POV Zaha
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu membuka mata pelan. Kulihat samar tempat dimana Aku terbaring, masih serasa sakit disekujur tubuhku.
'Dimana ini? Apa Aku masih hidup atau sudah mati?'
Ruangan serba putih adalah hal yang pertama kali ku lihat ketika terbangun dan aku merasa sangat asing dengan tempat ini.
"Suster tolong periksa anak ini! Ia sudah sadar." Teriak seorang Bapak-bapak sambil membawa seorang perawat perempuan.
Aku yang masih merasa sangat lemah hanya bisa membiarkan perawat tersebut memeriksa keadaanku.
"Dek, kamu bisa melihat saya?" Tanya perawat tersebut sambil menyinari mataku dengan sebuah senter kecil.
'Dek? Kenapa perawat ini memanggilku dengan panggilan itu?'
'Melihat dari penampilannya, seharusnya ia memanggilku dengan sebutan 'Kak' atau 'Bapak',' Pikirku heran.
Menurutku, usia perawat yang sedang tersenyum ramah ketika merawatku ini tidak lebih dari 25 tahun.
Hal ini, sangat aneh. 'Apa aku terlihat seperti seseorang yang lebih muda darinya?'
Meski begitu, Aku menganggukkan kepala padanya. Astaga, Aku baru sadar jika kepalaku masih ada perbannya dan masih terasa berat.
Dalam hati Aku bertanya-tanya, tentang bagaimana aku bisa sampai berada disini? Seharusnya, aku sudah mati saat ini.
Sangat mustahil! Aku masih bisa hidup dengan banyaknya luka yang kuderita.
Ditambah lagi, dengan jatuh ke dalam jurang dan tentunya membuat tubuhku pasti hancur tak berbentuk. Sebuah kilasan memori, saat terakhir aku menghembuskan napas terakhir masih terbayang dengan begitu jelas.
Ini sangat aneh!
'Lalu, bagaimana aku bisa terbangun di tempat ini?'
"Suster, dimana saya? Bagaimana Saya bisa sampai disini ?" Tanyaku penasaran.."Kamu tidak ingat mengalami kecelakaan seminggu yang lalu? Kamu kena tabrak oleh mobil yang dikendarai oleh anak perempuan Bapak ini." tanya perawat tersebut sambil menoleh pada Bapak yang membawanya masuk tadi.
Aku menatap wajah bapak yang ditunjuk oleh si perawat, aku benar-benar tidak mengenalinya.
'Tunggu dulu! Bagaimana bisa Aku ditabrak? jika kejadian yang sebenarnya bukanlah seperti itu.' Pikirku bertanya-tanya.
Namun kepalaku terasa sangat berat untuk di ajak berpikir, akhirnya pandanganku kembali menjadi gelap. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi setelahnya, meski sayup aku masih bisa mendengar suara panggilan si perawat dan pria paruh baya tersebut, yang memanggilku dengan nada cemas.
Aku terbangun saat jam menunjukkan pukul 8 malam.
Namun kali ini, tidak seperti sebelumnya. Aku bisa bangun dengan normal seperti biasanya, kepalaku juga sudah tidak terasa berat seperti sebelumnya. Aku melihat detail seluruh ruangan, ternyata cuma Aku saja yang dirawat dalam ruangan ini, itu artinya Aku dirawat dalam ruangan VIP.
Aku melihat ke arah tubuhku yang masih mengenakan pakaian khusus pasien, berwarna hijau. Tapi, aku merasa ada yang aneh, tubuhku terasa jauh lebih kecil dan lebih kurus dari biasanya. Aku mengangkat tanganku dan memperhatikannya dengan lebih seksama.
'Astaga! Ini bukanlah tubuhku. Apa yang sebenarnya telah terjadi?' Pikirku dengan jantung berdegup kencang.
Tidak lama, masuk seorang Dokter perempuan didampingi oleh dua orang perawat wanita ke dalam ruangan.
Aku sangat akrab dengan wajah itu, 'Bukankah dia adalah dokter Anna?'.
Dia merupakan bagian dari masa laluku, ketika Aku masih aktif di pasukan khusus dahulu, satu-satunya wanita yang pernah dekat denganku setelah aku kehilangan kakak perempuan dan ibuku.
'Lalu, kenapa Anna yang masuk ke dalam ruangan ini? Bukankah Anna bekerja di rumah sakit militer. Apa jangan-jangan?"
"Malam, dek! Bagaimana kabar kamu hari ini?." Tanya dokter Anna Ramah.
"Saya baik An... Eh, maksud saya, dokter Anna."
'Hampir saja, aku salah menyebut namanya.'
Dari cara Anna menyapaku, semakin jelas kalau 'aku' bukanlah diriku saat ini. Dokter Anna sempat sedikit terkejut ketika mendengarku hampir salah menyebut namanya.
Dokter Anna meletakan stetoskop di tubuhku, lalu memeriksa tekanan darahku.
"Hmn, semuanya normal! Tinggal pemulihan luka luarnya saja, mungkin beberapa hari ke depan kamu sudah bisa pulang." Ujar Dokter Anna sembari tersenyum ramah.
Sebuah senyuman indah yang pernah sempat mengisi hari-hariku di masa lalu. Dalam hati aku hanya bisa tersenyum getir, 'tentu saja Anna sudah melupakanku'
Aku tidak berani berharap banyak lagi.
"Maaf, dokter. Sebenarnya, saya ada dimana?" Tanyaku coba mempelajari apa yang sebenarnya terjadi.
"Ini dirumah sakit umum xx, Jakarta Selatan." Jawab dokter Anna ramah.
Huft, Aku bisa bernafas lega sekarang.
Dokter Anna tampak tersenyum, mungkin dia memaklumi kebingunganku.
"Ada lagi yang bisa saya bantu ?" tanya Dokter Anna.
"Kalau boleh tahu, bagaimana saya bisa dibawa kesini, dokter? Siapa saja yang tahu kalau saya ada disini?" Tanyaku lebih lanjut. Karena aku sangat penasaran, aku terbangun dalam tubuh siapa saat ini?.
"Kalau boleh tahu, bagaimana saya bisa dibawa kesini, dokter? Siapa saja yang tahu kalau saya ada disini?""Kamu benar-benar tidak ingat sama sekali ya?" Tanya dokter Anna sambil memegang dahiku."Sebentar! Kamu tahu siapa namamu kan, dek?" Tanyanya lebih lanjut.Aku menggelengkan kepala, bukan tidak tahu siapa diriku, hanya saja, aku tidak tahu terbangun dalam tubuh siapa. Ini sebuah misteri yang aku sendiri belum tahu jawabannya.Dokter Anna membuka berkas yang dibawanya dan mambacakan 'data'ku, "Nama kamu Zaha Kurniawan, usia 18 tahun. Sekolah di SMA negeri xx kelas 12. Nama ibu, Fitri dan kamu memiliki seorang saudara perempuan, Zanna Kirania Fitri. Ingat?" Terang dokter Anna sambil menatapku dan melihat reaksiku."Zaha?" Lirihku pelan.'Apa ini sebuah kebetulan? Bagaimana bisa, Aku terbangun dalam tubuh yang sangat asing bagiku, namun memiliki nama yang sama? Astaga! Lelucon macam apa yang sedang dimainkan semesta dengan takdirku? Bahkan untuk menikmati kematian pun, Aku tidak bi
Keesokan harinya, kulihat seorang wanita dengan usia yang sudah matang, datang menjenggukku.Walau Aku merasa asing, tapi Aku tahu kalau dia adalah ibu dari raga yang ku'diami' saat ini. Dia lah yang dimaksud oleh dokter Anna sebagai ibuku sebelumnya."Astaga! Nak, ka-kamu beneran sudah sadar?" Tanya Ibu tersebut dengan tatapan penuh haru dan bahagia.Dari melihat penampilannya, aku bisa tahu kalau 'ibu'ku ini dari ekonomi rendah. Aku jadi tersenyum sendiri di dalam hati, karena aku bisa menyimpulkan jika tubuh anak tempat rohku terlahir kembali ini, berasal dari keluarga yang biasa saja."Kamu beneran tidak ingat dengan ibu, nak?" Tanya ibu tersebut pelan, terlihat ada kesedihan dan beban yang berat didalam tatapannya. Ia berjalan ke samping kasurku, lalu mengusap kepalaku pelan dengan kasih sayang ke ibuannya.Tanpa sadar, perlahan air mata mengalir begitu saja keluar dari kelopak mataku. Walau Aku sama sekali tidak mengenal wanita yang sedang mengusap lembut kepalaku ini. Namun, us
Melihat betapa tulusnya pak Hadi dan putrinya untuk membantu Zaha dan keluarganya, Zaha ikut angkat suara. Utamanya, untuk membalasa kebaikan pada Hadi."Oh ya, Pak. Maaf kalau sebelumnya saya lancang." Ujar Zaha memberanikan diri, karena dari awal berjumpa dengan Sherlin dan Pak Hadi, seperti ada yang aneh dengan tatapan Sherlin pada ayahnya tersebut. Zaha yang semasa aktif di kesatuan, jelas sangat mengerti dengan ekspresi tersebut."Iya, ada apa Nak Zaha?"Zaha menatap Sherlin sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya pada Pak Hadi."Saya tidak tahu ada masalah apa antara pak Hadi dengan mbak Sherlin sebelumnya..." Ucap Zaha hati-hati. Dia sangat menjaga perasaan Sherlin ataupun pak Hadi yang telah bertanggung jawab pada Zaha, baik selama ia tidak sadarkan diri sampai telah bersedia mengantarkan dirinya dan ibunya pulang ke rumah. Jadi, Zaha memberanikan diri untuk berbicara untuk kebaikan Sherlin dan Ayahnya tersebut."Maksud, nak Zaha?" Tanya Pak Hadi mengerutkan keningnya sambil me
Sore harinya, setelah pak Hadi dan Sherlin pulang dari rumah keluarga Zaha. Sebuah motor sport berhenti di depan pagar rumah, terlihat sepasang sejoli sedang berbincang dengan mesranya.Entah apa yang mereka perbincangkan, tampak si wanita bersikap begitu mesra pada si pengendara motor sport tersebut. Tidak lama, wanita tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan cueknya ia melangkah masuk begitu saja ke dalam kamarnya, tanpa mempedulikan sang ibu dan adik yang telah menunggunya sejak tadi."Kamu dari mana Nak?" Sapa bu Fitri menyapanya."Udah lah, gak usah tanya-tanya bisa gak, sih? Gue capek, mau istirahat." Jawab wanita tersebut dengan ketusnya.Bu Fitri sampai tercekat mendengar jawaban kasar dari putrinya. Memang, sejak putri sulungnya itu sudah bisa mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya yang seharusnya itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Namun karena kesulitan ekonomi, apalagi bu Fitri hanyalah seorang pedagang kecil. Sehingga ia tidak bisa lagi membiayai sekola
POV Zanna Kirania FitriAku begitu bangga, saat kerja kerasku akhirnya membuahkan hasil.Setelah kini, aku menjadi pacarnya Ronal, salah seorang mahasiswa terpopuler di kampusku. Walau banyak yang mengatakan jika ia adalah seorang playboy, tapi masa bodohlah!Dengan menjadi pacarnya, paling tidak orang-orang tidak akan lagi menganggapku sebagai seorang Mahasiswi miskin yang tidak laku.Walau, kadang ada juga gosip-gosip tidak enak yang mengatakan kalau aku adalah seorang gadis matre. What ever, lah! Yang penting, Aku yang sekarang bisa menjadi pacarnya salah seorang cowok terpopuler di kampusku.Awalnya, Aku sudah sangat senang dan berbunga-bunga begitu diantar oleh Ronal pulang ke rumahku. Ia yang baru seminggu ini jadi pacarku, bahkan sampai mengantarku langsung ke depan rumahku.Sebenarnya, aku sempat malu sih, kalau sampai Ronal tahu keadaan rumahku seperti apa? Namun, karena melihat kesungguhan dan ketulusannya menerimaku apa adanya. Akhirnya aku mau juga ketika diantar olehnya.
POV ZahaJam 4 pagi, Aku sudah terbangun seperti kebiasaanku dahulu.Kukira, Aku lah yang terbangun lebih awal. Ternyata, sudah ada ibu yang sudah siap-siap dengan barang dagangannya. Ibu, diusianya yang sudah masuk kepala empat, masih saja harus banting tulang untuk menafkahi keluarga ini.Suaminya, yang merupakan ayahku tidak diketahui dimana rimbanya. Dari cerita ibu, aku jadi tahu kalau aku dan kak Nia ternyata tidak se ayah. Ayah kak Nia sudah meninggal sejak ia masih bayi. Setelah itu, ibu menikah lagi dengan ayahku saat ini."Loh, kamu sudah bangun, nak?" Tanya Ibu terkejut begitu mendapati diriku sedang menatap ke arahnya.Aku hanya tersenyum hangat melihat ibu, meski dengan segala kesibukannya, aku dapat merasakan ada cinta dalam tatapannya."Ibu sudah mau berangkat, yah? Sini, Zaha bantu bawa barang belanjaannya ke pasar." Ucapku menawarkan bantuan dan beranjak hendak membawa barang dagangannya."Tidak usah, nak! Hari ini kamu tidak usah masuk sekolah dulu, ya! Lagian, Zaha
Dari sekian banyak tatapan kekaguman, ada juga yang bersikap sinis dengan kemampuanku. Terutama, mereka yang pagi tadi coba menjatuhkanku.Terbukti, ketika jam istirahat tiba.Aku berencana hendak ke toilet. Saat kakiku melangkah kesana, ada beberapa orang siswa yang pagi tadi mencari gara-gara denganku, mereka berjalan perlahan mengikuti langkahku dari jauh.Aku tahu, kalau saat itu Aku sedang diikuti. Namun, sengaja kubiarkan dan melihat sejauh mana keberanian mereka.Menurut perkiraanku, mereka itu dulunya mungkin sering membully Zaha. Dengan fisik sekurus ini dan tampak apa adanya, belum lagi kehidupan Zaha yang sangat memprihatinkan. Wajar saja, para siswa yang memiliki kecenderungan suka membully akan menjadi Zaha sebagai sasaran empuk untuk dijahili.Tapi, mereka salah jika menganggap Zaha yang sekarang masih Zaha yang sama, yang bisa mereka jahili sesukanya.Aku berjalan dengan santai ke dalam toilet. Toilet ini lumayan luas untuk ukuran toilet sekolah, ada sebuah westafel dan
Saat pulang sekolah, aku kembali berjalan seorang diri keluar gedung sekolah tanpa satupun yang menyapaku atau pun merasa perlu kenal denganku.Aku hanya menggerutu kesal dalam hati, 'Apa sebegitu ngenesnya pergaulan Zaha yang dulu yah? Sampai-sampai tidak ada satupun yang bersedia mendekat padaku.'Untungnya waktu di kelas tadi, aku sudah berhasil mengingat semua nama teman-temanku berkat absensi dari guru yang masuk ke kelas. Sehingga, walau tidak ada yang merasa kenal denganku, paling tidak aku bisa tahu siapa saja teman-teman Zaha di kelas.Aku berjalan menelusuri gang tempat aku lewat pagi tadi.Tidak jauh di depanku, ada segerombolan cowok berseragam STM sedang menganggu seorang cewek. Dari seragam yang dikenakan cewek tersebut, aku tahu kalau ia berasal dari sekolah yang sama denganku.Karena jalan yang ku tempuh persis melewati mereka. Sehingga mau tidak mau, aku pun ikut kena getahnya. Jelas terlihat jika cewek tersebut sangat ketakutan, Ia sampai menangis dan tubuhnya tampak