“ hebat apanya? Biasa aja ah, malah aku iri lho sama kehidupan kalian yang nggak perlu ada Latihan nari, Latihan ballet, Latihan piano dsb. Capek aja gitu aku tuh.” Curhatku mengenai masalah letihnya aku yang menjalani kegiatan ini.
“ ya memang kita semua banyak ngiri nya ya…justru orang tua kita juga ngiri sama kamu, karena kamu tuh banyak prestasinya, juara dimana mana.”“iya sih, yang penting kita bersyukur aja atas semua nya ini B’tari. Insya Allah segala Lelah mu menjadi lillah untuk orang tua.”“ ammiiiinnnnn…” ucap kami bertiga.“ untuk kalian semua yang belum selesai melukis di tanah litany bisa di selesaikan sekarng juga ya, saya akan tunggu sampai selesai.” Ujar guru seni rupa kami, Ibu Tiwi“ waduh punya ku belum selesai nih…” ucap Indah“ sama aku juga, tungguin ya ndah..” sahut Maya.“ ayo kalian berdua selesaikan dulu gih.” Perintah Bu Tiwi“ iya bu…ini sedang kami selesaikan.”
“ B’tari, punya kamu tinggal finishing saja, sini ibu bantu.”“siap bu.”“kriiinnnggggg….”bunyi bell sekolah Sudah berdering, saatnya untuk pulang sekolah. Aku menunggu Mas Rama untuk pulang bareng di lobby sekolah.“B’tari yuk pulang.” Ajak Mas Rama“ yaudah ayo…”“laper gw nih, dari istirahat nggak makan.”“ sama..emang lo pikir gw udah makan gitu?”“ emang lo tadi nggak di kasih uang jajan sama ibu?” tanya mas Rama“ nggak…”Kami berdua pun pergi menuju parkiran motor.“ eh bapak jadinya berangkat sendiri atau sama ibu ya?”“entah…gw juga kurang tau, kan semalem kita ninggalin ibu di ruang makan..”“ yaudah pulang yuk ah, kali aja yu’ti udah masak.” Ucap Mas ramaMas Rama memanaskan mesin motor Vespa nya sebentar, lalu kita pulang ke rumah. Selama dalam perjalanan pulang, Mas Rama benar benar sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi, lantaran cacing cacing yang ada di perutnya sudah mengadakan konser rock n roll.Setibanya di rumah, kami mendapati bapak dan ibu yang baru saja akan berangkat pergi.“ lho pak, kirain sudah bernagkat dari tadi pagi.” Ucapku dengan heran“ nggak tadi pagi bapak ke kantor dulu, mengambil beberapa dokumen yang dibutuhkan.”“ ooohh, terus ini pesawatnya yang jam berapa?” tanyaku Kembali“ jam 4 sore…oiya ini ATM bapak, kamu pegang ya nduk.” Ucap bapak seraya memberikan kartu ATM dari dompetnya“ buat jaga jaga, kamu sama sodara sodara kamu, kalau ada apa apa telfon bapak ya. Cepet simpen, jangan sampai ketahuan sama ibu kamu. Ini buat kamu”. Kata bapak Kembali.Ku lihat Ibu yang masih saja sibuk mondar mandir memanggil Yu’ti untuk membantu mengangkat beberapa koper miliknya ke mobil. Akupun segera meletakkan kartu ATM dari bapak di dalam dompet.“B’tariiiii….” Teriak ibu dari dalam kamar“B’tariiii…….” Teriak ibu Kembali“ daleeemmmmmm” aku menyahut panggilan ibu.“ udah sana kamu di panggil sama ibu. Inget yaa jangan sampe ketahuan kartu ATM ini.”Aku pergi ke dalam memenuhi panggilan ibu“ daleeemmmmm….”“ nih uang kamu selama satu minggu.” Ucap Ibu smabil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya. Ibu mengeluarkan uang sekitar 2.500.000 untuk keperluan selama seminggu“cukup kan 2,5 juta sampai seminggu?” tanya Ibu“ ini udah termasuk sama uang jajan kita berempat bu?” tanyaku Kembali“ iya ini udah sama uang jajan kalian berempat, terus sama uang belanja selama seminggu juga.”“mmmmm, ibu yakin ngasihnya segini?” tanyaku Kembali dengan rasa heran“iya emang kenapa sih? Pokoknya ini nggak mau tahu harus cukup, untuk jajan sama makan selama satu minggu. Terserah kamu mau ngebaginya gimana.”“mmmmm iya deh, nanti akua tur dulu gimana.”“ nah iya emang harus begitu.”“ yu’ti mengko uang belanjane nyuwon nang mba b’tari wae yoo…”“ injeh bu…”“ wes yooo tak berangkat karo bapak, titip arek arek yo yu…” ucap ibu kepada Yu’ti yang meminta untuk menjaga dan menitipkan kami pada nya.
“ iya bu hati hati yaaa…” ucap yu’tiBapak dan ibu pun berangkat menggunakan mobil BMW seri terbaru berwarna putih. Mereka pergi diantar oleh pak Ujang menuju bandara.“ kryuk kryuk…”suara cacing dalam perutku sudah mulai aksi protes nya kembalil meminta untuk segera di isi makanan“yu…masak apa?” tanyaku pada yu’ti“ itu mba…iyu masak sayur asem sama ikan asin jambal tahu tempe goreng sama sambel.”“ ku lihat di meja makan sudah tersisa sangat sedikit sekali.“ini siapa yang belom makan?” tanyaku“ tinggal mba doang kok yang belom makan, semua udah pada makan…mas Rama sama mas Balarama udah, mba Jenar juga udah…”“oh gitu oke…”“ mba lo nanti latian nari jam berapa?”“ jam 4 sore, kenapa?”“ yaudah gw anterin, soalnya gw mau ada kerja kelompok.”“ terus nanti gw pulangnya gimana?”“ ya nanti lo kabarin gw aja lo pulang jam berapa.”“ iya…”Uang yang diberikan oleh ibu 2,5 juta. Bagiku ini adalah hal yang sedikit membuat pusing, karena aku “dipaksa” untuk harus bisa mengatur keuangan unuk pengeluaran rumah dan juga untuk jajan kakak dan adik adikku.Selesai makan, aku mulai membagikan uang tersebut dalam post pengaturan keuangan yang ku buat sendiri. Di bantu yu’ti, aku membagi bagikan uang tersebut.“ yu’ ti mmm kira kira buat belanja seminggu berapa?”“ tergantung mba nya mau masak apa?”“mmm jadi kalau gitu kita bikin jadwal menu makanan selama seminggu ya, masa kapa selama seminggu..”“ iya mba bener, baru setelah itu bisa di perinci mba.”“ masaknya yang murah aja tapi bisa cukup untuk orang banyak dan juga bisa untuk sampai besok pagi, maksudnya kalao misalnya masak untuk sore ini, ya kalau bisa sampe besok pagi.”“ ya bisa sih mba begitu, tap ikan mba tau sendiri, kalau mas Rama sama mas Balarama kalau makan nggak kira kira bisa smape 3 piring gitu kalau lagi kelaparan.”“ yaudah yu… untuk seminggu aku kasih 1 juta dulu yaa…, soale aku juga harus membagi sisanya ini.”“ iya mba...”Selanjutnya aku pun membagi sisa uang ini untuk kami berempat…“ 1,5 dibagi 4 hasilnya 375 …, ng… kalo gitu jangan di kasih semua deh, nanti malah pada boros.Tak terasa memposting semua uang yang di berikan oleh Ibu membuat waktu yang berjalan begitu cepat. Waktu Sudha menunjukkan pukul 3, artinya aku sudah harus bersiap siap untuk berangkat Latihan tari ballet.Ku lihat dulu di agendaku, apakah ada tugas rumah atau ulangan atau tidak. Lalu ku persiapkan lagi baju dan sepatu ballet ku. Selesai siap siap, aku mencari adikku Balaram untuk berangkat Bersama.“ huft benar benar hari yang melelahkan, belum lagi aku harus berlatih untuk lomba menyanyi dan bermain music nya.”Tiba di tempat Latihan menari ballet, aku melihat ada beberapa orang baru. Guruku, Mrs. Belinda walaupun sudah berusia 40 tahun, namun dia masih tetap gemulai dalam mengajarkan Gerakan tarian dasar ballet.“ sore B’tari…” sapa Mrs. Belinda“ sore juga Miss…” aku menjawab sapaannya“ B’tari bisa Miss minta tolong bantu….”“ tolong apa miss?”“ tolong ajarkan beberapa anak anak yang baru saja masuk jadi anggota klub balet kita. Bisa kan kamu ajari Teknik dasar balletnya?”“ maksudnya aku gantiin miss? Nggak mau ah, kan masih ada miss.”“ hahhahaha bukan sayang…kamu jadi model aja gimana untuk gerakannya gitu lho…”“ oh gitu..boleh boleh.”“ yaudah yok kita ketemu dengan teman teman baru.”Kelas Mrs. Belinda selalu ramai dengan banyaknya para pendaftar baru, baik itu di mulai dari kal
“ Ya B’tari, ada apa?” tanya Miss Belinda Ketika sedang mengajari Gerakan ballet lainnya.“ ini Miss..saya mau tanya, sesudah di ajari beberapa Gerakan tarian dasar, lalu apa yang harus mereka lakukan?”“ oh itu…do coba treus saja Gerakan dasar tarian balletnya, sampai mereka benar benar kuasai. Lalu setelah itu setengah jam lagi nanti kita kumpul semua di situ, ada yang mau saya bicarakan dengan kalian semua.” Ucap Mrs. Belinda“baik Miss…permisi.” Jawab B’tariAku pun kembalike ruangan tempat dimana 20 orang murid yang masih belum paham dan mengerti akan Gerakan tarian dasar Ballet.“ bagaimana apakah kalian sudah bisa pelan pelan Gerakan dasar balletnya?” tanya ku pada mereka.“ mmm belom kak…” ujar salah satu dari mereka“ oh aku punya ide…. Sini, kalian semua duduk di sini melingkar…aku pegang absen kalian, nanti yang ak
CHAPTER 2PERFECTWaktu persiapan untuk perlombaan menyanyi dan penilaian pentas Ballet sama yaitu 1 bulan. Waktu dan tenaga sama sama terkuras habis. Sesungguhnya aku tidak ingin mengikuti penilaian Ballet. Hanya saja, entah darimana Ibu mengetahui akan ada penilaian ballet, dimana dalam penilaian itu jika aku bagus dalam membawakan tarian, maka aku akan di kirim ke Prancis.Ibu sudah mewanti wanti kalau aku harus bisa lolos dalam babak penilaian penentuan. Terlebih lagi Ibu sudah terbayang bayang kalau aku akan pentas di Prancis dan di tonton oleh jutaan orang banyak.Hal itu sudah pasti menjadi impian Ibu sejak dulu. Terkenal dan di kenal oleh siapapun. Meskipun bukan dari bakat yang dimiliki oleh ibu, tapi ibu sudah cukup puas memiliki anak seperti ku yang memiliki segudang bakat.Dari dulu, ibu selalu memasukkan ku ke dalam berbagai kursus seni bakat, baik itu seni Lukis, seni music, seni olah vocal sampai seni tari. Memang banyak sekali manfa
Terdengar dari kamarku, suara ramai dari arah ruang makan. Ibu, Kakak, dan adik adikku sedang berbincang dengan Yangti.“lho B’tari mana nduk?” tanya Yangti kepada adikku Jenar“Mba lagi shalat sebentar, nanti juga turun.”“Mama sudah dahar belom?” tanya Ibu kepada Yangti“siang belom…”“ya sudah kalau gitu Mama dahar dulu, setelah itu ngajarin B’tari.” Ucap Ibu“iya boleh.”Usai Sholat, aku langsung ke bawah menuju ruang makan dan berkumpul bersama Ibu,Kakak, Adik adikku dan juga Yangti.“Yangti…”sapaku“eh..udah selesai sholatnya tah nduk?” tanya Yangti“iya udah …”“kamu ngikut lomb aopo toh nduk?”“lomba nyanyi, jadi yang ngadain dari label music, nah mereka lagi mengadakan lomba khusus untuk anak anak sekolah.”“lomba nya group atau solo?”
Latihan berlangsung hingga sore menjelang…“Latihan untuk hari ini , sampe di sini dulu ya nduk…besok kita teruskan lagi, nanti eyang ajari tehnik menggunakan hidung.”“iya eyang..Tak lama kemudian, Bapak pulang dari kegiatan olahraga nya.“ lho ada Mama…”ucap Bapak“eh kamu baru pulang tah?” tanya Eyang kepada Bapak.“iya ma…, aku capek…mau mandi dulu ya.” Ucap Bapak acuh“ iyo Jan…” jawab Eyang sambil menganggukKu lihat raut muka Eyang yang sedih karena, Bapak sepertinya tampak acuh sekali melihat kedatangan Eyang.“Eyang ayo istirahat dulu di kamar B’tari..”kataku sambil menggandeng dan menuntun Eyang ti menaiki tangga menuju kamar.“Eyang mau mandi duluan atau B’tari yang mandi?”“B’tari dulu saja yang mandi, Eyang mau rebahan dulu…punggung Eyang pegel nduk.&rdqu
“waaahhh Yangti keren ih…ngajarin nyanyi begitu, berarti kan harus menjaga kualitas suaranya kan ya?” tanya Jenar“oh iya itu harus dek…makanya Yangti selalu makan kencur, untuk menjernihkan suara, Latihan pernapasan, minumnya air putih, terus selalu olahraga juga.”“ keren iiihhh…”balas JenarYangti kalau menurut kakak kakak dan adik adik Bapak, beliau adalah seorang penyanyi pada masanya, dia juga sempat sekolah music, maka tak heran jika bakatnya itu menurun ke anak anak laki lakinya dan menurun juga ke kami, anak anak Bapak.Bagi bapak, semua anak anaknya harus bisa dan mahir dalam memainkan alat music, serta melek akan not balok. Tidak boleh tidak. Lalu bagaimana dengan bakat menariku, apakah itu juga berasal dari bakat keluarga yang menurun?Tidak…, bakata menariku ini di karenakan saat itu, Bapak melihat sepupunya sedari kecil sudah belajar balet, serta tarian tradisional yang lain. Oleh
“biariiiinnn…dariapda waktunya terbuang percuma, kan kalo lo jadi tinggal berangkat terus udah gitu lo drop Yangti, abis itu kalo nggak jadi juga tinggal berangkat sama Yangti juga lo temenin dia.”Selesai Mas Rama Mandi, teman temanya masih juga belum membalas pesan textnya. Ia kemudian berpakaian dan mengajakku untuk sarapan bersama.“B’tarii…lo udah makan belom?” tanya Mas rama dari luar kamarku“ kenapa? Sebentar…”jawabku sambil membuka kan pintu kamarku untuknya“ lo udah makan belom?” tanya Mas Rama Kembali“ belom, tadi gw bangun tidur terus langsung mandi, kerjain tugas terus di suruh Yangti bangunin lo deh.” jawabku“yaudah temenin gw makan yuk….”ajak Mas Rama“iya sebentar, gw sekalian ajak Yangti sarapan dulu.”“ok kalau gitu, gw tunggu di ruang makan ya.”“ hooh…”balasku.Mas Rama melangkah menuju ke ruang makan, sementara itu aku melihat Yangti yang tak sengaja tertidur saat menonton Tv. Aku pelan pelan membangunkannya.“Yangti…..yangti…
Bagiku materi yang Sudah di ajarkan oleh Eyang, merupakan ilmu yang sangat berharga sekali. Pantas saja, kalau mereka membayar mahal guru les vocal apalagi jika di tambah dengan belajar alat music juga.“ nah nduk…coba sekarang Eyang dengerin dulu suara kamu, setelah itu langsung masuk ke lagu. Ok…”Aku pun bernyanyi diiringi alunan music piano oleh Eyang. Bagiku Eyang sangat hebat sekali, ia bisa memainkan setiap lagu dengan alunan nada yang begitu indah, sehingga membuat yang mendengarkannya sangat menikmatinya.Eyang pernah bercerita, kalau piano adalah belahan jiwa nya. Eyang selalu dapat memainkan setiap instrument lagu, baik itu lagu classic, lagu jazz, blues, hingga lagu pop masa kini.Tangan dinginnya selalu dapat menciptakan sebuah nada yang tadinya belum memiliki jiwa.Bagi Eyang, setiap lagu itu selalu memiliki nafas dan jiwa. Nafas dan jiwa yang di maksud adalah Ketika kita mampu menyanyikannya dengan begitu baik, sehingga bag
Kami semua menuruti perintah Miss Belinda yakni duduk melingkar.“Anak-anak, Mr.james sudah melihat performa kalian, dan sekarang saatnya penilaian. Dan penilaian itu sendiri biar Mr.James yang mengatakan pada kalian, untuk waktu dan tempat saya persilahkan,”ucap Miss Belinda mempersilakan Mr.James untuk menilai kami“Hallo ladies, saya sudah melihat performa kalian, dan menurut saya kalian sempurna, dan artinya juga, kalian berhak untuk mengikuti kompetisi pada winter next year dan pertunjukkan biasa. Golden ticket akan saya berikan, untuk kalian semua,” ucap Mr.James“Tunggu sebentar, apakah maksud Mr.James, kami semua lolos?”tanya JasmineMr.James mengambil golden ticket untuk kami semua yang ia simpan di dalam tas ranselnya.“Ticket ini aku berikan kepada kalian semua, jadi tolong di simpan baik-baik, di jaga jangan sampai hilang!” perintah Mr.JamesMasing-masing dari kami mendapatkan golden ticket dar
“Iya pasti, saya akan giat berlatih, apapun akan saya lakukan agar saya bisa tampil di Prancis Mr.James.”“Apapun?” tanya Mr.James dengan muka tersenyum licik.“Apapun Mr.James, karena saya benar-benar ingin ke luar negri dan tampil di sana,” ucap Miranda“Hmm … ya nanti akan saya kabari, sekarang kamu boleh berganti pakaian dan kamu bisa pulang sekarang!” perintah Mr.James“Ok Miranda, kamu mungkin saat ini berlatih, kamu tunggu di sini ya, sambil menunggu saya, coba kamu berlatih sendiri Swan lake, saya akan kembali!”perintah Miss Belinda.Miss Belinda dan Mr.James keluar ruang studio nutracker menuju ruang studio black. “Hallo anak-anak,” sapa Miss Belinda“Hallo Miss,”jawab kami semua.“Oke, kali ini saya mau memperkenalkan kepada kalian, Mr.James, beliau inilah juri yang akan menilai apakah kalian layak untuk bisa performance di luar negeri a
Aku tak menggubris perkataan Miranda, karena memang aku tak merasa, di samping itu aku juga enggan mencari masalah terhadap teman-temanku. “Harusnya yang memenangkan lomba itu tuh gue, bukan lo. Apasih hebatnya lo? Atau jangan-jangan lo ada kenalan orang dalam terus lo berbuat curang gitu deh, yakan ngaku aja!” hujat MirandaAku masih saja diam tak bergeming mendengar ocehan Miranda“Asal lo tahu aja ya anak miskin, gw itu udah kursus di tempat yang paling mahal dan ternama punya. Udah pasti bergengsi dan harusnya yang jadi juara dua itu ya gue,” Miranda tetap saja melanjutkan ocehannya"Gue mau tahu, kalo itu kursusnya dimana sih?”“Oh, kalau gue sih kursusnya sama Eyang gue, kenapa?” aku menantang balik Miranda“Hhahahaha … Kursus sama nenek doang aja bisa jadi juara dua, duhh … tuh juri buta kali yaa, atau mungkin kasihan gitu sama lo.”“Terserah lo aja ya Miranda ..&rdqu
Back to Eyang“Bu Sepuh, taksinya sudah datang,” Ucap Yu’ti kepada Eyang , saat Eyang sedang menghabiskan sarapannya.“Iya Yu’ti bilang tunggu sebentar ya, sama sekalian tolong bawakan koper dan tas tas nya ke taksi ya,”perintah Eyang“Iya Bu sepuh.”Eyang pun bergegas menghabiskan sarapannya. Saat Eyang bersiap untuk pulang, Ibu baru saja bangun dengan muka sembab.“Jani … Mama pulang dulu ya,” pamit Eyang“Lho kok pulang?” tanya Ibu“Kan memang perjanjian nya begitu bukan, kamu minta mama menginap smapai B’tari selesai erlombaan nah sekarang B’tari sudah selesai lomba, mama pulang kasian rumahnya udah lama di tinggalin,” jawab Eyang“Oh gitu, yaudah. Hati-hati ya ma. Oiya pulangnya naik apa? Sama Pak Ujang?”“Nggak jadi sama Pak Ujang, barusan Janitra telfon mama, katanya dia ada meeting mendadak, jadinya Pak Ujang
“Mmm … kalau gitu Yu’ti nanti saya minta tolong, bawakan koper ke bawah ya. Sudah saya siapkan semua, tinggal di bawa saja,”Perintah EyangYu’ti menuruti perintah Eyang. Di bawakan nya koper yang ada di kamarku, total koper yang di bawa Yu’ti ada 3 berikut dengan seluruh tasku. Yu’ti belum sadar, kalau tasku juga di bawa olehnya.“Bu sepuh, koper dan tas tas nya sudah saya taruh di bawah,” ucap Yu’ti“Iya terima kasih banyak ya Yu’ti,” tutur Eyang.“Bu sepuh perginya menunggu Pak Ujang toh?” tanya Yu’ti kembali“Kalau masih lama, saya pesan taksi saja Yu’, takutnya nanti Bapak butuh Pak Ujang di sana, solanya saya ada jam mengajar les pagi ini, takut tidak keburu,” ujar Eyanng“Mungkin ada baiknya Bu Sepuh tanya ke Bapak, telfon dulu, biar nanti nggak kesalahan juga di Pak Ujang nya,”usul Yu’ti“Oh … Ngon
Aku kembali menuju ruang makan, ku buka ponsel dan membaca beberapa pesan dari beberapa teman teman dan juga ada pesan dari Miss Belinda yang mengingatkan kalau hari ini Latihan.“Ini mb, susu sama robak nya,” ucap Yu’ti sambil meletakkan satu pirin tumpukkan robak dan segelas susu chocolateKu nikmati sarapan pagi seorang diri di meja makan. Perasaan Marah dan kecewa masih berkecamuk dalam pikiran dan perasaanku saat ini. Aku benar benar tidak ingin bertemu dengan kedua orangtuaku. Dan yang ada di dalam pikiranku saat ini adalah mereka sangat egois. Dan mereka hanya bisa menuntut tanpa memberi dukungan sama sekali“krek …” pintu kamar Bapak dan Ibu sudah terbukaLangsung ku percepat saja mengunyah makanan dan ku langsung menghabiskan susu. Setelah itu segera saja aku bawa piring yag masih penuh tumpukkan roti bakar menuju dapur.“Yu’ti tolong taroin di plastic aja ini roti bakar, mau aku bawain buat bekal,&rd
“Lhooo … Iya Bu, beneran, kasihan saya sama Mba. Belum lagi kalau ngeliat Ibu bisa akrab banget sama mba Jenar. Mba B’tari tuh keliatan banget pengen seperti itu juga.”“Berarti aku sudah sangat keterlaluan ya Yu’ sebagai ibu untuk B’tari.” Ucap Ibu dengan pandangan kosong.“Mohon maaf bu, kalau soal itu, mmm … bisa saya katakan iya, karena sangat terlihat sekali kalau ibu itu tidak menyayangi dengan sepenuh hati, padahal mba B’tari kan anak kandung Ibu toh, masa sama anak kandung bisa seperti itu, nggak baik lho bu terlalu membedakan kasih sayang dengan anak lainnya. Boleh saja sih kalau ibu ingin mendidik mba B’tari agae menjadi anak yang mandiri. Tapi kan anak itu juga butuh kasih sayang dan dukungan dari seorang ibu.”Mendengar nasihat dari Yu’ti secara tak langsung, telah menampar batin Ibu. Ia tak menyangka bahwa apa yang di katakana oleh Yu’ti benar adanya. Ibu terlalu s
“Terus kalau kamu benar benar melihat B’tari lomba, coba kamu certain tadi performnya B’tari bagaimana? B’tari pakai baju apa?” tantang Bapak“Pakai baju yang Bapak beliin waktu lagi ke Belanda itu, terus pakai sepatu pantofel,” jawab ibu.“Mas Rama, coba mana ambilin hape Bapak di tas!” perintah Bapak.“Iya Pak.”Mas Rama mengambil ponsel Bapak yang masih tersimpan di dalam tas. Ponsel dengan merk terkenal berwarna hitam, diambil oleh Mas Rama“Ini Pak,” ucap Mas Rama sambil menyerahkan ponselnya ke BapakBapak langsung melihat foto dan video yang tadi siang di kirim oleh Mas Rama melalui ponsel milik Mas Rama.“Lalu, tadi B’tari selesai lombanya jam berapa?” tanya Bapak kembali“Jam 5, emang kenapa sih bapak kok nanya nya seolah olah bapak nggak percaya sama aku!?”“Memang aku sekarnag nggak percaya sama kamu, ini sudah ada
Air mataku mengalir begitu saja saat mendengar Ibu mengancam Yu’ti untuk berbohong pada Bapak.Mas Rama yang melihatku menangis , tak tega, karena Ibu benar benar sudah sangat keterlaluan.“Lho kok lo nggak Latihan Ballet?” tanya Mas RamaAku langsung menghapus air mata ku …“Iya tadi Miss Belinda nya kirim pesan melalui Whatsapp, katanya aku hari ini nggak apa-apa, kalau nggak masuk, di kasih libur sehari doang.”“Oh gitu, yaudah sana lo istirahat gih!” pinta Mas Rama“Nggak ah … Lagi banyak tugas terus udah gitu ada ulangan, jadinya mau belajar aja.”“B’tari lo jangan sedih ya, urusan itu, nanti gw bantu, gw nggak mau lo sedih,” ucap Mas Rama. Makan malam tiba, dan Bapak baru saja tiba di rumah. Kali ini benar benar aku tidak nafsu untuk makan. Aku benar benar terkejut mendengar ucapan ibu yang meminta Yu’ti agar berbohong jika di tanya oleh Bapak.