Sudah dua tahun sejak kepergian Angel membuat Austin hidup tanpa jiwa. Dia hanya bisa tersenyum jika sudah berkumpul dengan keluarganya dan keponakannya yang lucu. Karena setelah pernikahan Cia dan Marc, dua tahun kemudian Bella dan seorang duda asal Perancis mengikat janji. Tapi baru hamil beberapa bulan. Sedang istri Daffa yang asli Indonesia sudah melahirkan tiga bulan yang lalu.
Dalam keluarga Klein hanya dirinya dan Aurora yang belum menikah.
Tapi sepertinya Aurora yang menyukai seorang dokter yang merawat Cia saat kecelakaan di London akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan setelah hampir satu tahun mereka putus nyambung.
Saat ini adalah ulang tahun si kembar yang kedua. Sama dengan kematian Angel. Saat Winter dia pergi membawa luka. Tapi kehadiran si kembar menjadi pelipur lara. Ya Winter yang membekas di hati semua keluarga besar Klein.
Saat menatap mata si kembar yang sama dengan kedua orang tuanya yang lembut. Itulah pertama aku bisa tersenyum tulus setelah kepergian Angel.
Dan kehadiran keduanya memang selalu bisa mengobati luka Austin.
"Untel ... Untel," teriak suara cadel keponakan tersayangnya, Lizzie si cantik kembaran Abe. Anak kembar dari adik tersayangnya Cia dan iparnya Marc.
"Iya sayang," sapa Austin riang menyambut keponakan cantik yang super nge-gemesin, di gendongnya dengan sayang baby Lizzie. Baby Lizzie baru bisa berjalan, jalannya saja masih nggak seimbang. Tapi selalu berusaha berlari. Benar-benar menggemaskan.
"Uncle!!" seru satu suara lagi, Austin melihat Abe saudara kembar Lizzie menarik celananya minta di gendong juga, membuat si beku Austin terkekeh geli dengan ekspresi cemberut dari Abe karena di acuhkan olehnya.
Dia menyamakan tingginya dengan sang ponakan dan menggendongnya juga di lengan satunya.
Austin menciumi pipi montok keponakannya dengan sayang, matanya menatap keduanya terpesona. Andai dirinya dan Angel punya momongan juga, batinnya nelangsa.
"Hola ... Amanda here!!!" pekik suara dari arah pintu.
"Anti Manda!!" seru kedua ponakannya berontak ingin turun dari gendongan Austin, membuat lelaki itu mengernyit bingung tapi tetap menurunkan keduanya dengan hati-hati. Kedua kembar menggemaskan itu berjalan dengan gaya seperti orang mabuk ke arah suara tadi berasal.
Siapa? Batinnya bertanya.
"Hei kalian sudah bisa jalan ya? Wah nge-gemesin banget sih," seru suara itu dengan nada ceria. Suaranya terdengar familier tapi siapa?
Dia berjalan melintasi ruangan menuju ruang tamu tempat suara itu berasal.
"Lihat aunty bawa apaan?" tanya suara itu lagi, dan dia mendengar seruan kegirangan kedua ponakannya.
"Hei Manda kamu datang juga, katanya sekarang kamu kuliah di Harvard juga ya?" tanya Cia terdengar sangat akrab dengan lawan bicaranya.
'Manda? Siapa?' Austin merasa tidak ada keluarganya yang bernama Manda...tapi nama itu juga terasa tidak asing ditelinganya.
Tatapannya menajam menatap sosok yang beberapa minggu ini mengusik harinya tanpa dia tahu apa penyebabnya.
Manda? Pantas saja terdengar familier. Amanda Patricia Dexter gumamnya dalam hati.
Sialll! Dia bahkan tidak menyadari nama belakang gadis itu. Dia merasa bersalah sudah beberapa minggu ini merindukan sosok yang mulai menempati hatinya. Tapi dia keluarga Dexter. Keluarga dari saudara iparnya, Marcus Dexter suami adiknya Allicia.
Tidak!!! Ini tidak boleh!
Tatapan penuh kerinduan yang tadi sempat tersorot saat menatap sosok yang menghilang beberapa waktu lalu dari hidupnya tapi setia membayangi pikirannya dan tak mau enyah dari khayalannya.
Tapi kini Austin sadar dia harus mengenyahkan perasaan yang mulai merayapi hatinya. Yang mumpung belum terlalu jauh rasa itu bersemayam di sanubarinya, harus secepatnya dihilangkan dari hatinya. Ya harus, batin Austin penuh tekad.
"Hai kak kemarilah," seru Cia memanggilnya saat menyadari kedatangannya, "kau masih mengingat Manda kan? Dua tahun lebih yang lalu kalian pernah bertemu kan? Itu waktu merayakan kembalinya Marc, dia kan juga datang."
Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya? Batin Austin mulai menarik ingatannya. Tentu saja itu karena pusat pikirannya hanya kepada Angel, lirih batin Austin pilu kala mengingat mendiang Angel.
Tapi sekilas bayangan gadis remaja yang ceria dengan rambut dikuncir kuda terlintas di pikirannya.
"Oh gadis bau kencur yang dikuncir kuda itu ya, ternyata sudah tumbuh menjadi gadis yang nakal ya sekarang." Tanpa peduli dengan keterkejutan semuanya dengan kata-katanya yang ambigu Austin berlalu menuju ke arah dapur.
"Kenapa dia berkata seperti itu?" gumam Cia lebih pada diri sendiri, tapi masih di dengar oleh Manda.
"Beberapa minggu yang lalu aku minta ganti rugi saat dia hampir saja membuatku sport jantung karena menyerempet mobilku hingga sedikit lecet, mungkin itu sebabnya dia mengataiku nakal," ujar Manda menjelaskan.
"Oh pantas saja, aku tidak menyangka kalian bisa bertemu secara tidak sengaja begitu," kata Marc yang ikut berbicara, Manda mengawasi Marc yang memeluk tubuh istrinya itu tanpa merasa sungkan ada orang lain di sana. Sepupunya itu bahkan mencium mesra bibir Cia.
"Ya ampun kalian ini, disini ada anak kecil dan gadis yang sedang puber jangan mencemari otak kami," pekik Amanda kalut. Dia kan jadi pingin guys.
Nasib jomblo ya begitu deh, berasa ngenes banget kalau ada adegan mesra-mesraan. Jadi baper. Lantas mengatas namakan ponakan lucunya untuk menghindar. Diapun menggendong keduanya menuju ruang keluarga.
"Oh ya kalian suka kadonya tidak?" tanya Amanda saat sudah mendudukkan keduanya dengan aman.
"Suka!!" seru keduanya.
"Kenapa kemarin melarikan diri dari apartemen? Ku telepon juga tidak kamu angkat," tanya Austin mengagetkan Amanda.
"Karena aku ingin," kata Amanda lirih enggan menatap Austin. Terlalu takut dengan perasaannya yang mengakar untuk lelaki yang hatinya hanya milik kekasihnya itu.
Duh niat hati ingin menghindari lelaki yang kini menatapnya penuh selidik. Tapi apa daya hari ini adalah ulang tahun ponakan kembarnya yang lucu ini.
"Mobilnya masih di bengkel, ini kartu nama bengkel itu kau bisa mengambil mobilmu disana jangan khawatir biayanya sudah kubayar," kata Austin datar membuat Amanda terperangah kemana kata-kata lembutnya sepekan kemarin? Tapi mungkin itu lebih baik karena itu bakalan mempermudahnya untuk mengenyahkan perasaannya kepada lelaki itu.
"Tentu, terima kasih," ujar Amanda tak kalah dingin.
"Pangku," rengek Lizzie dan Abe bersamaan. Amanda tanpa kata langsung meletakkan keduanya diatas pangkuannya dan memeluk keduanya dengan sayang dan itu tidak luput dari pandangan Austin.
"Wah kau sudah pantas tuh Manda," seru Marc yang tiba-tiba datang dengan memeluk istrinya posesif. Amanda heran deh apa mereka punya lem khusus nempel terus kayak amplop dan prangko.
"Tapi kata paman kau masih betah sendiri ya, mau kucarikan?" tanya Marc lagi dengan seringai menggodanya, dan di hadiahi cubitan oleh sang istri.
"Awww sakit sayang," rengek Marc manja.
"Ishhh sudah punya buntut masih saja kolokan," sinis Austin.
"Biar saja dasar jomblo, iri saja bisanya," ejek Marc. Ucapan Marc mengagetkan Amanda, apa-apaan itu kenapa Marc bilang kalau Austin jomblo. Apa mereka sudah putus? Tapi tidak mungkin karena di apartemen Austin ada foto mereka berdua. Ah entahlah, Amanda malas berspekulasi.
"Mom dad tidak datang ya kak?" tanya Cia mencoba mencairkan kekakuan karena perkataan Marc yang membuat Austin melamun, mungkin teringat almarhum Angel. Kasihan kakaknya itu, Cia berdoa semoga kakaknya itu mendapat pengganti kak Angel dengan yang lebih baik lagi. Ya semoga, doa Cia dalam hati.
"Paling sebentar lagi, kenapa tidak kita tunggu di taman saja," kata Austin lembut, "semua persiapan pesta sudah selesai kan?"
"Sudah, kan ada petugas dari EO yang kita sewa, paling bentar lagi para tamu juga pada datang, ayo sayang," kata Cia sambil merentangkan kedua tangannya mengajak kedua buah hatinya yang langsung menyerbu mom mereka.
Dengan jalan tergeyol-geyol mereka berusaha tiba lebih dahulu dibanding kembarannya ke arah sang mom. Membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucu mereka, tak ketinggalan Marc mengabadikan setiap momen lucu mereka.
>>Bersambung>>
Austin PovKenapa bayangan gadis itu terus saja menghantuiku. Tidak mungkin aku terpesona padanya kan? Tapi kenapa senyumnya suaranya begitu membekas dalam ingatanku bahkan ini sudah seminggu sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan bayangannya dari ingatanku.Arghhh...sial!!!Bahkan kini aku tidak lagi sibuk mengenang Angel, aku merasa bersalah padanya. Baru dua tahun kepergiannya dan aku mulai memikirkan wanita lain.Oh wanita itu bahkan belum bisa dipanggil wanita. Dia masih sangat belia....Arghhh!!!Aku memandang keluar jendela yang berada di kantorku, bisa kulihat kesibukan kota New York dari kantorku yang memang berada di lantai teratas dari gedung Klein Corp.Pikiranku mengelana, sampai suara ketukan dari arah pintu kudengar. Sialan mengagetkan saja, ini susahnya jika tidak mempunyai sekretaris. Ya si Shinta sudah kupecat karena pekerjaannya tidak benar. Membuatku kesal saja. Aku butuh sekretaris ya
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su
Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.Argghhh, Austin merasa frustrasi.Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.🌼🌼Dilain tempat Amanda sedang memasuki se
"Thomas ... Oh ... Ahsss ... Badanku terasa panas," kata Amanda semakin tersiksa dengan reaksi obat itu ke tubuhnya. Gadis polos itu bahkan tidak sadar dengan perbuatan Thomas padanya. Dia masih berpikir itu mungkin reaksi panas dari ramen yang dimakannya tadi."Ayo kita pergi dari sini, aku akan menghilangkan sakitmu," bujuk Thomas, tubuh Amanda sudah tidak dalam kendali pikirannya. Thomas memeluk tubuh Amanda keluar dari restoran itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.Sebentar lagi....Sedikit lagi...Amanda...you’re be mine!!Thomas memapah tubuh lemas Amanda untuk memasuki mobilnya.Baru saja dia meletakkan tubuh Amanda di kursi penumpang didepan. Dan menutup pintu mobil dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya. Terbayang sudah tubuh mulus dan sexy Amanda mendesah dan mengerang menyebut namanya saat klimaks melanda mereka.Oh juniornya sudah menegang butuh pelampiasan. Akhirnya dia tidak ha
Kejadian semalamAustin mengambil tubuh Amanda dengan lembut seakan dia takut akan menyakiti Amanda. Amanda mengerang merasakan tubuhnya disentuh. Dia menginginkan lebih, tanpa sadar siapa kini yang menggendongnya Amanda semakin menempelkan tubuhnya.Mengalungkan sebelah tangannya ke leher siapa pun yang sudah menggendongnya. Dia mengenal aroma tubuh ini. Sangat menenangkan sekaligus menggairahkan. Sebelah tangannya yang bebas menelisik ke dada bidang seseorang yang menggendongnya. Melarikan jemari tangannya sepanjang kulit dada yang terbuka.Dia mengecupi dada bidang itu yang terbuka karena beberapa kancingnya terbuka. Merasa tidak leluasa, Amanda membuka lagi beberapa kancing. Dan mengecupi kulit lembut namun terasa keras karena otot kekarnya. Perbuatannya membuat Austin mengerang."Stop it Amanda, atau aku akan menggila," larang Austin saat Lidah Amanda menjilat puting Austin. Austin menggigit bibir bawahnya menahan erang
"Kamu tidak bohong kan?" tanya Amanda."Kenapa? Kau pikir aku berbohong, lihatlah tanda yang sudah kuberikan di tubuhmu dan lihat tanda yang kau berikan padaku," kata Austin sambil menunjuk tanda di leher dan paha Amanda karena bagian dadanya tertutup kemeja longgar Austin. Apa di dalam juga ada? Sialan! Bagaimana nanti dirinya akan pergi ke kampus?"Tunggu dulu, semalam seingatku aku pergi dengan Thomas lalu kenapa aku bisa berakhir denganmu?" tanya Amanda bingung."Oh kamu menyesal melakukannya denganku dan ingin melakukannya dengan Thomas?" sela Austin dengan nada tidak suka yang kentara."Tidak, bodoh!" bentak Amanda keceplosan, menyadari mulutnya yang sudah mengeluarkan kata yang tidak sepantasnya apalagi untuk orang secerdas Austin."Kau mengataiku bodoh?" tanya Austin tak percaya. Matanya membola dengan sempurna dan mulutnya mengangga. Awas saja ada lalat entar masuk mulut, tahu rasa kau Austin."Iya kau bodoh! Kenapa? mau marah?" kata Aman
Suasana di rumah keluarga Klein sudah tampak ramai, rumah terdengar sangat sederhana untuk bangunan semegah tempat tinggal keluarga Klein.Mansion mewah itu memang hanya dihuni oleh pasangan suami istri Jashon Klein dan Kanaya Abigail Klein (cerita mereka ada di novel Affair) di hari kerja, tapi setiap weekend atau hari libur putra putrinya dan pasangannya bergantian mengunjungi kedua orang tua mereka atau bahkan berkumpul seperti sekarang ini.Siapa yang akan menyangka si sulung anak kandung Jashon itu akhirnya menikah juga.Seperti yang kalian ketahui jika mengikuti Klein Series. Kanaya sebelum menikah dengan Jashon Kanaya sudah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya terdahulu dengan pengusaha dari Indonesia bernama Abymanyu Herlambang. Dan pernikahan keduanya dengan Jashon Klein di karuniai tiga orang anak si sulung Austin dan si kembar Allicia dan Aurora.Daffa dan Bella anak dari pernikahan Kanaya terdahulu sudah menikah dan sudah hampir memberinya
Chapter 14AngangementSuasana di rumah keluarga Klein sudah tampak ramai, rumah terdengar sangat sederhana untuk bangunan semegah tempat tinggal keluarga Klein.Mansion mewah itu memang hanya dihuni oleh pasangan suami istri Jashon Klein dan Kanaya Abigail Klein (cerita mereka ada di novel Affair) di hari kerja, tapi setiap weekend atau hari libur putra putrinya dan pasangannya bergantian mengunjungi kedua orang tua mereka atau bahkan berkumpul seperti sekarang ini.Siapa yang akan menyangka si sulung anak kandung Jashon itu akhirnya menikah juga.Seperti yang kalian ketahui jika mengikuti Klein Series. Kanaya sebelum menikah dengan Jashon Kanaya sudah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya terdahulu dengan pengusaha dari Indonesia bernama Abymanyu Herlambang. Dan pernikahan keduanya dengan Jashon Klein di karuniai tiga orang anak si sulung Austin dan si kembar Allicia dan Aurora.Daffa d