Austin Gerald Klein adalah penerus Klein Corp. Dia mewarisi beberapa perusahaan milik keluarga Klein.
Klein Corp. bergerak diberbagai bidang usaha, siapa yang tidak mengenalnya. pria tampan yang mempunyai banyak penghargaan, baik dari bidang bisnis sebagai pengusaha muda tahun ini dan The Bachelor Man tahun ini.
Dia mendapatkan penghargaan itu bukan tanpa sebab dia pria tampan bak dewa Yunani rahang kokoh dan netra mata Hazel turunan dari sang mommy yang tajam menyihir para wanita untuk melemparkan diri mereka dalam pelukan Austin.
Meskipun dia juga terkenal dengan sifat arogannya tapi tidak membuat para wanita itu mundur, mereka bahkan menjadikan itu tantangan tersendiri, tapi Austin tetaplah Austin. Pria dingin itu tidak punya hati, dia hanya menikmati mereka tanpa mau berkomitmen.
Setiap malam berganti pasangan seperti berganti celana dalam saja, tanpa berpikir untuk menjadikan mereka kekasih.
Karna dia lelaki dewasa yang butuh pelepasan, makanya dia mencari wanita hanya satu malam tanpa komitmen, dia menikmati wanita ONS-nya hanya sekali setelah itu dia meninggalkan mereka di hotel dengan selembar cek.
Benar-benar brengsek..
Dia selalu berpikir wanita hanya mendekatinya karena kekayaannya bukan karena cinta....
Bukan karena pribadinya....
Bukan karena dirinya....
Itu yang dia percaya.
Sebenarnya Austin dulunya termasuk anak yang baik dan itu masih sampai sekarang dia juga kakak yang perhatian khususnya kepada adik kesayangannya Allicia, dia ramah dan berteman dengan siapa saja tapi sejak dia ditinggal mati kekasihnya akibat kanker serviks membuat jiwanya ikut mati bersama jasad kekasihnya yang dikuburkan.
Dia bertekad akan membekukan hatinya. Dia berjanji hatinya hanya untuk Anggela Jennar kekasihnya.
Sanggupkah dia memenuhi janji yang bahkan diucapkannya sendiri.
Austin lupa dia hanyalah manusia biasa yang tidak bisa lari dari kuasa Tuhan.
***
Suasana di tempat kerja berjalan seperti biasa, semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Berada dikubikel mereka sendiri mengerjakan tugas kantor yang tidak ada habisnya.
"Apa ini Shinta???" bentak Austin sambil melemparkan laporan yang baru saja diserahkan sekretarisnya itu ke meja kerjanya, membuat wanita itu berjenggit kaget.
"Sebenarnya kamu bisa kerja tidak?" bentak Austin sambil berdiri dari kursinya dia berkacak pinggang sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah sekretaris yang sudah membuatnya naik darah.
"Sedari tadi kerja tidak becus, bikin proposal saja semua kalimat dan ejaannya salah ... niat kerja tidak sih? baju ketat kemeja dibuka lima kancingnya, bawahan yang nyaris kelihatan celana dalemnya ... mau kerja atau jadi pelacur kamu? Kamu pikir dengan penampilan kamu yang begitu bisa menggoda saya?“ ejek Austin sambil menunjuk ke tubuh Shinta sesuai dengan perkataannya.
Shinta yang dibentak hanya bisa duduk ketakutan di kursi tepat di depan meja Austin, wanita yang berpenampilan menor itu duduk gelisah menerima kemarahan bosnya itu. Jantungnya sudah berdetak sangat cepat karena ketakutan.
"Kenapa? tidak terima dengan kata-kata saya? katakan jika yang saya katakan salah?" bentak Austin semakin membuat wanita itu semakin mengkeret ketakutan. Keringat dingin sudah mulai keluar dari pori-pori kulitnya.
Austin benar-benar marah bagaimana tidak sekretaris barunya itu terus saja melakukan kesalahan padahal sudah sering diberi tahu kesalahannya apa tapi masih saja dilakukan lagi. Dan dengan sengaja menggodanya dengan baju sexy-nya.
Sialan!!!
Cih dasar jalang! Sinisnya dalam hati.
Dia memang brengsek tapi dia mempunyai prinsip tidak akan meniduri karyawannya sendiri. Karena dia tidak mau mendapat masalah. Bisa dibayangkan jika dia meniduri pegawainya pasti suasananya jadi canggung. Dan bagaimana rumor yang nantinya akan berembus di kantornya.
Austin lebih baik melakukan one night stand dengan wanita yang tidak dikenalnya dibanding dengan orang yang ada di sekitarnya. Itu lebih aman buat kehidupan normalnya. Dan itu juga mottonya.
Yang penting dia bermain aman saja.
Austin termasuk orang yang paling disiplin, tidak mencampur adukkan urusan kerjaan dan urusan pribadinya. Bahkan disaat dia harus merelakan kekasihnya dan sedang berduka. Dia tetap mendampingi adik tercintanya yang melahirkan. Mengkhawatirkannya dengan sangat. Baginya keluarga adalah prioritas utamanya.
Sikap tegasnya membuatnya sangat dihormati oleh semua pegawainya.
"Maa ... maaf pak ... saya akan perbaiki lagi,” cicit Shinta sambil mau mengambil proposal yang ada di meja bosnya matanya sudah berkaca kaca, baru kali ini ada yang menghina dirinya dan begitu melukai egonya serta harga dirinya.
Awas saja kau bos, nanti kamu yang akan mengemis cinta padaku batin Shinta sinis.
"Baik ... ini kesempatan terakhirmu ... dan bersikaplah layaknya sekretaris jangan seperti pekerja di bar, kamu bisa merusak image perusahaan saya, apa kamu mengerti?” ujar Austin datar.
Shinta hanya mengangguk. Diapun kembali keruangannya, begitu keluar semua mata memperhatikannya, ada yang menatapnya kasihan tapi ada juga yang tersenyum sinis.
Ya itu adalah wanita-wanita yang juga menaruh minat pada bos mereka.
Siapa yang bisa menolak pesona Austin Gerald Klein. Yang mempunyai pesona layaknya sang daddy, Jashon Klein. Tak peduli sikap kasarnya.
**
Seorang gadis cantik memasuki ruangan kelasnya dengan riang, gadis cantik bersurai pirang madu dengan mata birunya membuatnya terlihat bersinar ditimpa sinar matahari yang terik di siang itu. Senyum manisnya membuat para lelaki langsung menderita diabet akut jika lama-lama menatapnya.
"Amanda, kau sudah mengerjakan tugas dari tuan Prescot?" tanya seorang gadis bersurai coklat. Yang mendatangi gadis yang dipanggilnya Amanda.
"Hai Clara, tentu saja sudah. Kamu?” tanya Amanda, dia mulai membuka tas ranselnya. Amanda memang berpenampilan sporty dengan sepatu kets dan tas ranselnya. Jarang sekali dia mengenakan gaun atau sepatu tinggi yang ujung haknya runcing. Amanda ngeri kalau lewat dijalan berlubang dan sepatunya terjebak di lubang. Bisa mati dia karena malu. Mending bermain aman saja. Dan sepatu kets adalah jawabannya. Sudah ringan dan gampang lagi bersihinnya. Tinggal rendam pake air sabun, bilas, jemur lalu beres bisa dipake lagi. Nggak butuh treatment khusus.
"Sudah sih, tapi aku tidak yakin dengan hasilnya aku agak bingung dengan statistik dan diagramnya,” ujar Clara dengan sendu, dia juga membuka tas selempangnya mengambil tugas dari dalam tasnya.
"Hei coba lihat itu Manda,“ ujar Clara histeris sambil menunjuk ke arah depan kelas. Amanda menatap kearah yang ditunjuk Clara. Gadis itu hanya mendengus pelan saat melihat gerombolan lelaki tampan yang bergabung dalam kelompok pemuda yang paling diminati di kampusnya ini.
For you information, Amanda dan juga Clara kuliah di jurusan bisnis, di kampus paling terpopuler di New York. Harvard University.
"Hei Edward menatapmu, oh dia mengedipkan mata ke arahmu,” ujar Clara histeris melihat idola kampus mengedipkan matanya kearah sahabatnya. Tapi Amanda cuma melengos. Clara memang aneh yang ditatap dan dikedipin kan Amanda, kenapa dia yang heboh sendiri deh? Dasar aneh. Orang Amandanya aja anteng-anteng aja.
"Dia bukan type-ku,” ujarnya lirih.
"Oh ya, jadi type-mu seperti apa?” tanya Clara penasaran, karena selama mereka berteman dia tidak pernah melihat sahabatnya itu tertarik dengan lawan jenisnya.
Amanda tidak menjawabnya, tapi ingatannya kembali ke saat ia bertemu pertama kali dengan lelaki yang sudah bisa memenjarakan hatinya hanya pada satu nama, Austin Gerald Klein.
Pria tampan bermata Hazel, dan selalu tersenyum manis kearah kekasihnya. Lelaki lembut yang matanya hanya tertuju pada kekasihnya. Sayangnya bukan dia kekasih pria pujaan hatinya.
Amanda berandai-andai kalau dirinyalah kekasih Austin. Kekasih lelaki semanis dan seromantis Austin adalah mimpinya. Sayang lelaki itu sudah menambatkan hatinya. Dan Amanda pantang merebut kekasih orang, meski Amanda suka setengah mati pada Austin.
Makanya dia menyingkir dari kehidupan mereka sebelum perasaannya semakin dalam.
Cinta pertamanya.
Cinta monyetnya, yang anehnya masih begitu membekas dalam memorinya.
Cinta yang bahkan harus di kuburnya sebelum bunganya bermekaran.
Apakah mencinta memang sesakit ini?
Kalau boleh, dirinya tidak menginginkan perasaan ini saja...
Bisakah???
Mungkinkah???
>>Bersambung>>
"Hai baby, sedang apa?” tanya Austin saat melihat bidadarinya hanya melihat pemandangan dari kaca jendela. Angel memandang ke arah Austin sambil tersenyum."Tidak, aku sangat bersyukur bisa ada disini bersamamu,” sahut Angel lembut. Wanita ini sudah jauh berubah tingkah lakunya, menjadi sosok yang tulus dan ikhlas menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. “Terima kasih sayang, tolong tetap disisiku sebentar lagi.”“Aku berjanji akan selalu menemanimu sweety,” sahut Austin dengan sangat lembut. Dipeluknya tubuh ringkih Angela.Dia percaya semua manusia diuji sesuai kadar nya masing-masing.Apa yang diperbuat manusia pada akhirnya akan kembali lagi pada manusia tersebut.Itulah yang terjadi padanya, dia yang sangat jahat dan licik. akhirnya harus berakhir menjadi pelacur dikarenakan ayah kandungnya sendiri, ayah yang sudah membuat dia menjadi sosok yang tidak tahu balas budi. Sudah menghancurkan keluar
Suasana di kantor seperti biasa semua sibuk dengan pekerjaannya tapi di ruangan CEO ada yang tidak biasa.Ya, di ruangan yang biasanya hanya ada CEO-nya saja sekarang di sofa ada seorang gadis cantik sedang sibuk dengan gadgetnya tanpa memperdulikan laki-laki yang dari tadi mencuri lihat kearahnya."Gadis yang menarik, cantik, sexy dan tidak kecentilan," batinnya mulai menilai, entah kenapa sejak mereka bertemu hatinya berdesir lembut, perasaan senang bila ada di dekat gadis itu, "Siapa ya namanya?" mereka bahkan belum berkenalan tapi sudah berjanji buat mengajak gadis itu ke apartemennya, tempat yang hanya didatangi keluarga dan sahabatnya saja, dan belum ada wanita yang diajaknya kesana, bukan ralat...Hanya ada satu wanita yang pernah diajaknya kesana. Tepatnya dua tahun yang lalu. Wanita yang sangat dicintainya tapi dengan tega meninggalkannya tenggelam dalam duka. Selama ini selain satu wanita tercintanya dia tidak pernah membawa siapa pun keranah pribadinya. Tetapi
Mereka berdua sekarang tiba di apartemen Austin.Amanda langsung duduk di sofa tanpa disuruh, entah dia merasa nyaman disini, berasa di rumah sendiri. Padahal mereka baru bertemu lagi hari ini. Tapi mereka merasa sudah saling mengenal lama. Entahlah...."Mau minum apa?" tanya Austin sambil membuka jasnya, dan meletakkannya di punggung kursi"Apa saja," sahut Amanda pelan sambil membuka aplikasi Game di hpnya tak menghiraukan Austin yang bergerak ke arah dapur. Tapi setelah Austin berlalu, dia menekan tangannya kearah dada kirinya. Menepuk-nepuk di sana. Gemuruhnya belum berhenti.Amanda mendesah lega. Entah berapa lama dia menahan nafas? saat berdekatan dengan Austin pasokan udara seakan menipis.Ternyata keacuhan Amanda hanya kedok untuk menutupi rasa yang bergemuruh di dadanya.Jantung kurang ajar, gerutunya dalam hati. Amanda melirik kearah dapur yang tidak terhalang apa pun membuatnya dengan bebas memandang punggung kekar itu.Tang
Austin povDua Tahun yang laluHari demi hari kondisi Angel semakin parah, sungguh aku tidak tega. Kalau bisa biar aku saja yang menggantikannya merasakan kesakitan demi kesakitan.Bisa kulihat setiap pagi dia mengumpulkan rambutnya yang mulai rontok. Sungguh aku tidak tega melihat kondisinya. Apalagi seusai menjalani kemoterapi, kondisinya pasti langsung drop. Beberapa hari kerjaannya hanya memuntahkan semua yang ada dalam perutnya. Rambutnya yang semakin banyak rontok, rasa sakit yang dia rasakan semakin menggila.Sungguh aku tidak tega melihatnya.Tapi dia selalu tersenyum, dia bilang ini cara Tuhan memaafkan semua dosanya. Dan Tuhan akan menjemputnya saat semua dosanya sudah terlebur.Hari ini, badan ringkihnya semakin layu. Tapi gurat kebahagiaan selalu tercetak di bibir manisnya.Dia pingsan, setelah dia batuk darah.Aku membawa langsung ke rumah sakit. Aku tahu ini sudah waktunya.Semalam dia mengatakan sesu
Masih dua tahun yang laluAllicia adalah prioritas pertama buat Austin juga.Dan tanpa dikomando semua keluarga Cia dan Marc mengikuti mobil Austin yang ditumpangi Marc dan Cia.Cia mencengkeram kelepak jas suaminya, menggigit bibir bawahnya menahan teriakannya. Dia tidak mau membuat kedua lelaki yang dicintainya itu khawatir."Kau boleh menggigit lenganku sayang, jangan bibirmu nanti berdarah,” ucap Marc sambil jarinya menarik bibir Cia dari gigitan bibirnya.Disodorkannya lengannya di depan bibir Cia, tapi malah dicium oleh Cia. Mereka bertatapan lembut. Ada senyum di bibir keduanya."Aku harap aku bisa menggantikan kamu merasakan sakitnya sayang, aku tidak tega melihatmu kesakitan,” ucap Marc lirih sambil memberi belaian lembut di perut Cia yang besarnya jangan ditanya lagi.Meski ukuran tubuh Cia melebihi berat tubuh wanita yang hamil pada umumnya karena kehamilan kembarnya, Tapi Marc selalu dengan bangga menggandeng Cia jika me
Sudah dua tahun sejak kepergian Angel membuat Austin hidup tanpa jiwa. Dia hanya bisa tersenyum jika sudah berkumpul dengan keluarganya dan keponakannya yang lucu. Karena setelah pernikahan Cia dan Marc, dua tahun kemudian Bella dan seorang duda asal Perancis mengikat janji. Tapi baru hamil beberapa bulan. Sedang istri Daffa yang asli Indonesia sudah melahirkan tiga bulan yang lalu.Dalam keluarga Klein hanya dirinya dan Aurora yang belum menikah.Tapi sepertinya Aurora yang menyukai seorang dokter yang merawat Cia saat kecelakaan di London akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan setelah hampir satu tahun mereka putus nyambung.Saat ini adalah ulang tahun si kembar yang kedua. Sama dengan kematian Angel. Saat Winter dia pergi membawa luka. Tapi kehadiran si kembar menjadi pelipur lara. Ya Winter yang membekas di hati semua keluarga besar Klein.Saat menatap mata si kembar yang sama dengan kedua orang tuanya yang lembut. Itulah pertama aku bisa ter
Austin PovKenapa bayangan gadis itu terus saja menghantuiku. Tidak mungkin aku terpesona padanya kan? Tapi kenapa senyumnya suaranya begitu membekas dalam ingatanku bahkan ini sudah seminggu sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan bayangannya dari ingatanku.Arghhh...sial!!!Bahkan kini aku tidak lagi sibuk mengenang Angel, aku merasa bersalah padanya. Baru dua tahun kepergiannya dan aku mulai memikirkan wanita lain.Oh wanita itu bahkan belum bisa dipanggil wanita. Dia masih sangat belia....Arghhh!!!Aku memandang keluar jendela yang berada di kantorku, bisa kulihat kesibukan kota New York dari kantorku yang memang berada di lantai teratas dari gedung Klein Corp.Pikiranku mengelana, sampai suara ketukan dari arah pintu kudengar. Sialan mengagetkan saja, ini susahnya jika tidak mempunyai sekretaris. Ya si Shinta sudah kupecat karena pekerjaannya tidak benar. Membuatku kesal saja. Aku butuh sekretaris ya
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su