"Hai baby, sedang apa?” tanya Austin saat melihat bidadarinya hanya melihat pemandangan dari kaca jendela. Angel memandang ke arah Austin sambil tersenyum.
"Tidak, aku sangat bersyukur bisa ada disini bersamamu,” sahut Angel lembut. Wanita ini sudah jauh berubah tingkah lakunya, menjadi sosok yang tulus dan ikhlas menjalani kehidupan yang diberikan oleh Tuhan. “Terima kasih sayang, tolong tetap disisiku sebentar lagi.”
“Aku berjanji akan selalu menemanimu sweety,” sahut Austin dengan sangat lembut. Dipeluknya tubuh ringkih Angela.
Dia percaya semua manusia diuji sesuai kadar nya masing-masing.
Apa yang diperbuat manusia pada akhirnya akan kembali lagi pada manusia tersebut.
Itulah yang terjadi padanya, dia yang sangat jahat dan licik. akhirnya harus berakhir menjadi pelacur dikarenakan ayah kandungnya sendiri, ayah yang sudah membuat dia menjadi sosok yang tidak tahu balas budi. Sudah menghancurkan keluarga yang sudah merawatnya dengan kasih sayang.
Apalagi dia juga sudah membuat Allicia dan Marc salah paham. Dan berakhir terpisah. Tapi dia tidak berhasil, cinta merekalah yang menang. Dia pikir dia tidak pantas mendapat kebahagiaan.
Tapi saat Allicia mendapat ancaman dari Sophie yang saat itu berperan menjadi sahabat Allicia.
Angel berpikir inilah saatnya dia membalas jasa mereka dan berkorban untuk mereka, apalagi vonis dokter yang menyatakan dia menderita kanker serviks semakin menguatkan mentalnya.
Allicia punya keluarga yang akan mengkhawatirkan, sedang dia tidak ada satu orang pun yang akan menangisi kematiannya.
Dia bertekad bulat melakukannya, lebih baik dia mati kan? Paling tidak di sisa harinya dia berbuat satu kebaikan. Satu saja, batinnya.
Sampai dia melihat sebuah mobil sport berwarna merah maroon melintas dari arah yang tidak seharusnya hampir menabrak Allicia yang bahkan tidak menyadari kedatangan mobil itu karena sedang berjongkok di pinggir jalan hendak mengambil kucing yang akan melintas di jalan raya.
Mobil itu melaju dengan sangat kencang, dia mendorong tubuh Cia hingga terjatuh ke trotoar, sedang tubuhnya dihantam oleh mobil merah itu dan terpental di tengah jalan raya.
Dia bisa merasakan sekujur tubuhnya seakan terkoyak dan sakit yang tak terhingga.
Dengungan di sekitarnya semakin lama semakin tak terdengar, kegelapan melingkupinya.
"Hai kau memikirkan apa sweety?” tanya Austin sambil menggenggam tangan Angel yang berada di pangkuannya, Austin duduk jongkok di depan kursi roda Angel.
"Hanya memikirkan masa lalu, terima kasih sudah mencintaiku," ujar Angel lembut membalas genggaman hangat tangan Austin, mengecupnya lembut.
"Harusnya aku yang mengecupnya sweety, kau membuatku tampak bodoh," gerutu Austin. Angel terkekeh melihat muka cemberut Austin yang hanya akan ditampilkan didepannya dan keluarganya saja.
Dan dia merasa istimewa...
Angel merasa sangat bersyukur, walau dia tahu waktunya sudah tidak lama lagi, dia hanya ingin egois sekali lagi dengan meminta Austin hanya untuk dirinya sampai nafas terakhirnya. Dia sangat mencintai Austin.
Lelaki pertama yang memberikannya begitu banyak luka tetapi lelaki itu pulalah yang mengobati lukanya. Sehingga dia lupa artinya sakit. Dia merasa bahagia...sangat bahagia.
Ingin rasanya dia mempunyai anak dengan Austin seperti Allicia dan Marc. Tapi dia tahu itu mustahil, karena penyakitnya ia mengalami beberapa kali operasi untuk mengangkat rahimnya supaya kanker tidak menyebar, tapi meskipun dia harus menjalani beberapa kali operasi dan terapi. Kanker itu masih saja menyebar dan menjadi sangat terlambat untuk di obati.
***
Hari ini benar-benar menjengkelkan bagi Amanda bagaimana tidak? baru saja dia mengendarai mobilnya dengan tenang. Sebuah mobil menyerempet mobilnya tiba-tiba, dia pasti seorang pengendara yang mengendarai mobilnya ugal-ugalan sampai membuat mobilnya lecet parah, bisa dicincang daddynya nih. Gerutu Amanda kesal.
Gak cuma itu, izin berkendaranya juga terancam diambil paksa. Padahal kan bukan dia yang salah, dia sudah berkendara dengan benar sesuai ketentuan, tapi daddynya pasti nggak mau tahu soalnya ini sudah kesekian kalinya dia membuat mobilnya lecet karena kebut-kebutan, tapi itu dulu karena sejak peringatan daddynya yang terakhir dia udah insaf gak ikut kebut-kebutan liar lagi...suer deh. Amanda nggak bohong. Amanda mah anak baik.
"Heh keluar kamu," kata seorang pria sambil mengetuk kaca mobilnya keras untung kaca mobilnya tebel anti pecah udah lulus test kok beneran deh he...he...Author mengigau.
"Ya ampun apalagi sih maunya nih orang udah menyerempet mobil aku sekarang mau mecahin kaca mobil aku lagi," batin Amanda geram, diapun membuka kaca mobilnya dekan kasar, melihat orang yang sudah membuat hari indahnya menjadi tiba-tiba berantakan. Belum pernah ngerasain dicabein kali nih orang.
'Tapi bagus deh, dia kan bisa minta ganti rugi' batin Amanda riang.
Seorang pria tampan yang seperti familier di matanya, mata hazelnya, bibirnya yang sexy, rambut brunettenya. Rahang yang kokoh dan hidungnya yang mancung, sebuah perpaduan yang maha sempurna, batin Amanda takjub.
Tanpa disadarinya matanya tak berkedip menatap makhluk sexy di depannya. Tapi Amanda seakan pernah melihatnya. Kenapa lelaki ini tampak tidak asing ya, pikir Amanda dengan gaya berpikirnya, dia sampai lupa memarahi lelaki itu. Amanda memandang lelaki di depannya penuh selidik. Dimana dia pernah bertemu dengannya? Tanyanya dalam hati.
Dia menepuk jidatnya keras saat ingatannya kembali kepada sosok pria di masa lalunya. Membuatnya sedikit meringis.
Bodoh!! Tentu saja itu kan Austinnya. Cinta pertamanya. Yang bahkan sampai sekarang tak mau pergi dari pikirannya. Sebuah pemikiran yang langsung menghantam nadinya membuatnya ling-lung. Ekspresinya tak tertolong!!!!
Apa dia bermimpi?
Apa karena baru saja memikirkan cinta pertamanya, maka dia mengkhayalkannya?
Iya! Dia pasti sedang berhalusinasi. Tidak mungkin lelaki yang di depannya ini pria itu.
"Hallo nona, malah bengong, makanya kalo masih tidur itu nggak usah sok-sokan bawa mobil ya kan jadi nyusahin orang lain," kata Austin si ganteng yang mulai detik ini jadi si nyebelin, udah salah nyolot lagi, bikin naik darah aja batin Amanda makin dongkol nyesel tadi udah muji.
Wah hilang sudah rasa kagumnya dulu, tentang betapa lemah lembutnya lelaki di depannya ini dengan kekasihnya, dan itu membuatnya jatuh cinta pertama kali.
"Heh tuan sok, yang bawa mobil ugal-ugalan siapa? Bukannya minta maaf malah nyerocos nggak jelas, harusnya saya yang marah tuh lihat mobil saya lecet, kalo baru bisa bawa mobil tuh ya gak usah sok-sokan ngebut,” Sahut Amanda emosi jiwa dianya
Amanda menatap netra hazel itu dengan tajam. Tapi jangan salah, benak Amanda sudah jumpalitan menahan rasa ingin memeluk tubuh yang sangat dirinduinya ini.
"Wah modus baru nih, mau memeras saya? minta berapa?” sahut Austin tuh cowok dingin, dinginnya ngalahin salju di kutub utara, untung ganteng kalo nggak pasti udah kena toyor Amanda dari tadi tuh cowok songong. Kesel Amanda lama-lama. Untung cinta.
Apa ini sikapnya dengan orang asing? Austin bahkan tidak mengingat pernah sekali bertemu dengannya. Siapalah Amanda bagi Austin, dia hanya remaja yang baru beranjak dewasa. Sedang dia punya kekasih yang dewasa walau wanita itu...Sakit.
"Ini tuh bukan soal uang tapi anda mesti benerin mobil saya ya tuan, pokoknya nggak ada alasan dan saya nggak ada maksud buat meres tuan, emang tuan sapi yang bisa diperas susunya buat diambil air susunya," wah Amanda makin ngawur nih, somplaknya kumat. Diam-diam cowok dingin sedingin kulkas itu tersenyum. Cewek nih boleh juga batinnya tapi buru-buru dia menampilkan wajah datar lagi, jadi Amanda tidak melihat senyum itu.
"Ok, saya telepon bengkel dulu buat ambil mobil anda," kata Austin lagi. “Dan saya bukan sapi, ingat itu! Masak tidak bisa membedakan dasar orang aneh.”
Amanda tersenyum masam menanggapi omelan Austin. Nih laki, syeyem juga ih.
"Tunggu dulu, gimana saya tahu kalau tuan nggak bawa kabur mobil saya, saya ikut anda ke tempat anda biar saya tahu kemana buat cari anda," nggak salah kan Amanda, he...he... Bilang aja kamu cari kesempatan buat dekat sama pujaan hati. Tawa jahat😎😏😏
"Ok, tapi kita ke kantor dulu ada meeting penting yang harus saya hadiri, dan gara-gara anda saya terancam rugi jika saya sampai terlambat, ayo masuk," kata laki-laki tadi sambil membuka pintu penumpang, "awas saja jika saya telat anda harus ganti rugi."
"Terus mobil saya gimana?” tanya Amanda bingung dia bahkan tidak menanggapi ancaman Austin.
"Sini kunci mobil kamu biar sopir saya yang mengaturnya," katanya sambil mengambil kunci mobil dari tangan Amanda, tidak sengaja tangan mereka bersentuhan seperti ada aliran listrik mengaliri tangan mereka apa ini ? Batin mereka berdua.
Biasanya kalau sudah ada aliran listrik biasanya ada...
Tagihan listrik!!! wk...wk...
Becanda say....
Biar pada kagak ngantuk.
Merekapun memasuki mobil keren Austin. Amanda mah pasrah bang....
Mau langsung dibawa ke KUA juga oke aja lah...
>>Bersambung>>
Suasana di kantor seperti biasa semua sibuk dengan pekerjaannya tapi di ruangan CEO ada yang tidak biasa.Ya, di ruangan yang biasanya hanya ada CEO-nya saja sekarang di sofa ada seorang gadis cantik sedang sibuk dengan gadgetnya tanpa memperdulikan laki-laki yang dari tadi mencuri lihat kearahnya."Gadis yang menarik, cantik, sexy dan tidak kecentilan," batinnya mulai menilai, entah kenapa sejak mereka bertemu hatinya berdesir lembut, perasaan senang bila ada di dekat gadis itu, "Siapa ya namanya?" mereka bahkan belum berkenalan tapi sudah berjanji buat mengajak gadis itu ke apartemennya, tempat yang hanya didatangi keluarga dan sahabatnya saja, dan belum ada wanita yang diajaknya kesana, bukan ralat...Hanya ada satu wanita yang pernah diajaknya kesana. Tepatnya dua tahun yang lalu. Wanita yang sangat dicintainya tapi dengan tega meninggalkannya tenggelam dalam duka. Selama ini selain satu wanita tercintanya dia tidak pernah membawa siapa pun keranah pribadinya. Tetapi
Mereka berdua sekarang tiba di apartemen Austin.Amanda langsung duduk di sofa tanpa disuruh, entah dia merasa nyaman disini, berasa di rumah sendiri. Padahal mereka baru bertemu lagi hari ini. Tapi mereka merasa sudah saling mengenal lama. Entahlah...."Mau minum apa?" tanya Austin sambil membuka jasnya, dan meletakkannya di punggung kursi"Apa saja," sahut Amanda pelan sambil membuka aplikasi Game di hpnya tak menghiraukan Austin yang bergerak ke arah dapur. Tapi setelah Austin berlalu, dia menekan tangannya kearah dada kirinya. Menepuk-nepuk di sana. Gemuruhnya belum berhenti.Amanda mendesah lega. Entah berapa lama dia menahan nafas? saat berdekatan dengan Austin pasokan udara seakan menipis.Ternyata keacuhan Amanda hanya kedok untuk menutupi rasa yang bergemuruh di dadanya.Jantung kurang ajar, gerutunya dalam hati. Amanda melirik kearah dapur yang tidak terhalang apa pun membuatnya dengan bebas memandang punggung kekar itu.Tang
Austin povDua Tahun yang laluHari demi hari kondisi Angel semakin parah, sungguh aku tidak tega. Kalau bisa biar aku saja yang menggantikannya merasakan kesakitan demi kesakitan.Bisa kulihat setiap pagi dia mengumpulkan rambutnya yang mulai rontok. Sungguh aku tidak tega melihat kondisinya. Apalagi seusai menjalani kemoterapi, kondisinya pasti langsung drop. Beberapa hari kerjaannya hanya memuntahkan semua yang ada dalam perutnya. Rambutnya yang semakin banyak rontok, rasa sakit yang dia rasakan semakin menggila.Sungguh aku tidak tega melihatnya.Tapi dia selalu tersenyum, dia bilang ini cara Tuhan memaafkan semua dosanya. Dan Tuhan akan menjemputnya saat semua dosanya sudah terlebur.Hari ini, badan ringkihnya semakin layu. Tapi gurat kebahagiaan selalu tercetak di bibir manisnya.Dia pingsan, setelah dia batuk darah.Aku membawa langsung ke rumah sakit. Aku tahu ini sudah waktunya.Semalam dia mengatakan sesu
Masih dua tahun yang laluAllicia adalah prioritas pertama buat Austin juga.Dan tanpa dikomando semua keluarga Cia dan Marc mengikuti mobil Austin yang ditumpangi Marc dan Cia.Cia mencengkeram kelepak jas suaminya, menggigit bibir bawahnya menahan teriakannya. Dia tidak mau membuat kedua lelaki yang dicintainya itu khawatir."Kau boleh menggigit lenganku sayang, jangan bibirmu nanti berdarah,” ucap Marc sambil jarinya menarik bibir Cia dari gigitan bibirnya.Disodorkannya lengannya di depan bibir Cia, tapi malah dicium oleh Cia. Mereka bertatapan lembut. Ada senyum di bibir keduanya."Aku harap aku bisa menggantikan kamu merasakan sakitnya sayang, aku tidak tega melihatmu kesakitan,” ucap Marc lirih sambil memberi belaian lembut di perut Cia yang besarnya jangan ditanya lagi.Meski ukuran tubuh Cia melebihi berat tubuh wanita yang hamil pada umumnya karena kehamilan kembarnya, Tapi Marc selalu dengan bangga menggandeng Cia jika me
Sudah dua tahun sejak kepergian Angel membuat Austin hidup tanpa jiwa. Dia hanya bisa tersenyum jika sudah berkumpul dengan keluarganya dan keponakannya yang lucu. Karena setelah pernikahan Cia dan Marc, dua tahun kemudian Bella dan seorang duda asal Perancis mengikat janji. Tapi baru hamil beberapa bulan. Sedang istri Daffa yang asli Indonesia sudah melahirkan tiga bulan yang lalu.Dalam keluarga Klein hanya dirinya dan Aurora yang belum menikah.Tapi sepertinya Aurora yang menyukai seorang dokter yang merawat Cia saat kecelakaan di London akhirnya akan segera melangsungkan pernikahan setelah hampir satu tahun mereka putus nyambung.Saat ini adalah ulang tahun si kembar yang kedua. Sama dengan kematian Angel. Saat Winter dia pergi membawa luka. Tapi kehadiran si kembar menjadi pelipur lara. Ya Winter yang membekas di hati semua keluarga besar Klein.Saat menatap mata si kembar yang sama dengan kedua orang tuanya yang lembut. Itulah pertama aku bisa ter
Austin PovKenapa bayangan gadis itu terus saja menghantuiku. Tidak mungkin aku terpesona padanya kan? Tapi kenapa senyumnya suaranya begitu membekas dalam ingatanku bahkan ini sudah seminggu sejak terakhir kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak bisa mengenyahkan bayangannya dari ingatanku.Arghhh...sial!!!Bahkan kini aku tidak lagi sibuk mengenang Angel, aku merasa bersalah padanya. Baru dua tahun kepergiannya dan aku mulai memikirkan wanita lain.Oh wanita itu bahkan belum bisa dipanggil wanita. Dia masih sangat belia....Arghhh!!!Aku memandang keluar jendela yang berada di kantorku, bisa kulihat kesibukan kota New York dari kantorku yang memang berada di lantai teratas dari gedung Klein Corp.Pikiranku mengelana, sampai suara ketukan dari arah pintu kudengar. Sialan mengagetkan saja, ini susahnya jika tidak mempunyai sekretaris. Ya si Shinta sudah kupecat karena pekerjaannya tidak benar. Membuatku kesal saja. Aku butuh sekretaris ya
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su
Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.Argghhh, Austin merasa frustrasi.Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.🌼🌼Dilain tempat Amanda sedang memasuki se
Chapter 16Masa lalu datang mengganggu“Hai, jadi kau yang bernama Amanda?” sapa seorang wanita dewasa yang sexy di mata Amanda. Hari ini dia mendapat panggilan dari kampus karena ada data magang yang harus diperbaruinya. Karena Amanda meminta ganti tempat magang setelah kejadian dengan Thomas sebulan yang lalu.Akhirnya dia wajib magang ditempat Austin. Begitulah titah sang bos. Dan Amanda tidak punya alasan untuk berkelit.“Benar, ada yang bisa saya bantu?” tanya Amanda bingung. Siapa wanita ini? Perasaan dia tidak mengenalnya.“Bagus, ada yang harus saya bicarakan. Bisakah anda mengikuti saya?” pertanyaan yang sepertinya tidak membutuhkan jawabannya karena wanita itu lebih dulu berlalu. Amanda menatap bingung kearah wanita itu. Tapi dia kesini tidak ada urusan dengan wanita itu.Amanda mengangkat kedua bahunya tak perduli. Siapa yang butuh? Dengan langkah
Chapter 15Penglihatan LizzieAustin memandang Amanda penuh cinta, membuat sang dara tersipu malu. Amanda memang langsung di boyong Austin pasca pertunangan mereka. Kedua orang tua Amanda tentu saja keberatan. Apalagi mengingat usia Amanda yang masih belia. Tapi bukan Austin namanya kalau kalah berargumen. Entah apa alasannya hingga kedua orang tua Amanda menyetujui.“Jangan menatapku seperti itu, kau membuatku malu,” bisik Amanda menyembunyikan wajahnya di dada bidang Austin. Austin mengecup kening Amanda dengan sayang.Ting tong, suara bel berbunyi mengganggu aktivitas kedua love bird ini. Dengan malas Austin beranjak kearah pintu. Siapa yang mengetahui alamat apareten barunya? Perasaan Cuma keluarga intinya saja.Autin melihat siapa yang datang lewat monitor kecil. Ternyata keluarganya. Dengan senyuman dia membuka pintu apartemen. Sesaat pintu terbuka langsung saja sikembar menerjang ke
Chapter 14AngangementSuasana di rumah keluarga Klein sudah tampak ramai, rumah terdengar sangat sederhana untuk bangunan semegah tempat tinggal keluarga Klein.Mansion mewah itu memang hanya dihuni oleh pasangan suami istri Jashon Klein dan Kanaya Abigail Klein (cerita mereka ada di novel Affair) di hari kerja, tapi setiap weekend atau hari libur putra putrinya dan pasangannya bergantian mengunjungi kedua orang tua mereka atau bahkan berkumpul seperti sekarang ini.Siapa yang akan menyangka si sulung anak kandung Jashon itu akhirnya menikah juga.Seperti yang kalian ketahui jika mengikuti Klein Series. Kanaya sebelum menikah dengan Jashon Kanaya sudah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya terdahulu dengan pengusaha dari Indonesia bernama Abymanyu Herlambang. Dan pernikahan keduanya dengan Jashon Klein di karuniai tiga orang anak si sulung Austin dan si kembar Allicia dan Aurora.Daffa d
Suasana di rumah keluarga Klein sudah tampak ramai, rumah terdengar sangat sederhana untuk bangunan semegah tempat tinggal keluarga Klein.Mansion mewah itu memang hanya dihuni oleh pasangan suami istri Jashon Klein dan Kanaya Abigail Klein (cerita mereka ada di novel Affair) di hari kerja, tapi setiap weekend atau hari libur putra putrinya dan pasangannya bergantian mengunjungi kedua orang tua mereka atau bahkan berkumpul seperti sekarang ini.Siapa yang akan menyangka si sulung anak kandung Jashon itu akhirnya menikah juga.Seperti yang kalian ketahui jika mengikuti Klein Series. Kanaya sebelum menikah dengan Jashon Kanaya sudah memiliki dua orang anak hasil pernikahannya terdahulu dengan pengusaha dari Indonesia bernama Abymanyu Herlambang. Dan pernikahan keduanya dengan Jashon Klein di karuniai tiga orang anak si sulung Austin dan si kembar Allicia dan Aurora.Daffa dan Bella anak dari pernikahan Kanaya terdahulu sudah menikah dan sudah hampir memberinya
"Kamu tidak bohong kan?" tanya Amanda."Kenapa? Kau pikir aku berbohong, lihatlah tanda yang sudah kuberikan di tubuhmu dan lihat tanda yang kau berikan padaku," kata Austin sambil menunjuk tanda di leher dan paha Amanda karena bagian dadanya tertutup kemeja longgar Austin. Apa di dalam juga ada? Sialan! Bagaimana nanti dirinya akan pergi ke kampus?"Tunggu dulu, semalam seingatku aku pergi dengan Thomas lalu kenapa aku bisa berakhir denganmu?" tanya Amanda bingung."Oh kamu menyesal melakukannya denganku dan ingin melakukannya dengan Thomas?" sela Austin dengan nada tidak suka yang kentara."Tidak, bodoh!" bentak Amanda keceplosan, menyadari mulutnya yang sudah mengeluarkan kata yang tidak sepantasnya apalagi untuk orang secerdas Austin."Kau mengataiku bodoh?" tanya Austin tak percaya. Matanya membola dengan sempurna dan mulutnya mengangga. Awas saja ada lalat entar masuk mulut, tahu rasa kau Austin."Iya kau bodoh! Kenapa? mau marah?" kata Aman
Kejadian semalamAustin mengambil tubuh Amanda dengan lembut seakan dia takut akan menyakiti Amanda. Amanda mengerang merasakan tubuhnya disentuh. Dia menginginkan lebih, tanpa sadar siapa kini yang menggendongnya Amanda semakin menempelkan tubuhnya.Mengalungkan sebelah tangannya ke leher siapa pun yang sudah menggendongnya. Dia mengenal aroma tubuh ini. Sangat menenangkan sekaligus menggairahkan. Sebelah tangannya yang bebas menelisik ke dada bidang seseorang yang menggendongnya. Melarikan jemari tangannya sepanjang kulit dada yang terbuka.Dia mengecupi dada bidang itu yang terbuka karena beberapa kancingnya terbuka. Merasa tidak leluasa, Amanda membuka lagi beberapa kancing. Dan mengecupi kulit lembut namun terasa keras karena otot kekarnya. Perbuatannya membuat Austin mengerang."Stop it Amanda, atau aku akan menggila," larang Austin saat Lidah Amanda menjilat puting Austin. Austin menggigit bibir bawahnya menahan erang
"Thomas ... Oh ... Ahsss ... Badanku terasa panas," kata Amanda semakin tersiksa dengan reaksi obat itu ke tubuhnya. Gadis polos itu bahkan tidak sadar dengan perbuatan Thomas padanya. Dia masih berpikir itu mungkin reaksi panas dari ramen yang dimakannya tadi."Ayo kita pergi dari sini, aku akan menghilangkan sakitmu," bujuk Thomas, tubuh Amanda sudah tidak dalam kendali pikirannya. Thomas memeluk tubuh Amanda keluar dari restoran itu dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya.Sebentar lagi....Sedikit lagi...Amanda...you’re be mine!!Thomas memapah tubuh lemas Amanda untuk memasuki mobilnya.Baru saja dia meletakkan tubuh Amanda di kursi penumpang didepan. Dan menutup pintu mobil dengan senyuman tak pernah lepas dari bibirnya. Terbayang sudah tubuh mulus dan sexy Amanda mendesah dan mengerang menyebut namanya saat klimaks melanda mereka.Oh juniornya sudah menegang butuh pelampiasan. Akhirnya dia tidak ha
Austin merasa geram saat mengetahui kalau Amanda menolak magang di perusahaannya, apa gadis itu masih tersinggung dengan perbuatannya yang memarahinya saat tanpa sengaja gadis itu memecahkan vas kesukaan Angel, salah satu kenang-kenangan dari almarhum kekasihnya.Argghhh, Austin merasa frustrasi.Gadis keras kepala itu membuat perasaannya campur aduk. Ingin rasanya dia mendatangi gadis itu dan memukul pantatnya supaya bisa mematuhinya.Tapi lagi-lagi pertanyaan tolol melingkupi pikirannya. Memang siapa dirinya bagi Amanda?Awas kamu Amanda, kamu sudah mengusik singa yang sedang tertidur sayang. Aku tidak lagi peduli dengan nama keluarga kamu. Aku tidak peduli akan di bunuh oleh Marc. Kau sudah salah memilih lawan dear. Seringai Austin.Lelaki itu bergegas keluar dari ruangannya.Apa yang akan dilakukan Austin kepada Amanda? sesuatu yang akan merubah kehidupan Austin dan juga Amanda.🌼🌼Dilain tempat Amanda sedang memasuki se
"Man kamu dipanggil Sekretaris jurusan," kata Bertha salah satu teman Amanda di Harvard ini."Oh ... Makasih ya Tha," sahut Amanda, Amanda-pun bergegas menuju ke ruangan Sekretaris jurusan.'Ada apa ya? Apa ini ada hubungannya dengan proposal pengajuan magang di kampus, apa mereka sudah mendapat tempat magang buatku? Bukannya kemarin mereka bilang mereka sudah tidak ada lagi kursi kosong di perusahaan mitra kampusnya?' tanyaku tak juga mendapatkan jawaban.Ah sudahlah....Amanda berjalan melewati lorong kampus, banyak yang menyapa Amanda, selain karena cantik Amanda juga terkenal ramah dan mudah bergaul.Tiba di depan ruang sekretaris, Amanda menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka pintu setelah sebelumnya sudah mengetuk pintu dan terdengar perintah untuknya masuk."Ibu memanggil saya?" tanya Amanda lembut. Bu Linda mengangguk tangan kanannya memberi tanda untuk Amanda duduk di depannya."Jadi, proposal pengajuan magangmu su