Masih dua tahun yang lalu
Allicia adalah prioritas pertama buat Austin juga.
Dan tanpa dikomando semua keluarga Cia dan Marc mengikuti mobil Austin yang ditumpangi Marc dan Cia.
Cia mencengkeram kelepak jas suaminya, menggigit bibir bawahnya menahan teriakannya. Dia tidak mau membuat kedua lelaki yang dicintainya itu khawatir.
"Kau boleh menggigit lenganku sayang, jangan bibirmu nanti berdarah,” ucap Marc sambil jarinya menarik bibir Cia dari gigitan bibirnya.
Disodorkannya lengannya di depan bibir Cia, tapi malah dicium oleh Cia. Mereka bertatapan lembut. Ada senyum di bibir keduanya.
"Aku harap aku bisa menggantikan kamu merasakan sakitnya sayang, aku tidak tega melihatmu kesakitan,” ucap Marc lirih sambil memberi belaian lembut di perut Cia yang besarnya jangan ditanya lagi.
Meski ukuran tubuh Cia melebihi berat tubuh wanita yang hamil pada umumnya karena kehamilan kembarnya, Tapi Marc selalu dengan bangga menggandeng Cia jika mereka berdua berjalan bersama dan memberi kecupan-kecupan lembut. Membuat siapa saja iri dengan posisi Cia.
Cia sangat terharu dengan perhatian Marc padanya dan kedua calon bayi mereka. Sungguh Cia merasa sangat beruntung bisa bertemu dan jatuh cinta pada Marc. Dan memiliki hati lelaki itu yang tak lain adalah suami tercintanya.
Mereka memasuki rumah sakit dengan Cia yang berada dalam gendongan Marc dan disusul Austin serta kedua orang tua Cia dan orang tua Marc serta saudara Cia, semua berwajah penuh kekhawatiran.
Marc langsung dirujuk untuk membawa Cia ke UGD karena masih siang, di UGD Cia langsung di bawa ke ruang bersalin dengan ditemani Marc.
Tangannya menggenggam tangan Marc erat seakan takut akan kehilangan lelaki itu. Marc mengecup lembut kening Cia.
"I love you,” bisiknya di telinga Cia.
"Arghhh ... Sstt,” desis Cia kesakitan. Tangannya mencengkeram tangan Marc dengan erat. Dia mengejan dengan kuat, dia merasa perutnya di aduk-aduk. Rasanya mau mati saja.
Keringat membanjiri pelipisnya, Marc menempelkan sapu tangannya di dahi Cia yang berkeringat. Menciumnya lembut di sana.
Dokter Samantha memasuki ruangan bersalin dengan diikuti beberapa asisten, dia menyuruh Marc meletakkan tubuh Cia di tempat seperti kasur khusus orang melahirkan. dokter mengangkat kaki Cia ke tempat yang seharusnya, dia menutupi area perut ke kaki dengan selimut .
"Kepalanya si kecil sudah kelihatan, jika terjadi kontraksi langsung mengejan dengan keras,” dokter Samantha memberi instruksi dengan lembut, Cia mengangguk faham karena beberapa bulan ini dia mengikuti kelas ibu hamil, dan diajarkan saat akan melahirkan apa yang akan dilakukannya. Begitupun dengan Marc yang selalu setia menemani istrinya.
Saat kontraksi Ci mengejan dengan keras, tangannya meremas tangan Marc dengan keras. Dia berharap dia tidak mematahkan tangan Marc. Tapi dia butuh pengalihan dari rasa sakit di perutnya.
"Arghhh,” jerit Cia.
“Arghhh,” jerit Cia lagi kini lebih keras dari yang pertama. Karena dia merasan ada dorongan dari perutnya. Seakan ada yang mau keluar.
Dan terdengarlah suara tangis bayi meramaikan ruangan bersalin. Air mata haru menetes dipipi Marc, melihat bayi yang dilahirkan oleh Cia tampak sehat. Dia memperhatikan apa yang dokter dan asistennya lakukan pada bayinya. Bayi itu sudah dibersihkan dan di arahkan ke arahnya, dengan tangan gemetar dia menggendong bayinya.
"Laki-laki,” bisik Marc ke telinga Cia, dia meletakkan bayinya di perut Cia. Dikecupnya lagi kening istrinya dengan sayang.
"Terima kasih,” bisiknya sambil mengecupi kedua pipi dan bibir ranum istrinya. Kedua saling bertatapan penuh cinta. Begitu kuatnya ikatan cinta keduanya.
Rasa mulas kembali di rasakan oleh Cia.
"Sakit,” desisnya, dengan cepat Marc mengambil putranya dari perut Cia. Menyerahkannya kepada suster yang membantu proses persalinan istrinya.
Dia memegang lagi jemari istrinya. Membelai perut Cia lembut seakan ikut merasakan sakit yang diderita Cia. Dikecupnya lagi jemari Cia yang ada di genggamannya.
Dokter segera memposisikan dirinya diantara kaki Cia, dan memberikan instruksi kepada Cia dengan lembut. Cia langsung mengerti.
Cia mengejan seperti tadi saat sakit diperutnya seakan mengaduk-aduk isi di dalam perutnya. Rasa mulasnya lebih parah dibanding sakit perut.
"Argghhh,” jerit Cia dengan tubuh condong ke depan untuk mengurangi rasa sakitnya. Tapi rasa sakit itu semakin berkumpul di satu titik dalam perutnya. Dan seakan sesuatu keluar dari lubang kemaluannya.
Suara tangisan bayi yang lebih kecil dari yang tadi, tapi cukup meramaikan ruang bersalin.
"Perempuan,” seru dokter Sam saat membersihkan sang Bayi. Diapun menyerahkan bayi itu ke tangan suster yang menjadi asistennya.
Suster itu pun membersihkan tubuh bayi mungil itu dengan waslap basah. Setelah bersih dia berjalan ke arah Marc.
"Bayinya cantik, seperti ibunya,” ujarnya sopan, sambil menyerahkan bayi itu ke gendongan Marc.
"Perempuan sayang, cantik sepertimu,” ujar Marc penuh haru, dikecupnya lembut kening istrinya, "terima kasih."
**
Keluarga Klein dan Dexter begitu tegang menanti cucu pertama mereka, Austin yang baru melepas kepergian Angel tampak hilir mudik di depan pintu ruang bersalin. Ada ketakutan yang begitu kentara, dia benci rumah sakit karena kematian Angel disini. Entah apa yang akan terjadi padanya jika sesuatu yang buruk menimpa adik tercintanya dan calon keponakannya.
Sebentar-sebentar tangannya berpindah dari bersedekap di depan dada, atau mengeratkan kedua tangannya di belakang tubuhnya. Berjalan mondar mandir membuat siapa saja yang melihatnya semakin jengkel di buatnya.
"Austin kau membuat kepala mom nyaris meledak, duduklah! Cia dan keponakanmu baik-baik saja,” tegur Kanaya kesal.
"Aku takut, dia akan_" kata Austin tak sanggup meneruskan kalimatnya. Dia mengunci mulutnya rapat-rapat.
"Tenanglah nak, Cia adikmu itu wanita yang kuat, kau sendiri tahu apa yang sudah dilaluinya dan dia tetap jadi Cia kita,” ucap Jashon sambil menepuk pundak Austin lembut. Menggiring putranya untuk duduk.
Tak lama terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan tempat Cia melahirkan, semua mata saling menatap.
"Apa bayi Cia sudah lahir mom?” tanya Aurora penuh binar bahagia.
"Sepertinya begitu,” jawab Kanaya.
"Kita jadi Nenek,” ujar Selena senang. Wajahnya di penuhi suka cita.
"Semoga Cia dapat melahirkan dengan selamat,” doa Kanaya.
"Amin,” seru semuanya mengamini.
Tak lama terdengar suara tangisan bayi lagi. Austin berdiri seakan dia sudah tidak sabar untuk melihat keadaan di dalam ruangan. Ingin rasanya dia mendobrak pintu sialan itu. Dia kembali berjalan mondar mandir. Tapi kini semua membiarkannya.
Seorang suster membawa satu Box bayi keluar dari ruang bersalin. Austin yang tepat berada di pintu langsung melihat kehadiran suster dan keponakannya. Tak menyia-nyiakan bertanya kondisi Cia. Dia menahan tangan suster itu, membuat wanita muda itu tersipu malu. Keluarga Klein memang mempesona, batinnya.
"Nona bagaimana adik saya?” tanyanya tak sabaran, tak peduli dengan sang suster itu yang tersipu malu karenanya.
"Nyonya Cia kondisinya baik, putra-putrinya juga kondisinya baik," sahut suster itu yang di sambut pekik kegembiraan dari semuanya. Akhirnya penantian mereka tidak sia-sia. Rasa syukur mereka panjatkan pada sang pencipta.
"Ini keponakanku?” tanya Austin penuh binar bahagia saat menatap makhluk mungil yang terbalut selimut.
"Iya ini yang laki-laki yang perempuan masih disusui oleh ibunya,” sahutnya sambil membungkuk hormat sebelum berlalu membawa box bayi ke ruangan khusus bayi.
>>Bersambung>>
Sudah dua tahun sejak kepergian Angel membuat Austin hidup tanpa jiwa. Dia hanya bisa tersenyum jika sudah berkumpul dengan keluarganya dan keponakannya yang lucu. Karena setelah pernikahan Cia dan Marc, dua tahun kemudian Bella dan seorang duda asal Perancis mengikat janji. Tapi baru hamil beberapa bulan. Sedang istri Daffa yang asli Indonesia sudah melahirkan tiga bulan yang lalu.Dalam keluarga Klein hanya dirinya dan Aurora yang belum menikah.Tapi sepertinya Aurora yang menyukai seorang dokter yang merawat Cia saat kecelakaan di London akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan setelah hampir satu tahun mereka putus nyambung.Saat ini adalah ulang tahun si kembar yang kedua. Sama dengan kematian Angel. Saat Winter dia pergi membawa luka. Tapi kehadiran si kembar menjadi pelipur lara. Ya Winter yang membekas di hati semua keluarga besar Klein.Saat menatap mata si kembar yang sama dengan kedua orang tuanya yang lembut. Itulah pertama aku bisa ter
Austin PovKenapa bayangan gadis itu terus saja menghantuiku. Tidak mungkin aku terpesona padanya kan? Tapi kenapa senyumnya suaranya begitu membekas dalam ingatanku bahkan ini sudah seminggu sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan bayangannya dari ingatanku.Arghhh...sial!!!Bahkan kini aku tidak lagi sibuk mengenang Angel, aku merasa bersalah padanya. Baru dua tahun kepergiannya dan aku mulai memikirkan wanita lain.Oh wanita itu bahkan belum bisa dipanggil wanita. Dia masih sangat belia....Arghhh!!!Aku memandang keluar jendela yang berada di kantorku, bisa kulihat kesibukan kota New York dari kantorku yang memang berada di lantai teratas dari gedung Klein Corp.Pikiranku mengelana, sampai suara ketukan dari arah pintu kudengar. Sialan mengagetkan saja, ini susahnya jika tidak mempunyai sekretaris. Ya si Shinta sudah kupecat karena pekerjaannya tidak benar. Membuatku kesal saja. Aku butuh sekretaris ya
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su
Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.Argghhh, Austin merasa frustrasi.Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.🌼🌼Dilain tempat Amanda sedang memasuki se
"Thomas ... Oh ... Ahsss ... Badanku terasa panas," kata Amanda semakin tersiksa dengan reaksi obat itu ke tubuhnya. Gadis polos itu bahkan tidak sadar dengan perbuatan Thomas padanya. Dia masih berpikir itu mungkin reaksi panas dari ramen yang dimakannya tadi."Ayo kita pergi dari sini, aku akan menghilangkan sakitmu," bujuk Thomas, tubuh Amanda sudah tidak dalam kendali pikirannya. Thomas memeluk tubuh Amanda keluar dari restoran itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.Sebentar lagi....Sedikit lagi...Amanda...you’re be mine!!Thomas memapah tubuh lemas Amanda untuk memasuki mobilnya.Baru saja dia meletakkan tubuh Amanda di kursi penumpang didepan. Dan menutup pintu mobil dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya. Terbayang sudah tubuh mulus dan sexy Amanda mendesah dan mengerang menyebut namanya saat klimaks melanda mereka.Oh juniornya sudah menegang butuh pelampiasan. Akhirnya dia tidak ha
Kejadian semalamAustin mengambil tubuh Amanda dengan lembut seakan dia takut akan menyakiti Amanda. Amanda mengerang merasakan tubuhnya disentuh. Dia menginginkan lebih, tanpa sadar siapa kini yang menggendongnya Amanda semakin menempelkan tubuhnya.Mengalungkan sebelah tangannya ke leher siapa pun yang sudah menggendongnya. Dia mengenal aroma tubuh ini. Sangat menenangkan sekaligus menggairahkan. Sebelah tangannya yang bebas menelisik ke dada bidang seseorang yang menggendongnya. Melarikan jemari tangannya sepanjang kulit dada yang terbuka.Dia mengecupi dada bidang itu yang terbuka karena beberapa kancingnya terbuka. Merasa tidak leluasa, Amanda membuka lagi beberapa kancing. Dan mengecupi kulit lembut namun terasa keras karena otot kekarnya. Perbuatannya membuat Austin mengerang."Stop it Amanda, atau aku akan menggila," larang Austin saat Lidah Amanda menjilat puting Austin. Austin menggigit bibir bawahnya menahan erang
"Kamu tidak bohong kan?" tanya Amanda."Kenapa? Kau pikir aku berbohong, lihatlah tanda yang sudah kuberikan di tubuhmu dan lihat tanda yang kau berikan padaku," kata Austin sambil menunjuk tanda di leher dan paha Amanda karena bagian dadanya tertutup kemeja longgar Austin. Apa di dalam juga ada? Sialan! Bagaimana nanti dirinya akan pergi ke kampus?"Tunggu dulu, semalam seingatku aku pergi dengan Thomas lalu kenapa aku bisa berakhir denganmu?" tanya Amanda bingung."Oh kamu menyesal melakukannya denganku dan ingin melakukannya dengan Thomas?" sela Austin dengan nada tidak suka yang kentara."Tidak, bodoh!" bentak Amanda keceplosan, menyadari mulutnya yang sudah mengeluarkan kata yang tidak sepantasnya apalagi untuk orang secerdas Austin."Kau mengataiku bodoh?" tanya Austin tak percaya. Matanya membola dengan sempurna dan mulutnya mengangga. Awas saja ada lalat entar masuk mulut, tahu rasa kau Austin."Iya kau bodoh! Kenapa? mau marah?" kata Aman
Suasana di rumah keluarga Klein sudah tampak ramai, rumah terdengar sangat sederhana untuk bangunan semegah tempat tinggal keluarga Klein.Mansion mewah itu memang hanya dihuni oleh pasangan suami istri Jashon Klein dan Kanaya Abigail Klein (cerita mereka ada di novel Affair) di hari kerja, tapi setiap weekend atau hari libur putra putrinya dan pasangannya bergantian mengunjungi kedua orang tua mereka atau bahkan berkumpul seperti sekarang ini.Siapa yang akan menyangka si sulung anak kandung Jashon itu akhirnya menikah juga.Seperti yang kalian ketahui jika mengikuti Klein Series. Kanaya sebelum menikah dengan Jashon Kanaya sudah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya terdahulu dengan pengusaha dari Indonesia bernama Abymanyu Herlambang. Dan pernikahan keduanya dengan Jashon Klein di karuniai tiga orang anak si sulung Austin dan si kembar Allicia dan Aurora.Daffa dan Bella anak dari pernikahan Kanaya terdahulu sudah menikah dan sudah hampir memberinya