan.“Ini mb, susu sama robak nya,” ucap Yu’ti sambil meletakkan satu pirin tumpukkan robak dan segelas susu chocolateKu nikmati sarapan pagi seorang diri di meja makan. Perasaan Marah dan kecewa masih berkecamuk dalam pikiran dan perasaanku saat ini. Aku benar benar tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuaku. Dan yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah mereka sangat egois. Dan mereka hanya bisa menuntut tanpa memberi dukungan sama sekali“krek …” pintu kamar Bapak dan Ibu sudah terbukaLangsung ku percepat saja mengunyah makanan dan ku langsung menghabiskan susu. Setelah itu segera saja aku bawa piring yag masih penuh tumpukkan roti bakar menuju dapur.“Yu’ti tolong taroin di plastic aja ini roti bakar, mau aku bawain buat bekal,&rd
“Lhooo … Iya Bu, beneran, kasihan saya sama Mba. Belum lagi kalau ngeliat Ibu bisa akrab banget sama mba Jenar. Mba B’tari tuh keliatan banget pengen seperti itu juga.”“Berarti aku sudah sangat keterlaluan ya Yu’ sebagai ibu untuk B’tari.” Ucap Ibu dengan pandangan kosong.“Mohon maaf bu, kalau soal itu, mmm … bisa saya katakan iya, karena sangat terlihat sekali kalau ibu itu tidak menyayangi dengan sepenuh hati, padahal mba B’tari kan anak kandung Ibu toh, masa sama anak kandung bisa seperti itu, nggak baik lho bu terlalu membedakan kasih sayang dengan anak lainnya. Boleh saja sih kalau ibu ingin mendidik mba B’tari agae menjadi anak yang mandiri. Tapi kan anak itu juga butuh kasih sayang dan dukungan dari seorang ibu.”Mendengar nasihat dari Yu’ti secara tak langsung, telah menampar batin Ibu. Ia tak menyangka bahwa apa yang di katakana oleh Yu’ti benar adanya. Ibu terlalu s
“Terus kalau kamu benar benar melihat B’tari lomba, coba kamu certain tadi performnya B’tari bagaimana? B’tari pakai baju apa?” tantang Bapak“Pakai baju yang Bapak beliin waktu lagi ke Belanda itu, terus pakai sepatu pantofel,” jawab ibu.“Mas Rama, coba mana ambilin hape Bapak di tas!” perintah Bapak.“Iya Pak.”Mas Rama mengambil ponsel Bapak yang masih tersimpan di dalam tas. Ponsel dengan merk terkenal berwarna hitam, diambil oleh Mas Rama“Ini Pak,” ucap Mas Rama sambil menyerahkan ponselnya ke BapakBapak langsung melihat foto dan video yang tadi siang di kirim oleh Mas Rama melalui ponsel milik Mas Rama.“Lalu, tadi B’tari selesai lombanya jam berapa?” tanya Bapak kembali“Jam 5, emang kenapa sih bapak kok nanya nya seolah olah bapak nggak percaya sama aku!?”“Memang aku sekarnag nggak percaya sama kamu, ini sudah ada
Air mataku mengalir begitu saja saat mendengar Ibu mengancam Yu’ti untuk berbohong pada Bapak.Mas Rama yang melihatku menangis , tak tega, karena Ibu benar benar sudah sangat keterlaluan.“Lho kok lo nggak Latihan Ballet?” tanya Mas RamaAku langsung menghapus air mata ku …“Iya tadi Miss Belinda nya kirim pesan melalui Whatsapp, katanya aku hari ini nggak apa-apa, kalau nggak masuk, di kasih libur sehari doang.”“Oh gitu, yaudah sana lo istirahat gih!” pinta Mas Rama“Nggak ah … Lagi banyak tugas terus udah gitu ada ulangan, jadinya mau belajar aja.”“B’tari lo jangan sedih ya, urusan itu, nanti gw bantu, gw nggak mau lo sedih,” ucap Mas Rama. Makan malam tiba, dan Bapak baru saja tiba di rumah. Kali ini benar benar aku tidak nafsu untuk makan. Aku benar benar terkejut mendengar ucapan ibu yang meminta Yu’ti agar berbohong jika di tanya oleh Bapak.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments