Malam ini bertepatan dengan gerhana bulan. Sementara itu, dalam gelapnya malam, seorang pemuda mengenakan seragam salah satu pasukan elit, sedang melesat cepat seperti peluru. Tanpa bisa dihentikan oleh puluhan dan bahkan ratusan aparat militer yang coba mengejarnya. Tubuhnya dipenuhi oleh luka-luka, akibat aksi nekatnya membunuh salah seorang petinggi kepolisian di markas besar POLRI. Bukankah itu adalah misi bunuh diri ? Benar, karena Zaha telah menargetkan petinggi POLRI tersebut sejak lama dan ia tidak berharap untuk bisa selamat keluar dari sana, karena itu adalah misinya yang terakhir. 'Brak.' Zaha dengan nekat berhasil melewati blokade dua kendaraan polisi. Aksi Zaha benar-benar di luar nalar yang mungkin hanya bisa ditemukan dalam film-film aksi. 'Dor.' "Ugh.." Ketika Zaha mendobrak paksa blokade barusan, salah satu pasukan khusus berhasil menembak Zaha dan tepat mengenai bagian pinggangnya yang tidak tertutupi rompi anti peluru. Perutnya sudah terluka oleh beberapa
Menjelang ajalnya datang menjemput, semua kenangan pahit seolah berputar kembali di memory Zaha.Kenangan yang membuat Zaha sampai melakukan aksi nekat malam ini.Mungkin hanya sebentar saja kebahagiaan itu dirasakannya, ketika ayah, ibu, dan kakak perempuannya masih hidup.Itu adalah memory sebelum usia Zaha 7 tahun. Bahkan Zaha sendiri hampir lupa, apa arti bahagia itu yang sebenarnya? Karena saat usianya tepat 7 tahun, keluarganya merayakan pesta ulang tahunnya dengan sangat meriahn. Semua kolega orang tuanya hadir dan memberi hadiah padanya, Zaha kecil benar-benar mendapat semua cinta dan sayang dari semua orang saat itu.Namun, momen bahagia itu juga menjadi hari terkelam dalam hidupnya.Tengah malam, saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya masing-masing, se kelompok perampok memasuki rumah mereka. Zaha dan kakak perempuannya, Ainun yang masih berusia 11 tahun disekap di ruang tengah rumahnya, lalu disusul oleh Opa dan Omanya.Sementara itu, Zaha kecil dapat mendengar suar
POV ZahaAku mengerjapkan mata beberapa kali, lalu membuka mata pelan. Kulihat samar tempat dimana Aku terbaring, masih serasa sakit disekujur tubuhku.'Dimana ini? Apa Aku masih hidup atau sudah mati?'Ruangan serba putih adalah hal yang pertama kali ku lihat ketika terbangun dan aku merasa sangat asing dengan tempat ini."Suster tolong periksa anak ini! Ia sudah sadar." Teriak seorang Bapak-bapak sambil membawa seorang perawat perempuan.Aku yang masih merasa sangat lemah hanya bisa membiarkan perawat tersebut memeriksa keadaanku."Dek, kamu bisa melihat saya?" Tanya perawat tersebut sambil menyinari mataku dengan sebuah senter kecil.'Dek? Kenapa perawat ini memanggilku dengan panggilan itu?''Melihat dari penampilannya, seharusnya ia memanggilku dengan sebutan 'Kak' atau 'Bapak',' Pikirku heran. Menurutku, usia perawat yang sedang tersenyum ramah ketika merawatku ini tidak lebih dari 25 tahun.Hal ini, sangat aneh. 'Apa aku terlihat seperti seseorang yang lebih muda darinya?'Mes
"Kalau boleh tahu, bagaimana saya bisa dibawa kesini, dokter? Siapa saja yang tahu kalau saya ada disini?""Kamu benar-benar tidak ingat sama sekali ya?" Tanya dokter Anna sambil memegang dahiku."Sebentar! Kamu tahu siapa namamu kan, dek?" Tanyanya lebih lanjut.Aku menggelengkan kepala, bukan tidak tahu siapa diriku, hanya saja, aku tidak tahu terbangun dalam tubuh siapa. Ini sebuah misteri yang aku sendiri belum tahu jawabannya.Dokter Anna membuka berkas yang dibawanya dan mambacakan 'data'ku, "Nama kamu Zaha Kurniawan, usia 18 tahun. Sekolah di SMA negeri xx kelas 12. Nama ibu, Fitri dan kamu memiliki seorang saudara perempuan, Zanna Kirania Fitri. Ingat?" Terang dokter Anna sambil menatapku dan melihat reaksiku."Zaha?" Lirihku pelan.'Apa ini sebuah kebetulan? Bagaimana bisa, Aku terbangun dalam tubuh yang sangat asing bagiku, namun memiliki nama yang sama? Astaga! Lelucon macam apa yang sedang dimainkan semesta dengan takdirku? Bahkan untuk menikmati kematian pun, Aku tidak bi
Keesokan harinya, kulihat seorang wanita dengan usia yang sudah matang, datang menjenggukku.Walau Aku merasa asing, tapi Aku tahu kalau dia adalah ibu dari raga yang ku'diami' saat ini. Dia lah yang dimaksud oleh dokter Anna sebagai ibuku sebelumnya."Astaga! Nak, ka-kamu beneran sudah sadar?" Tanya Ibu tersebut dengan tatapan penuh haru dan bahagia.Dari melihat penampilannya, aku bisa tahu kalau 'ibu'ku ini dari ekonomi rendah. Aku jadi tersenyum sendiri di dalam hati, karena aku bisa menyimpulkan jika tubuh anak tempat rohku terlahir kembali ini, berasal dari keluarga yang biasa saja."Kamu beneran tidak ingat dengan ibu, nak?" Tanya ibu tersebut pelan, terlihat ada kesedihan dan beban yang berat didalam tatapannya. Ia berjalan ke samping kasurku, lalu mengusap kepalaku pelan dengan kasih sayang ke ibuannya.Tanpa sadar, perlahan air mata mengalir begitu saja keluar dari kelopak mataku. Walau Aku sama sekali tidak mengenal wanita yang sedang mengusap lembut kepalaku ini. Namun, us
Melihat betapa tulusnya pak Hadi dan putrinya untuk membantu Zaha dan keluarganya, Zaha ikut angkat suara. Utamanya, untuk membalasa kebaikan pada Hadi."Oh ya, Pak. Maaf kalau sebelumnya saya lancang." Ujar Zaha memberanikan diri, karena dari awal berjumpa dengan Sherlin dan Pak Hadi, seperti ada yang aneh dengan tatapan Sherlin pada ayahnya tersebut. Zaha yang semasa aktif di kesatuan, jelas sangat mengerti dengan ekspresi tersebut."Iya, ada apa Nak Zaha?"Zaha menatap Sherlin sejenak, sebelum melanjutkan ucapannya pada Pak Hadi."Saya tidak tahu ada masalah apa antara pak Hadi dengan mbak Sherlin sebelumnya..." Ucap Zaha hati-hati. Dia sangat menjaga perasaan Sherlin ataupun pak Hadi yang telah bertanggung jawab pada Zaha, baik selama ia tidak sadarkan diri sampai telah bersedia mengantarkan dirinya dan ibunya pulang ke rumah. Jadi, Zaha memberanikan diri untuk berbicara untuk kebaikan Sherlin dan Ayahnya tersebut."Maksud, nak Zaha?" Tanya Pak Hadi mengerutkan keningnya sambil me
Sore harinya, setelah pak Hadi dan Sherlin pulang dari rumah keluarga Zaha. Sebuah motor sport berhenti di depan pagar rumah, terlihat sepasang sejoli sedang berbincang dengan mesranya.Entah apa yang mereka perbincangkan, tampak si wanita bersikap begitu mesra pada si pengendara motor sport tersebut. Tidak lama, wanita tersebut masuk ke dalam rumah. Dengan cueknya ia melangkah masuk begitu saja ke dalam kamarnya, tanpa mempedulikan sang ibu dan adik yang telah menunggunya sejak tadi."Kamu dari mana Nak?" Sapa bu Fitri menyapanya."Udah lah, gak usah tanya-tanya bisa gak, sih? Gue capek, mau istirahat." Jawab wanita tersebut dengan ketusnya.Bu Fitri sampai tercekat mendengar jawaban kasar dari putrinya. Memang, sejak putri sulungnya itu sudah bisa mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya yang seharusnya itu adalah tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Namun karena kesulitan ekonomi, apalagi bu Fitri hanyalah seorang pedagang kecil. Sehingga ia tidak bisa lagi membiayai sekola
POV Zanna Kirania FitriAku begitu bangga, saat kerja kerasku akhirnya membuahkan hasil.Setelah kini, aku menjadi pacarnya Ronal, salah seorang mahasiswa terpopuler di kampusku. Walau banyak yang mengatakan jika ia adalah seorang playboy, tapi masa bodohlah!Dengan menjadi pacarnya, paling tidak orang-orang tidak akan lagi menganggapku sebagai seorang Mahasiswi miskin yang tidak laku.Walau, kadang ada juga gosip-gosip tidak enak yang mengatakan kalau aku adalah seorang gadis matre. What ever, lah! Yang penting, Aku yang sekarang bisa menjadi pacarnya salah seorang cowok terpopuler di kampusku.Awalnya, Aku sudah sangat senang dan berbunga-bunga begitu diantar oleh Ronal pulang ke rumahku. Ia yang baru seminggu ini jadi pacarku, bahkan sampai mengantarku langsung ke depan rumahku.Sebenarnya, aku sempat malu sih, kalau sampai Ronal tahu keadaan rumahku seperti apa? Namun, karena melihat kesungguhan dan ketulusannya menerimaku apa adanya. Akhirnya aku mau juga ketika diantar olehnya.