Menjelang ajalnya datang menjemput, semua kenangan pahit seolah berputar kembali di memory Zaha.
Kenangan yang membuat Zaha sampai melakukan aksi nekat malam ini.
Mungkin hanya sebentar saja kebahagiaan itu dirasakannya, ketika ayah, ibu, dan kakak perempuannya masih hidup.
Itu adalah memory sebelum usia Zaha 7 tahun. Bahkan Zaha sendiri hampir lupa, apa arti bahagia itu yang sebenarnya? Karena saat usianya tepat 7 tahun, keluarganya merayakan pesta ulang tahunnya dengan sangat meriahn. Semua kolega orang tuanya hadir dan memberi hadiah padanya, Zaha kecil benar-benar mendapat semua cinta dan sayang dari semua orang saat itu.
Namun, momen bahagia itu juga menjadi hari terkelam dalam hidupnya.
Tengah malam, saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing, se kelompok perampok memasuki rumah mereka. Zaha dan kakak perempuannya, Ainun yang masih berusia 11 tahun disekap di ruang tengah rumahnya, lalu disusul oleh Opa dan Omanya.
Sementara itu, Zaha kecil dapat mendengar suara perkelahian dari kamar orangtuanya. Rupanya para perampok itu berniat langsung membunuh ayahnya, namun Ayahnya yang memiliki kemampuan beladiri berhasil membunuh 4 orang perampok tersebut.
Namun, nahas. Saat Ayahnya, Zainudin keluar dari kamar dan bermaksud menyelamatkan anak-anaknya, ia ditembak oleh salah seorang perampok. 4 kali tembakan ke tubuh Zainudin, membuat ayahnya tersebut meregang nyawa dengan tragisnya. Tidak terkira rasa takut dan trauma yang harus ditanggung oleh Zaha kecil.
Di depan matanya sendirinya, Zaha menyaksikan ayah yang sangat dibanggakannya itu dibunuh dengan cara yang sangat keji. Tidak hanya berhenti sampai disitu, Opa dan Omanya yang memberontak karena melihat menantunya dibunuh, juga ikut dibantai dengan cara digorok oleh para perampok.
Apakah kengeriannya berhenti sampai disitu? Ternyata tidak.
Ibunya, Hayati diseret paksa ke ruang tamu, bersama dengan kakak perempuannya yang masih berusia 11 tahun. Mereka diperkosa secara brutal oleh para perampok tersebut, tidak terlukiskan bagaimana jerit pilu keduanya karena kehormatan mereka yang direnggut secara paksa oleh para perampok keji tersebut.
Para perampok tersebut tertawa dengan penuh kepuasan begitu nafsu binatangnya sudah berhasil tersalurkan, lalu dengan golok yang dipakai untuk membunuh kedua Opa dan Oma Zaha, mereka memancung kepala Ibu dan Kakak perempuannya.
Zaha menyaksikan sendiri, dua kepala orang yang sangat dicintainya menggelinding tepat dibawah kakinya.
Zaha sendiri menjerit pilu dan penuh dendam pada para perampok tersebut, sampai-sampai tidak terdengar lagi teriakan dari mulut kecilnya, hanya matanya yang memerah memandang penuh dendam pada perampok tersebut.
"Masih ada satu Anaknya bos, bagaimana? Kita habisi juga, kah?" Tanya salah seorang perampok.
"Jangan biarkan satu orang pun hidup." Perintah bosnya acuh tak acuh.
Misi mereka malam itu adalah untuk menghabisi seluruh keluarga Zainudin, tanpa melewatkan satu orang pun.
Namun belum sempat anak buah perampok tersebut mengeksekusinya, terdengar suara tembakan dari luar rumah.
Security perumahan yang terlambat datang, menjadi penyelamat nyawa kecil Zaha. Para penjahat tersebut yang tidak ingin identitas mereka terkuak, berhasil melarikan diri bersama anak buah mereka yang tewas.
Sehari setelahnya,
Ada seorang pria paruh baya yang berkunjung ke rumah Zainudin. Orangtua tersebut mengaku sebagai guru silat ayah Zaha sewaktu masa kuliah.
Zaha yang tidak lagi memiliki keluarga, akhirnya di asuh oleh Midun.
Midun ternyata adalah seorang jawara di masa mudanya. Ia juga mantan seorang kepala gengster yang akhirnya memilih pensiun dan menikmati kehidupan sebagai orang biasa. Sehari sebelumnya, Midun mendapat firasat aneh dan ingin berkunjung ke ibu kota untuk melihat keluarga muridnya.
Sangat disayangkan, kedatangannya terlambat. Muridnya, Zainudin dan keluarganya telah tewas dan hanya menyisakan satu orang anak lelakinya. Midun merasa sangat bersalah karena tidak bisa menyelamatkan sang murid, untuk menebus rasa bersalahnya, Midun memutuskan untuk mengangkat Zaha sebagai murid dan mewariskan seluruh kemampuannya.
Berkat didikan Midun pula, Zaha tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan dingin. Seperti Bapak, seperti itu pula anaknya. Zaha ternyata sangat berbakat dan dengan cepat dapat menguasai apa yang Midun ajarkan.
Midun menurunkan semua kemampuannya pada Zaha.
Midun yang sudah tua memperlakukan Zaha dengan keras. Menurutnya, lawan yang akan dihadapi oleh Zaha sangatlah kuat! Sehingga, ia benar-benar mendidik Zaha dengan sangat disiplin.
Sejak kecil Zaha sudah akrab dengan dunia kekerasan, usia 11 tahun namanya sudah dikenal di kalangan preman tempat tinggalnya. Usia 16 tahun, Zaha berhasil membalas dendamnya pada para pembunuh keluarganya. Zaha membantai seluruh perampok yang telah membunuh dan memperkosa ibu dan kakaknya.
Tidak hanya itu, dendam yang telah membatu dalam hatinya, membuat Zaha juga turut membantai seluruh keluarga dari perampok tersebut. Zaha tumbuh menjadi karakter yang tidak lagi memiliki perasaan, kekejian yang dialami oleh keluarganya memicu Zaha berubah menjadi karakter yang tidak kenal belas kasihan.
Akibatnya, Ia tertangkap oleh pihak kepolisian beberapa hari kemudian.
Namun karena usianya yang masih dibawah 17 tahun saat itu, Zaha di penjara dalam tahanan khusus anak-anak.
Di dalam penjara pun, Zaha sangat disegani karena berhasil menundukkan para penjahat kelas kakap dalam duel sengit antar sesama tahanan. Karena melihat bakat spesialnya tersebut, Zaha dibina lalu direkrut dalam satuan kepolisian.
Benar saja, hanya dalam beberapa tahun berkarir sebagai polisi muda, Zaha mencatatkan prestasi yang gemilang. Sehingga, Zaha dalam waktu sangat singkat direkomendasikan untuk masuk dalam satuan khusus Kepolisian.
Lagi-lagi Zaha berhasil menunjukan prestasi yang sangat siginifikan, Zaha tidak takut dengan tindak kriminal apapun. Bahkan pernah, Zaha mengerebek sindikat perdagangan narkoba yang cukup besar, hanya seorang diri.
Berkat prestasi tersebut, Zaha kembali direkomendasikan untuk masuk ke dalam pasukan super elit yang khusus menangani tindak kejahatan dengan level tinggi yang termasuk dalam kasus dengan tindakan luar biasa.
Dari sanalah, Zaha berhasil menemukan sebuah dokumen yang membuat arah hidupnya jadi berubah.
Sebuah dokumen rahasia yang mengungkap tentang kematian keluarga besarnya, 26 tahun yang lalu.
Ternyata, dalang dibalik bencana yang menimpa keluarganya adalah salah satu petinggi kepolisian. Alasannya, karena ayah Zaha tidak mau diajak bekerja sama dalam sebuah proyek besar, salah satu pembangunan markas kepolisian. Proyek itu sendiri, sarat dengan korupsi.
Zainudin yang mengetahui akan hal itu, menolak proyek tersebut, karena wataknya yang menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran. Ayah Zaha telah mengingatkan untuk tidak meneruskan proyek tersebut.
Namun karena ketamakannya, petinggi polisi tersebut menyewa sekelompok mafia sebagai alat untuk menghabisi Zainudin, karena dianggap dapat membahayakan tujuan sang petinggi kepolisian tersebut.
Pimpinan Zaha yang juga mengetahui dokumen tersebut, memanfaatkan Zaha sebagai alat untuk menghabisi petinggi polisi tersebut, karena polisi tersebut merupakan saingannya dalam menduduki salah satu jabatan penting di tubuh kepolisian.
Zaha yang tidak mengetahui niat komandannya, berhasil membunuh elit polisi tersebut. Tanpa disadari Zaha, ternyata ia sengaja dijadikan kambing hitam dan ditetapkan sebagai tersangka dan selanjutnya dipecat secara tidak hormat dari kesatuan.
Zaha yang merasa hanya diperalat, kemudian merencanakan pembalasan pada atasannya. Ia sadar, kalau lawan yang akan dihabisinya saat itu bukanlah orang sembarangan, karena orang tersebut merupakan atasannya langsung yang memimpin pasukan super elit di Kepolisian.
Sebuah misi tersulit dalam hidupnya dan boleh dibilang itu adalah sebuah misi bunuh diri atau mission imposible dengan peluang keberhasilan hanya 5 persen, karena Zaha akan langsung membunuh targetnya tersebut dimarkasnya pasukan super elit, pasukan terbaiknya Negeri ini.
Benar saja, saat menjalankan aksinya, Zaha harus menghadapi mantan rekan-rekannya yang pernah satu tim dengannya dulu. Pasukan yang memiliki kemampuan khusus, jauh diatas rata-rata pasukan biasa.
Dengan perencanaan yang sangat matang, serta ditunjang kemampuannya yang luar biasa, Zaha berhasil menjalankan misinya dan membunuh atasannya tersebut.
Namun, Zaha harus menderita luka yang sangat parah sebagai imbalannya. Bahkan jika Zaha tidak masuk kedalam jurang sekalipun, Zaha tetap akan mati karena parahnya luka yang dideritanya.
Sebutir air mata terlihat mengalir disudut matanya.
"A-aku akan se-sege-ra menyusul kalian. Arghk. a-ayah, i-ibu, ka-kak.." Dadanya terlihat terangkat, lalu Zaha pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tepat disaat gerhana bulan sedang penuh total, dimana bulan melalui titik pusat daerah umbra dan warna bulan menjadi merah merata.
Nama : ZAHA
Usia saat kematian : 33 Tahun
Karir : ex pasukan super elit dan pembunuh bayaran.
POV ZahaAku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu membuka mata pelan. Kulihat samar tempat dimana Aku terbaring, masih serasa sakit disekujur tubuhku.'Dimana ini? Apa Aku masih hidup atau sudah mati?'Ruangan serba putih adalah hal yang pertama kali ku lihat ketika terbangun dan aku merasa sangat asing dengan tempat ini."Suster tolong periksa anak ini! Ia sudah sadar." Teriak seorang Bapak-bapak sambil membawa seorang perawat perempuan.Aku yang masih merasa sangat lemah hanya bisa membiarkan perawat tersebut memeriksa keadaanku."Dek, kamu bisa melihat saya?" Tanya perawat tersebut sambil menyinari mataku dengan sebuah senter kecil.'Dek? Kenapa perawat ini memanggilku dengan panggilan itu?''Melihat dari penampilannya, seharusnya ia memanggilku dengan sebutan 'Kak' atau 'Bapak',' Pikirku heran. Menurutku, usia perawat yang sedang tersenyum ramah ketika merawatku ini tidak lebih dari 25 tahun.Hal ini, sangat aneh. 'Apa aku terlihat seperti seseorang yang lebih muda darinya?'Mes
"Kalau boleh tahu, bagaimana saya bisa dibawa kesini, dokter? Siapa saja yang tahu kalau saya ada disini?""Kamu benar-benar tidak ingat sama sekali ya?" Tanya dokter Anna sambil memegang dahiku."Sebentar! Kamu tahu siapa namamu kan, dek?" Tanyanya lebih lanjut.Aku menggelengkan kepala, bukan tidak tahu siapa diriku, hanya saja, aku tidak tahu terbangun dalam tubuh siapa. Ini sebuah misteri yang aku sendiri belum tahu jawabannya.Dokter Anna membuka berkas yang dibawanya dan mambacakan 'data'ku, "Nama kamu Zaha Kurniawan, usia 18 tahun. Sekolah di SMA negeri xx kelas 12. Nama ibu, Fitri dan kamu memiliki seorang saudara perempuan, Zanna Kirania Fitri. Ingat?" Terang dokter Anna sambil menatapku dan melihat reaksiku."Zaha?" Lirihku pelan.'Apa ini sebuah kebetulan? Bagaimana bisa, Aku terbangun dalam tubuh yang sangat asing bagiku, namun memiliki nama yang sama? Astaga! Lelucon macam apa yang sedang dimainkan semesta dengan takdirku? Bahkan untuk menikmati kematian pun, Aku tidak bi
Keesokan harinya, kulihat seorang wanita dengan usia yang sudah matang, datang menjenggukku.Walau Aku merasa asing, tapi Aku tahu kalau dia adalah ibu dari raga yang ku'diami' saat ini. Dia lah yang dimaksud oleh dokter Anna sebagai ibuku sebelumnya."Astaga! Nak, ka-kamu beneran sudah sadar?" Tanya Ibu tersebut dengan tatapan penuh haru dan bahagia.Dari melihat penampilannya, aku bisa tahu kalau 'ibu'ku ini dari ekonomi rendah. Aku jadi tersenyum sendiri di dalam hati, karena aku bisa menyimpulkan jika tubuh anak tempat rohku terlahir kembali ini, berasal dari keluarga yang biasa saja."Kamu beneran tidak ingat dengan ibu, nak?" Tanya ibu tersebut pelan, terlihat ada kesedihan dan beban yang berat didalam tatapannya. Ia berjalan ke samping kasurku, lalu mengusap kepalaku pelan dengan kasih sayang ke ibuannya.Tanpa sadar, perlahan air mata mengalir begitu saja keluar dari kelopak mataku. Walau Aku sama sekali tidak mengenal wanita yang sedang mengusap lembut kepalaku ini. Namun, us
Melihat betapa tulusnya pak Hadi dan putrinya untuk membantu Zaha dan keluarganya, Zaha ikut angkat suara. Utamanya, untuk membalasa kebaikan pada Hadi."Oh ya, Pak. Maaf kalau sebelumnya saya lancang." Ujar Zaha memberanikan diri, karena dari awal berjumpa dengan Sherlin dan Pak Hadi, seperti ada yang aneh dengan tatapan Sherlin pada ayahnya tersebut. Zaha yang semasa aktif di kesatuan, jelas sangat mengerti dengan ekspresi tersebut."Iya, ada apa Nak Zaha?"Zaha menatap Sherlin sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya pada Pak Hadi."Saya tidak tahu ada masalah apa antara pak Hadi dengan mbak Sherlin sebelumnya..." Ucap Zaha hati-hati. Dia sangat menjaga perasaan Sherlin ataupun pak Hadi yang telah bertanggung jawab pada Zaha, baik selama ia tidak sadarkan diri sampai telah bersedia mengantarkan dirinya dan ibunya pulang ke rumah. Jadi, Zaha memberanikan diri untuk berbicara untuk kebaikan Sherlin dan Ayahnya tersebut."Maksud, nak Zaha?" Tanya Pak Hadi mengerutkan keningnya sambil me
Sore harinya, setelah pak Hadi dan Sherlin pulang dari rumah keluarga Zaha. Sebuah motor sport berhenti di depan pagar rumah, terlihat sepasang sejoli sedang berbincang dengan mesranya.Entah apa yang mereka perbincangkan, tampak si wanita bersikap begitu mesra pada si pengendara motor sport tersebut. Tidak lama, wanita tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan cueknya ia melangkah masuk begitu saja ke dalam kamarnya, tanpa mempedulikan sang ibu dan adik yang telah menunggunya sejak tadi."Kamu dari mana Nak?" Sapa bu Fitri menyapanya."Udah lah, gak usah tanya-tanya bisa gak, sih? Gue capek, mau istirahat." Jawab wanita tersebut dengan ketusnya.Bu Fitri sampai tercekat mendengar jawaban kasar dari putrinya. Memang, sejak putri sulungnya itu sudah bisa mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya yang seharusnya itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Namun karena kesulitan ekonomi, apalagi bu Fitri hanyalah seorang pedagang kecil. Sehingga ia tidak bisa lagi membiayai sekola
POV Zanna Kirania FitriAku begitu bangga, saat kerja kerasku akhirnya membuahkan hasil.Setelah kini, aku menjadi pacarnya Ronal, salah seorang mahasiswa terpopuler di kampusku. Walau banyak yang mengatakan jika ia adalah seorang playboy, tapi masa bodohlah!Dengan menjadi pacarnya, paling tidak orang-orang tidak akan lagi menganggapku sebagai seorang Mahasiswi miskin yang tidak laku.Walau, kadang ada juga gosip-gosip tidak enak yang mengatakan kalau aku adalah seorang gadis matre. What ever, lah! Yang penting, Aku yang sekarang bisa menjadi pacarnya salah seorang cowok terpopuler di kampusku.Awalnya, Aku sudah sangat senang dan berbunga-bunga begitu diantar oleh Ronal pulang ke rumahku. Ia yang baru seminggu ini jadi pacarku, bahkan sampai mengantarku langsung ke depan rumahku.Sebenarnya, aku sempat malu sih, kalau sampai Ronal tahu keadaan rumahku seperti apa? Namun, karena melihat kesungguhan dan ketulusannya menerimaku apa adanya. Akhirnya aku mau juga ketika diantar olehnya.
POV ZahaJam 4 pagi, Aku sudah terbangun seperti kebiasaanku dahulu.Kukira, Aku lah yang terbangun lebih awal. Ternyata, sudah ada ibu yang sudah siap-siap dengan barang dagangannya. Ibu, diusianya yang sudah masuk kepala empat, masih saja harus banting tulang untuk menafkahi keluarga ini.Suaminya, yang merupakan ayahku tidak diketahui dimana rimbanya. Dari cerita ibu, aku jadi tahu kalau aku dan kak Nia ternyata tidak se ayah. Ayah kak Nia sudah meninggal sejak ia masih bayi. Setelah itu, ibu menikah lagi dengan ayahku saat ini."Loh, kamu sudah bangun, nak?" Tanya Ibu terkejut begitu mendapati diriku sedang menatap ke arahnya.Aku hanya tersenyum hangat melihat ibu, meski dengan segala kesibukannya, aku dapat merasakan ada cinta dalam tatapannya."Ibu sudah mau berangkat, yah? Sini, Zaha bantu bawa barang belanjaannya ke pasar." Ucapku menawarkan bantuan dan beranjak hendak membawa barang dagangannya."Tidak usah, nak! Hari ini kamu tidak usah masuk sekolah dulu, ya! Lagian, Zaha
Dari sekian banyak tatapan kekaguman, ada juga yang bersikap sinis dengan kemampuanku. Terutama, mereka yang pagi tadi coba menjatuhkanku.Terbukti, ketika jam istirahat tiba.Aku berencana hendak ke toilet. Saat kakiku melangkah kesana, ada beberapa orang siswa yang pagi tadi mencari gara-gara denganku, mereka berjalan perlahan mengikuti langkahku dari jauh.Aku tahu, kalau saat itu Aku sedang diikuti. Namun, sengaja kubiarkan dan melihat sejauh mana keberanian mereka.Menurut perkiraanku, mereka itu dulunya mungkin sering membully Zaha. Dengan fisik sekurus ini dan tampak apa adanya, belum lagi kehidupan Zaha yang sangat memprihatinkan. Wajar saja, para siswa yang memiliki kecenderungan suka membully akan menjadi Zaha sebagai sasaran empuk untuk dijahili.Tapi, mereka salah jika menganggap Zaha yang sekarang masih Zaha yang sama, yang bisa mereka jahili sesukanya.Aku berjalan dengan santai ke dalam toilet. Toilet ini lumayan luas untuk ukuran toilet sekolah, ada sebuah westafel dan