Mereka berdua sekarang tiba di apartemen Austin.
Amanda langsung duduk di sofa tanpa disuruh, entah dia merasa nyaman disini, berasa di rumah sendiri. Padahal mereka baru bertemu lagi hari ini. Tapi mereka merasa sudah saling mengenal lama. Entahlah....
"Mau minum apa?" tanya Austin sambil membuka jasnya, dan meletakkannya di punggung kursi
"Apa saja," sahut Amanda pelan sambil membuka aplikasi Game di hpnya tak menghiraukan Austin yang bergerak ke arah dapur. Tapi setelah Austin berlalu, dia menekan tangannya kearah dada kirinya. Menepuk-nepuk di sana. Gemuruhnya belum berhenti.
Amanda mendesah lega. Entah berapa lama dia menahan nafas? saat berdekatan dengan Austin pasokan udara seakan menipis.
Ternyata keacuhan Amanda hanya kedok untuk menutupi rasa yang bergemuruh di dadanya.
Jantung kurang ajar, gerutunya dalam hati. Amanda melirik kearah dapur yang tidak terhalang apa pun membuatnya dengan bebas memandang punggung kekar itu.
Tangan Amanda terkepal di atas pangkuannya, saling meremas. Menahan tangannya untuk membelai punggung itu, seperti apa rasanya bersandar di punggung itu?
Memeluknya dari belakang,
Mengendusi aroma tubuhnya.
Menggerakkan jemari lentiknya di sekujur tubuh kekar itu...
Stop it Amanda!!! dia menggeleng-gelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran mesum yang memasuki pikiran polosnya.
Oh...pikiran kotor, jiwa yang jahat. Tidak! Tidak! Lelaki itu sudah punya kekasih.
Hush! Hush! Pergi sana pikiran kotor! Jiwa mesum!! Aishhh
Stop !! Dia memukuli kepalanya berkali-kali.
"Kau tidak apa-apa? Apa kau pusing, butuh sesuatu ... Obat mungkin?" tanya Austin yang tiba-tiba mengejutkan Amanda yang dalam keadaan paling memalukan, aishhh dasar!!
Kepalang tanggung dari pada malu dia mengernyit seakan kesakitan sambil menekan-nekan pelipisnya dengan tiga jarinya pelan. Giginya menggigit bibir bawahnya sambil mendesis. Seakan kepalanya sudah terbelah saja. Dasar lebay!
Austin menatapnya khawatir, tanpa disadarinya tangannya memijit pelipis Amanda lembut.
Mata mereka saling mengunci, karena gugup dengan kedekatannya dengan Austin membuat penyakit gugupnya muncul tangan Amanda jadi tak terkendali, dia menyenggol gelas berisi teh panas. Dan membasahi paha kanan Austin.
"Shit, kau membakarku sialan," kata-kata kasar keluar dari mulut Austin.
"Maaf, maaf aku tidak sengaja," kata Amanda penuh penyesalan, secara refleks tangannya mengambil tisu yang ada diatas meja, tapi karena tangannya yang gemetar dia menyenggol vas bunga, dan kekacauan yang terjadi.
Austin sampai kehilangan kata-katanya, mengapa gadis cantik di depannya berubah menjadi gadis ceroboh. Dia tidak menyukai sesuatu yang tidak berjalan dengan baik.
Vas bunga itu sudah tidak berbentuk lagi, sudah menjadi serpihan kaca yang berserakan di lantai.
‘Lihat kekacauan yang kau lakukan Amanda’, rutuk batin Amanda. Oh dia sudah mengacaukan suasana yang manis tadi.
Karena kecerobohannya ini siapa pun mana ada yang betah dengannya, desis Amanda dalam hati.
Amanda berdiri mau memunguti pecahan kaca tadi, tapi ditahan oleh Austin, lelaki itu menarik tangan Amanda kasar dan menghentaknya ke arah sofa.
"Beraninya kau merusak vas kesukaan Angel, kau_" Austin tak sanggup meneruskan ucapannya karena menatap mata Amanda yang terluka karena bentakannya.
Untuk pertama kalinya dia tidak bisa memarahi orang yang menyentuh barang Angel, padahal gadis ceroboh di depannya ini tidak hanya menyentuh tapi juga menghancurkannya tanpa sisa.
Kenangan Angel.
Harusnya dia marah!
Harusnya dia tidak berhenti mengumpat!
Entah menguap kemana kemarahannya tadi, saat melihat kesedihan dan tatapan terluka gadis itu membuatnya ingin berjalan mendekat dan memeluknya untuk membisikkan kata maaf.
Tapi itu hanya sebatas bayangannya saja, dia hanya mampu mematung.
"Saya sebaiknya pulang saja tuan, biar saya urus sendiri mobil saya," kata Amanda lirih, "emm untuk vasnya saya minta maaf, saya tidak bisa mengganti kenangan anda. Tapi saya akan mengganti vas bunganya."
Amanda beranjak kearah pintu apartemen, menunduk sedikit. Sebagai tanda hormat.
"Sekali lagi saya mohon maaf, selamat tinggal tuan," salam perpisahan Amanda membuat ada ruang kosong di hati Austin.
Dia mengepalkan tangannya erat, sampai buku-buku tangannya tercetak dengan jelas. Menahan hasratnya untuk mencegah Amanda. Tangannya terkepal karena dia berusaha keras menahan keinginannya untuk mendekap tubuh itu menahannya untuk pergi.
"Yah ... Pergilah,” sahut Austin akhirnya. Menyisakan dirinya dalam kesendirian, lagi....
Dan kini karena egonya semata.
**
Amanda berjalan dengan malas memasuki apartemennya. Perasaannya masih terluka dengan sikap Austin. Bodoh! Itu karena kau ceroboh! Wajar saja Austin marah karena kau merusak Vas kesukaan wanita yang dicintainya. Memangnya siapa dirimu di mata Austin? Nothing! No one else! No body!
Wajahnya terlihat sekali sedang merana. Dia patah hati. Entah yang keberapa kali? Dengan lelaki yang sama. Rasanya sakit Tuhan. Hatinya seakan teremas oleh tangan tak kasat mata.
Alangkah terkejutnya dia mendapati kedua orang tuanya sudah ada di New York. Dan sekarang tengah dengan santai duduk berdua.
Amanda iri dengan keromantisan kedua orang tuanya, dia tidak pernah melihat keduanya bertengkar.
Apakah dia akan mendapatkan pasangan yang bisa mengerti dirinya, seperti dad yang menerima kekonyolan mommynya? Tanyanya dalam hati.
Akankah? Tanyanya sendu, teringat kemarahan Austin karena kecerobohannya. Tapi salahnya juga yang sudah merusak barang kesukaan kekasih lelaki itu.
Kurasa itu lebih baik dari pada dirinya terlarut dalam pesona lelaki itu semakin dalam.
"Hai sweety, kau baru pulang?” tanya mommynya saat melihat kehadiran putri tercintanya yang terlihat...sedih? Kenapa Amanda pulang dengan ekspresi seperti itu?
"Apa terjadi hal yang buruk?" selidik Antonietta mommy Amanda.
Antonietta selalu bisa merasakan apa yang dirasakan oleh putrinya. Jika Amanda sedih atau gembira karena gadis itu terlalu ekspresif, jadi hati dan perasaan Amanda bagai sebuah buku yang terbuka. Apalagi bagi mommynya itu, tak ada yang bisa disembunyikannya. Tapi ada hal yang tidak bisa dibaginya dengan mommynya, dan itu rahasianya.
"Tidak mom, aku hanya capek saja banyak tugas di kampus," jawabnya berusaha merubah ekspresinya, oh dia sudah banyak belajar mengenai itu. Dia berharap kali ini berhasil pada mommynya yang sangat mengenalnya.
"Oh ... Benarkah? kalau begitu istirahatlah, nanti pas makan malam akan mom bangunkan," ujar Antonietta lembut, dia tahu ada yang disembunyikan putrinya, tapi dia tidak akan memaksanya. Dia menyadari putrinya butuh ruang untuk dirinya sendiri.
Dia memeluk tubuh putrinya dengan kasih sayang, berganti sang daddy yang memeluknya.
"Daddy sangat merindukanmu sweety," ujar tuan Frederic daddy Amanda. Mengecup kening Amanda lembut.
Amanda mencium kedua pipi Daddynya dengan riang. Sudah lama sejak dia memutuskan kuliah di New York dan meninggalkan London.
"Mom tidak dicium?" tanya Antonietta dengan wajah ditekuknya, membuat Amanda terkekeh pelan. Membuat mood-nya membaik.
Dia mengecup ke dua pipi Antonietta dengan sayang.
Mimpinya sangat sederhana, ingin mempunyai keluarga sendiri seperti keluarga kecil milik orang tuanya. Tentunya dengan orang yang dicintai dan mencintainya seorang.
Hidup bersama dengan lelaki yang dicintai dan mencintainya sepenuh hati. Dan memiliki beberapa anak yang memeriahkan rumah mereka. Hanya itu, bisakah?
Dan entah kenapa yang ada dalam pikirannya adalah sosok Austin. Austin Gerald Klein.
Tapi dia langsung mengenyahkan pikiran busuknya tadi, dia tidak mau merebut kekasih orang, dia tidak mau bersaing dengan orang yang sakit. Tidak....
Aku hanya harus menghindarinya. Aku tidak mau seperti hari ini, aku begitu terbawa perasaan, batin Amanda kesal.
Amanda pikir mungkin Austin tertarik padanya, tapi ternyata di hatinya masih ada nama Angel kekasihnya. Dan itu tidak salah kan? Yang salah adalah perasaannya. Dia yang menjijikkan dan tidak tahu malu. Karena sempat terbuai dengan kebaikan lelaki itu. Padahal Amanda tahu bahwa lelaki itu sudah mempunyai kekasih. Atau bahkan mereka sudah menikah? Entahlah....
Aku bukan pelakor, dan tidak akan. Tekad Amanda semakin kuat untuk menghindari sosok Austin Gerald Klein.
Ya, yang harus dilakukannya adalah menghindar sejauh-jauhnya dari sosok Austin Gerald Klein. Apa pun caranya.
“Semangat Amanda kamu pasti bisa,” ujarnya menyemangati dirinya.
>>Bersambung>>
Austin povDua Tahun yang laluHari demi hari kondisi Angel semakin parah, sungguh aku tidak tega. Kalau bisa biar aku saja yang menggantikannya merasakan kesakitan demi kesakitan.Bisa kulihat setiap pagi dia mengumpulkan rambutnya yang mulai rontok. Sungguh aku tidak tega melihat kondisinya. Apalagi seusai menjalani kemoterapi, kondisinya pasti langsung drop. Beberapa hari kerjaannya hanya memuntahkan semua yang ada dalam perutnya. Rambutnya yang semakin banyak rontok, rasa sakit yang dia rasakan semakin menggila.Sungguh aku tidak tega melihatnya.Tapi dia selalu tersenyum, dia bilang ini cara Tuhan memaafkan semua dosanya. Dan Tuhan akan menjemputnya saat semua dosanya sudah terlebur.Hari ini, badan ringkihnya semakin layu. Tapi gurat kebahagiaan selalu tercetak di bibir manisnya.Dia pingsan, setelah dia batuk darah.Aku membawa langsung ke rumah sakit. Aku tahu ini sudah waktunya.Semalam dia mengatakan sesu
Masih dua tahun yang laluAllicia adalah prioritas pertama buat Austin juga.Dan tanpa dikomando semua keluarga Cia dan Marc mengikuti mobil Austin yang ditumpangi Marc dan Cia.Cia mencengkeram kelepak jas suaminya, menggigit bibir bawahnya menahan teriakannya. Dia tidak mau membuat kedua lelaki yang dicintainya itu khawatir."Kau boleh menggigit lenganku sayang, jangan bibirmu nanti berdarah,” ucap Marc sambil jarinya menarik bibir Cia dari gigitan bibirnya.Disodorkannya lengannya di depan bibir Cia, tapi malah dicium oleh Cia. Mereka bertatapan lembut. Ada senyum di bibir keduanya."Aku harap aku bisa menggantikan kamu merasakan sakitnya sayang, aku tidak tega melihatmu kesakitan,” ucap Marc lirih sambil memberi belaian lembut di perut Cia yang besarnya jangan ditanya lagi.Meski ukuran tubuh Cia melebihi berat tubuh wanita yang hamil pada umumnya karena kehamilan kembarnya, Tapi Marc selalu dengan bangga menggandeng Cia jika me
Sudah dua tahun sejak kepergian Angel membuat Austin hidup tanpa jiwa. Dia hanya bisa tersenyum jika sudah berkumpul dengan keluarganya dan keponakannya yang lucu. Karena setelah pernikahan Cia dan Marc, dua tahun kemudian Bella dan seorang duda asal Perancis mengikat janji. Tapi baru hamil beberapa bulan. Sedang istri Daffa yang asli Indonesia sudah melahirkan tiga bulan yang lalu.Dalam keluarga Klein hanya dirinya dan Aurora yang belum menikah.Tapi sepertinya Aurora yang menyukai seorang dokter yang merawat Cia saat kecelakaan di London akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan setelah hampir satu tahun mereka putus nyambung.Saat ini adalah ulang tahun si kembar yang kedua. Sama dengan kematian Angel. Saat Winter dia pergi membawa luka. Tapi kehadiran si kembar menjadi pelipur lara. Ya Winter yang membekas di hati semua keluarga besar Klein.Saat menatap mata si kembar yang sama dengan kedua orang tuanya yang lembut. Itulah pertama aku bisa ter
Austin PovKenapa bayangan gadis itu terus saja menghantuiku. Tidak mungkin aku terpesona padanya kan? Tapi kenapa senyumnya suaranya begitu membekas dalam ingatanku bahkan ini sudah seminggu sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan bayangannya dari ingatanku.Arghhh...sial!!!Bahkan kini aku tidak lagi sibuk mengenang Angel, aku merasa bersalah padanya. Baru dua tahun kepergiannya dan aku mulai memikirkan wanita lain.Oh wanita itu bahkan belum bisa dipanggil wanita. Dia masih sangat belia....Arghhh!!!Aku memandang keluar jendela yang berada di kantorku, bisa kulihat kesibukan kota New York dari kantorku yang memang berada di lantai teratas dari gedung Klein Corp.Pikiranku mengelana, sampai suara ketukan dari arah pintu kudengar. Sialan mengagetkan saja, ini susahnya jika tidak mempunyai sekretaris. Ya si Shinta sudah kupecat karena pekerjaannya tidak benar. Membuatku kesal saja. Aku butuh sekretaris ya
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su
Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.Argghhh, Austin merasa frustrasi.Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.🌼🌼Dilain tempat Amanda sedang memasuki se
"Thomas ... Oh ... Ahsss ... Badanku terasa panas," kata Amanda semakin tersiksa dengan reaksi obat itu ke tubuhnya. Gadis polos itu bahkan tidak sadar dengan perbuatan Thomas padanya. Dia masih berpikir itu mungkin reaksi panas dari ramen yang dimakannya tadi."Ayo kita pergi dari sini, aku akan menghilangkan sakitmu," bujuk Thomas, tubuh Amanda sudah tidak dalam kendali pikirannya. Thomas memeluk tubuh Amanda keluar dari restoran itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.Sebentar lagi....Sedikit lagi...Amanda...you’re be mine!!Thomas memapah tubuh lemas Amanda untuk memasuki mobilnya.Baru saja dia meletakkan tubuh Amanda di kursi penumpang didepan. Dan menutup pintu mobil dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya. Terbayang sudah tubuh mulus dan sexy Amanda mendesah dan mengerang menyebut namanya saat klimaks melanda mereka.Oh juniornya sudah menegang butuh pelampiasan. Akhirnya dia tidak ha
Kejadian semalamAustin mengambil tubuh Amanda dengan lembut seakan dia takut akan menyakiti Amanda. Amanda mengerang merasakan tubuhnya disentuh. Dia menginginkan lebih, tanpa sadar siapa kini yang menggendongnya Amanda semakin menempelkan tubuhnya.Mengalungkan sebelah tangannya ke leher siapa pun yang sudah menggendongnya. Dia mengenal aroma tubuh ini. Sangat menenangkan sekaligus menggairahkan. Sebelah tangannya yang bebas menelisik ke dada bidang seseorang yang menggendongnya. Melarikan jemari tangannya sepanjang kulit dada yang terbuka.Dia mengecupi dada bidang itu yang terbuka karena beberapa kancingnya terbuka. Merasa tidak leluasa, Amanda membuka lagi beberapa kancing. Dan mengecupi kulit lembut namun terasa keras karena otot kekarnya. Perbuatannya membuat Austin mengerang."Stop it Amanda, atau aku akan menggila," larang Austin saat Lidah Amanda menjilat puting Austin. Austin menggigit bibir bawahnya menahan erang