Share

Awkward

Author: Zizara Geoveldy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

What a awkward wedding!

Pikiran itu yang melintas di benak Tatiana saat berada di pernikahannya sendiri. Di ballroom hotel yang luas dan sudah didekor sedemikian lupa, nuansa adanya pesta begitu terasa. Ballroom itu didominasi oleh warna putih. Mulai dari dekorasi hingga properti, sampai pada hal-hal yang paling detail seperti taplak meja. Para undangan juga terlihat sangat menikmati aneka hidangan lezat yang disajikan. Namun, bukan itu masalahnya. Ada yang terasa janggal. Tidak seorang pun keluarga Bian ada di sana. Termasuk orang tuanya. Bian bilang mereka sedang berada di luar negeri. Tapi kenapa mereka melewatkan begitu saja momen penting dan sesakral seperti pernikahan? Apalagi yang menikah adalah anak mereka sendiri.

Sudah sejak tadi kilatan lampu kamera menerpa dan menyambar-nyambar wajah Bian dan Tatiana. Sudah sejak tadi pula keduanya tak berhenti tersenyum. Tatiana merasakan mulutnya mulai pegal, dan giginya juga sudah kering. Dia melirik tangan Bian yang mengait lengannya. Pria yang kini dia sebut suami terlihat gagah dalam balutan tuxedo putih.

“Congrats ya! Buruan kasih kita ponakan, nggak usah pake tunda,” bisik Elka di telinga Tatiana saat mereka bersalaman di pelaminan.

Tatiana tersenyum gugup, khawatir Bian akan mendengar bisikan kecil itu. Padahal sesungguhnya adalah hal yang wajar. Namun, rasa malunya lebih mendominasi.

Tatiana lalu memindahkan senyum pada teman-teman kantornya yang lain yang antri ingin bersalaman dengannya.

“Pacarannya sama Darren, tapi nikahnya sama Bian. Kadang hidup memang selucu itu,” bisik Sofie, sahabatnya selain Elka, kemudian terkekeh geli.

“Kamu beruntung sekali menikah dengan Bian.” Komentar itu salah satunya yang didengar Tatiana dari teman-temannya yang lain.

Tatiana tersenyum kecil menanggapinya. Dia kembali melirik Bian yang kini menunjukkan muka datar. Tanpa ekspresi, tanpa senyum. Sangat kontras dengan saat mereka bersalaman dan berswafoto dengan para tamu.

Tatiana sebelumnya memang mengenal Bian melalui Darren. Dan Bian juga mengenal Tatiana sebagai calon istri Darren yang adalah keponakannya. Selisih umur Bian dengan Darren hanya lima tahun. Mereka lebih terlihat seperti kakak dan adik. Bukan seperti paman dan keponakan. Tatiana tidak tahu seperti apa jati diri Bian yang sesungguhnya. Baik itu sifat, karakter, kesukaan, hal-hal yang dibenci, serta lainnya. Tatiana hanya tahu kalau Bian adalah seorang pengusaha muda yang sukses. Bian bisa dikategorikan sebagai salah seorang public figure non celeb. Beberapa kali Tatiana sempat melihat Bian muncul di media. Tapi saat itu sosok Bian bukanlah seseorang yang bisa menarik minat dan menyita habis perhatian serta pikirannya. Saat itu kepala Tatiana hanya diisi oleh Darren, Darren, dan Darren lagi. Lelaki berparas elok, baik, tapi sayangnya berbeda nasib dengan Bian. Darren hanyalah seorang lelaki biasa dengan kehidupan yang biasa-biasa pula. Termasuk profesinya. Dia tidak seberuntung Bian. Dia bukan CEO atau direktur. Darren hanyalah seorang karyawan kubikel non jabatan dengan penghasilan standar tapi mencukupi dan tidak berlebih.

***

Pesta telah usai sejak beberapa jam yang lalu. Sekarang tinggal lelahnya. Saat ini Tatiana dan Bian berada di kamar presidential suite hotel tempat mereka menyelenggarakan pesta pernikahan.

Tatiana berbaring di ranjang pengantin mereka. Tidak ada taburan kelopak mawar merah di atas pemukaan kasur. Mereka seperti layaknya tamu hotel biasa.

“Aku yang meminta agar kamar ini tidak dihias apa pun,” ujar Bian seolah mengetahui pikiran Tatiana. Lelaki itu melepas satu demi satu pakaian yang melekat di tubuhnya.

“Oh…,” sahut Tatiana. Jantungnya berdenyut aneh saat melihat Bian yang kini bertelanjang dada. Apa yang akan dilakukannya? Apa malam ini Bian akan meminta haknya? 

‘Aku belum siap!’ Tatiana berteriak di dalam hati. Tanpa sadar dia memeluk dirinya sendiri yang mengenakan piyama tidur lengan panjang. Bukan lingerie seksi. Tatiana kemudian menarik selimut tinggi-tinggi dan menutupi mukanya.

Bian berjalan mendekati tempat tidur. Dia juga terlalu lelah dan ingin beristirahat. Namun langkahnya terhenti. Di mana dia akan tidur? Matanya berlarian mengitari setiap sudut ruangan. Ah, mungkin di sofa itu lebih baik.

Bian lalu merebahkan tubuh di sofa itu. Diliriknya Tatiana yang menenggelamkan diri di bawah selimut. Bian sama sekali tidak menyangka kalau pada akhirnya mereka akan terjebak pada hubungan yang menurutnya absurd ini. Mereka hanya dua orang yang sama-sama disakiti dan disatukan dalam sebuah ikatan suci. Bagi Bian ini adalah hal paling gila yang pernah dilakukannya sepanjang tiga puluh tahun kehidupannya.

Tidak mendengar suara atau gerakan apa pun, Tatiana membuka mata dan mengintip setelah menyibak sedikit selimut yang menutupi kepalanya. Dia memutar tubuh dengan gerakan yang teramat perlahan. Tidak ada Bian di sebelahnya. Ke mana dia? 

Menjawab rasa penasaran, Tatiana menurunkan selimut hingga sebatas dada agar bisa melihat lebih jelas. Matanya menyapu seluruh penjuru kamar. Akhirnya Tatiana menemukan Bian berbaring di sofa. Kenapa dia tidur di sana? Bukankah ranjang ini sangat besar? Bahkan, Tatiana rasa bisa memuat sampai empat orang.

“Bian!” panggil Tatiana, dan dia mendengar suaranya sendiri menggema di ruangan. Tanpa sahutan atau jawaban. “Bian!!!” Kali ini suara Tatiana lebih keras.

Bian membuka mata. Dia hampir saja tertidur saat mendengar Tatiana memanggilnya. “Iya?”

“Kenapa tidur di sana?” tanya Tatiana heran.

Bian tidak menjawab. Matanya menatap lurus pada perempuan yang kini dia namakan istri. Ya, istri. Seseorang yang seharusnya akan menjadi tempat berbagi seumur hidup.

“Tidur di sini saja,” ujar Tatiana agar Bian pindah ke sebelahnya.

‘Apa aku harus tidur dengan dia?’ Bian berpikir sendiri. Namun sepertinya tempat tidur besar itu terlihat sangat empuk ketimbang sofa tempatnya berada sekarang. Bian duduk, lalu beranjak, naik ke tempat tidur, berbaring di sebelah Tatiana.

“Aku tidur duluan ya, tubuhku terasa lelah,” keluh Tatiana meski Bian tidak bertanya.

Bian menatap muka Tatiana yang kini polos tanpa riasan apapun. Begitu kontras dengan tadi saat mereka berpesta. Tidak pernah Bian melihat Tatiana dalam jarak sedekat ini. Dan ternyata Tatiana jauh lebih menarik dengan tampil alami seperti sekarang.

Bian tersentak. Saat ini bukan muka Tatiana lagi yang dia lihat karena istrinya itu sudah tidur membelakanginya. Bian pun melakukan hal yang sama. 

Dan, malam itu keduanya tidur dengan punggung saling bertatapan. Tanpa ada malam pertama.

***

Related chapters

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Yang Penting Aku Mencintainya

    “Tatiana, bisa kita bicara sebentar?” Suara Bian mengagetkan Tatiana yang sedang duduk melamun di pinggir kolam renang dengan kaki terulur ke dalam air.Tatiana menoleh. Didapatinya Bian sedang berdiri di sisi pintu. Sebuah kacamata hitam membingkai wajahnya.Tatiana bangkit dari duduk, lalu mengikuti Bian yang kembali masuk ke kamar.“Ada apa, Bi?” “Orang tuaku akan datang dari Madrid, nanti malam mereka sudah sampai. Kamu siap-siap ya!”“Madrid?”“Iya, Spanyol. Kamu tahu kan?”Tatiana mengangguk pelan. Bagaimana mungkin dia tidak tahu. Setidaknya secara geografis Tatiana paham letak negara tersebut, walaupun dia belum pernah ke sana. Jujur saja, Tatiana mengagumi salah satu pemain bola dari klub Real Madrid. Bahkan, Tatiana pernah mempunyai impian untuk mengunjungi negara tersebut. Tapi, bagi Tatiana impian itu akan selamanya tetap menjadi mimpi. Darren juga pernah bercerita bahwa Bian adalah pria berdarah campuran Spanyol dan Indonesia.Bian pergi meninggalkan Tatiana sebelum dia

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Perempuan Semacam Ini

    Bian masuk ke kamar setelah orang tua dan adiknya pulang. Lelaki itu melihat Tatiana sedang duduk bercermin di depan kaca. Istrinya itu sedang menyisir rambut, lalu mengoleskan sesuatu ke mukanya. Mungkin semacam krim malam atau sejenis kosmetika lainnya. Bian tidak tahu apa dan tidak mau tahu. Hanya sekedar itu. Bian tidak memedulikannya. Dia lalu merebahkan diri ke tempat tidur dan menarik selimut. Tak lama dia pun tertidur.Tatiana mendesah lelah. Banyak yang ingin ditanyakannya. Nyatanya dia menelan sendiri rasa itu kala melihat Bian yang sepertinya teramat lelah. Buktinya dia memilih mendekam di bawah selimut ketimbang mengajaknya bicara.Tatiana ikut berbaring di sebelah Bian yang tidur membelakanginya. Dia harus segera memejamkan mata karena besok sudah harus kembali bekerja. Tapi yang ada, meskipun matanya terpejam, pikirannya jalan-jalan. Semua percakapan Bian dan orang tuanya tadi begitu mengganggu hati dan pikirannya. Membuatnya resah, galau, juga terhina.***Keesokan har

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Godaan Bibir Kissable

    “Yang benar saja, Bi? Aku nggak percaya kalau dia istri kamu!” kata Gladys tidak terima. Saat ini mereka sedang berbicara di salah satu sudut lounge.“Terserah kamu percaya atau nggak. Nyatanya dia adalah istriku!” “Istri sewaan? Iya? Cuma buat manas-manasin aku kan? Nggak akan mempan, Bi! Apalagi cewek kayak gitu yang kamu sodorin ke aku,” oceh Gladys dengan ekspresi jijik.“Kayak gitu gimana, hah? Buktinya dia jauh lebih baik dari kamu.”“Cuih! Perempuan kayak gitu kamu bilang baik? Dilihat dari puncak Monas juga nggak ada bagus-bagusnya!” Gladys mengambil jeda, lantas menoleh sekilas pada Tatiana yang berdiri terpaku kebingungan sendiri.Bian ikut melirik istrinya itu. Tatiana terlihat seperti orang bingung dalam diamnya. Tatiana pasti terheran-heran dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Bian pun tidak ingin ambil peduli. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan perempuan berbibir seksi yang kini bersamanya.“Aku nggak ngerti deh, Bi, apa bagusnya dia? Wajah biasa, pen

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Bukan Urusanmu

    Tatiana mondar-mandir sendiri di kamarnya yang luas dan besar. Sudah lewat jam dua malam, tapi hingga detik ini Bian masih belum pulang. Tidak ada kabar apa pun dari lelaki itu, semisal sebaris pesan singkat. Tapi bukankah Bian tidak pernah berkabar? Apa pun yang terjadi Bian tidak akan peduli. Tatiana kembali mengingatkan diri bahwa mereka adalah dua orang asing yang dikumpulkan dalam sebuah ruangan.‘Kenapa aku harus khawatir? Dia saja tidak pernah memedulikanku. Bahkan dia meninggalkanku untuk wanita lain.'Atas pemikirannya barusan, maka Tatiana pun mencoba untuk tidur setelah merebahkan diri di tempat tidur. Diusapnya permukaan kasur yang kosong dan dingin. Sama dinginnya dengan hatinya saat ini. Semestinya Tatiana tidak perlu cemas, nyatanya dia sangat mengkhawatirkan Bian. Di mana Bian menginap sekarang? Apa di tempat perempuan itu? Pernikahan macam apa ini? Sampai kapan akan seperti ini? Tatiana larut dalam pikirannya sendiri. Entah berapa lama, sampai akhirnya dia tertidur

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Buanglah Mantan Pada Tempatnya

    Pagi ini sama seperti pagi-pagi yang lain. Hampir setiap ruas jalan yang Tatiana lewati dipenuhi oleh kendaraan. Mulai dari roda empat hingga roda dua seperti Tatiana sekarang. Sebagian dari mereka Tatiana yakin adalah karyawan seperti dirinya yang sedang mengejar waktu.Tatiana hampir saja lolos dari antrian panjang di traffic light, nyatanya dia harus terjebak perangkap lampu merah lagi karena terlambat bergerak. Terpaksa Tatiana mengumpulkan lagi kesabarannya.Dari balik kaca helm yang gelap Tatiana menoleh pada Land Cruiser hitam yang ikut antri di sebelahnya. Tatiana rasa dia mengenal mobil itu. Tatiana lalu membuka kaca helm agar bisa melihat dengan lebih jelas. Mirip mobil Bian, pikirnya. Tapi bukankah di kota ini banyak yang memiliki mobil serupa? Mungkin saja itu bukan Bian. “Pak Bian, itu bukannya Ibu Tatiana?” tanya Mario saat melihat Tatiana yang juga ikut antri menunggu lampu merah bersamanya.Bian mengarahkan mata pada pandangan Mario. Iya, itu memang Tatiana. Bian mena

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Termakan Rayuan

    Fortune Corp. jam 12 siang.“Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?” tanya Kania, sekretaris Bian setelah menuangkan Martell XO Supreme Cognac ke dalam gelas kecil yang berisi es batu dan meletakkannya di atas meja sesuai dengan permintaan Bian. “Sedikit saja, Kania!” Itu kata Bian tadi. Dan Kania memenuhi permintaan sang atasan.“Nggak ada. Sekarang kamu boleh keluar,” suruh Bian. Dia sedang ingin sendiri tanpa direcoki siapa pun. Pikirannya saat ini betul-betul kacau sekacau-kacaunya. Dan yang Bian inginkan hanya sendiri tanpa gangguan apa pun.“Baik, Pak.” Kania lalu meninggalkan ruangan Bian.Bian memijit kecil pelipisnya dengan siku tertopang ke meja. Kepalanya yang berdenyut terasa bertambah berat. Bukan apa-apa, sejak pertemuannya dengan Gladys kemarin, Bian merasa hatinya yang sudah tenang kembali terusik. Bian tidak ingin lagi berhubungan dengan perempuan itu. Tapi semesta masih belum sepakat. Hal itu pun terbukti saat ini ketika tiba-tiba Gladys kembali muncul di hadapannya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Modus Yang Mulus

    Kingdom Residence, 14.30.Bian melepas jas, tak lupa melonggarkan dasi, lantas menyingsingkan lengan kemeja sampai ke siku. Dirinya merasa sesak dengan atribut itu. Bian merasa butuh lebih banyak oksigen. Saat ini Bian sudah merebahkan tubuh di atas sofa abu-abu di apartemen Gladys. Sementara perempuan itu bergerak ke belakang untuk mengambil air putih.Memandangi langit-langit, Bian larut dalam pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa berada sini? Seharusnya jam segini dia sedang berada di kantor, memeriksa RAB yang sudah disiapkan bagian keuangan perusahaannya dan hanya tinggal persetujuannya saja. Nyatanya dia malah berada di sini. Di apartemen Gladys. Perempuan yang berprofesi sebagai script writer sekaligus penulis buku itu seolah punya kekuatan magis yang membuat Bian takluk padanya. Sebut saja Bian lemah. Tapi jangan hubung-hubungkan dengan profesi dan apa pun yang dia miliki. Cinta adalah masalah rasa. Siapa pun pernah memiliki rasa itu, atau minimal merasakannya. Jang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Bercintalah Denganku

    Gladys menuangkan red wine ke dalam gelas setelah sesi makan malam mereka berakhir. Dia tersenyum tipis menyadari Bian yang mengamati gerak-geriknya. “Sedikit aja, Dys,” kata Bian memberitahu saat Gladys akan menuang cairan beralkohol itu sampai penuh.“Apa nggak terlalu sedikit?” Gladys melihat isi gelas yang tidak sampai setengah. Padahal biasanya Bian sanggup menenggak bergelas-gelas minuman itu.“Nggak kok, segitu aja.” Bian sedang tidak ingin minum banyak malam ini. Bian tahu kapan tubuhnya benar-benar hanya ingin minum, pun saat dia benar-benar ingin mabuk.Dengan gerakan yang teramat anggun, Gladys memberikan gelas yang sudah berisi pada Bian. Lelaki itu lalu menyesapnya pelan-pelan. Tiba-tiba Bian teringat Tatiana kala matanya tak sengaja bertemu dengan cincin nikah mereka. Hanya itu. Bian tidak ingin memikirkan Tatiana dan menambah penuh isi kepalanya. Perempuan di sampingnya lebih menyita perhatiannya.Bian menoleh ke kanan, dan dia menemukan Gladys sedang tersenyum mesra

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Mencuri Kecupan

    Mereka masih di dalam perjalanan menuju penginapan ketika Flo teringat sesuatu yang mengganggu pikirannya hingga saat ini. Ditolehkannya kepala pada Rei yang sedang menyetir. “Rei, boleh aku bertanya sesuatu?” “Ya, ada apa, Flo? Tanya saja.”“Rei, kenapa kamu menikah dengan Clara dan kenapa membatalkannya?”Usapan tangan Rei di pundak Flo semakin terasa. Masih banyak yang belum dia ceritakan pada istrinya itu. Rei menyadari dia harus memberitahu semuanya pada Flo.“Flo, nanti kamu akan tahu sendiri alasannya.”“Tidak bisa katakan sekarang saja?”“Nanti saja ya, aku khawatir tidak akan konsentrasi menyetir.”“Oh, okay!”Flo terheran-heran saat melihat penginapan tempat Rei dan Lala menginap. Kecil, biasa dan jauh dari kesan mewah. Flo tidak mengerti kenapa Rei memilih tempat ini. Kenapa bukan hotel yang besar saja? Atau minimal tempat yang layak dan identik dengan image seorang Rei.Rei membuka pintu mobil untuk Flo dan mengajaknya turun. Tangannya kemudian melekat di pinggang Flo,

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Back to You

    ‘’Anak kita?” Kerutan dalam tercipta di dahi Rei. Dia tidak mengerti anak bagaimana yang dimaksudkan Flo. “Iya, Rei, Noah anak kita.” Flo mengulang kata-katanya dengan suara yang terdengar lebih tegas. Rei semakin kebingungan karena informasi yang didapatnya setengah-setengah. Matanya menatap Flo dan bayi laki-laki itu secara bergantian.“Flo, bagaimana maksudnya? Aku tidak mengerti. Tolong terangkan dengan jelas.”Wajah Flo berubah pucat. Tiba-tiba dia merasa takut kalau saja Rei akan mengingkari darah dagingnya sendiri. Bukan tidak mungkin. Mereka berpisah hampir setahun. Dalam rentang waktu segitu banyak hal bisa terjadi. Bisa jadi Rei akan menuduh Noah adalah anak hasil hubungan dengan lelaki lain.“Flo bisa jelaskan padaku mengenai ini semua?” Rei mengulang kata-katanya. Kesabaran yang dia milki sedikit lagi mencapai ambangnya. Bukan karena marah atau emosi, tapi karena rasa penasarannya akan jati diri bayi mungil itu. Tadi Flo mengatakan ‘anak kita.’ Itu artinya anaknya dan F

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Wayback Into Love

    Turun dari mobil, Rei tidak sabar menunggu sebuah truk yang akan melintas. Selama beberapa detik pandangannya terhalang. Begitu truk tersebut berhasil melewatinya, Rei melangkah cepat menyeberangi jalan. Dia sudah tidak tahan ingin segera sampai ke rumah itu.Sesaat Rei berdiri di depan pagar yang tidak terkunci. Dia merasa ragu untuk masuk. Memangnya ini rumah siapa? Apa yang harus dilakukan dan dikatakannya nanti pada orang itu?‘Aku tidak akan pernah tahu jawabannya kalau tidak mencari tahu,’ bisik suara kecil di dalam hatinya. Hal itu yang mendorong Rei dan membulatkan tekad untuk menggerakkan kaki.Pagar berwarna hitam itu tidak menimbulkan suara atau decitan apapun saat Rei membukanya sehingga perempuan yang sedang duduk menunduk itu pun tidak menyadari kedatangannya.Langkah Rei yang terayun pelan dan tanpa suara kian menjadikan semua semakin sempurna. Perempuan itu masih belum mengetahui ketika Rei sudah berdiri tidak lebih dari semeter dengannya. Dia menunduk sambil memandang

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   I Miss You

    Flo baru saja selesai mandi dan hanya memakai handuk ketika pintu kamarnya digedor dengan keras. Bahkan nyaris saja membangunkan baby Noah yang baru saja tertidur beberapa saat yang lalu. “Ada apa, An? Kamu hampir saja membangunkan Noah,” ujar Flo saat membuka pintu dan melihat Anne berdiri di hadapannya dengan ekspresi yang sulit dia baca.Anne berdiri mematung dengan wajah pucat seperti baru saja melihat mayat. Tidak pernah Flo melihat ekspresi wajah Anne seperti itu sebelumnya.“An, ada apa?” tanya Flo penasaran sekaligus panik karena tidak biasanya Anne bertingkah seperti itu. “bukankah seharusnya kamu berada di lokasi pernikahan Rei? Bagaimana acaranya? Lancar? Mereka pasti bahagia. Iya kan? Aku sudah tahu, jadi kamu tidak perlu menceritakannya lagi,” cerocos Flo tanpa henti.Anne yang berdiri di depan pintu menerobos masuk melewati Flo. “Pakai bajumu dulu, Flo,” ujarnya melihat Flo yang masih menggunakan handuk.Flo berjalan mendekati lemari, membukanya dan mengambil sembara

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Setelah Kejadian Itu

    Rei tahu, setelah kekacauan yang dia timbulkan dia tidak mungkin pulang ke rumah. Orang-orang pasti mencarinya ke sana. Tidak mungkin mereka akan diam saja. Rei tidak tahu ke mana akan pergi. Yang dilakukannya terus mengendara sejauh mungkin.“Pa, kita mau ke mana?” tanya Lala karena memasuki jalan yang belum pernah mereka lalui sebelumnya.Rei menoleh ke arah Lala. Dia menggaruk leher belakang, kebingungan. “Kita ke penginapan saja ya,” putusnya kemudian.“Kenapa ke penginapan, Pa? Kenapa tidak pulang ke rumah?” tanya Lala kebingungan. Begitu banyak hal yang ingin diketahui dan memenuhi kepalanya.Rei berdehem. Dia tidak mungkin menyembunyikan penyebab yang sebenarnya dari Lala yang kritis karena pasti akan terus bertanya. Anak itu tidak akan berhenti sebelum merasa puas.“Nanti kita bicara kalau sudah tiba di sana.” Rei menjawab sembari mengusap kepala Lala dengan sebelah tangan.Rei pikir tidak akan efektif jika membicarakan hal sekrusial ini setengah-setengah. Dia butuh waktu sert

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Batal Nikah

    Angin berembus membuat daun-daun cemara yang tumbuh di sepanjang North Park bergoyang-goyang. Dari sela dedaunan, seekor burung mencicit riang, seolah ikut merasakan kebahagiaan yang dialami sepasang anak manusia yang hari ini akan menyatukan hati dan diri dalam ikatan yang suci dan sakral.Rei bertahan di tempatnya berdiri, ditemani oleh Marthin—tangan kanan yang dia percayai mengelola restorannya. Butuh waktu bagi Rei untuk menenangkan diri pada menit-menit terakhir pernikahannya dengan Clara.Para tamu undangan dalam jumlah terbatas sudah hadir sejak tadi. Mereka sudah tidak sabar ingin menyaksikan prosesi pernikahan sang duda tampan serta gadis muda yang menjadi primadona.“Rei, sampai kapan akan berdiri di sini?” tanya Marthin karena Rei terus membatu seperti patung yang ditinggalkan pemahatnya. Tangan Marthin menepuk pundak Rei seperti seorang bapak pada anaknya.Rei mengembuskan napas keras lalu menatap Marthin dengan wajah yang nyaris tanpa ekspresi.“Jangan gugup, Rei, bukank

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Ikatan Batin (3)

    Rei terbangun dari tidurnya dengan napas terengah-engah. Keringat bercucuran dari dahi dan bagian tubuh lainnya. Hampir seluruh badannya basah.‘Astaga, mimpi itu lagi,’ gumamnya pelan. Rei mengatur napas dan menetralisir perasaannya. Pelan-pelan dia merangkai kejadian demi kejadian yang dialaminya dalam mimpi tadi. Ini adalah ketiga kalinya dalam tiga hari berturut-turut dia memimpikan hal yang sama.Di dalam mimpinya Rei mendatangi rumah di pinggir kota lalu berhenti di depannya. Dia kembali mendengar tangisan bayi yang menyayat hati dan membuat batinnya perih. Rei tidak tahu siapa pemilik rumah itu, siapa yang tinggal di sana dan anak siapa bayi itu. Tapi seperti ada yang memanggilnya untuk datang ke sana.Menjangkau handphone di atas nakas, Rei melihat penunjuk waktu digital di layar gawai. Jam dua tengah malam. Beberapa hari belakangan Rei selalu terbangun setiap jam segini. Dan setelah itu biasanya dia tidak akan bisa memejamkan mata.Menyingkap selimut, Rei beranjak dari tempa

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Ingin Mengganti Semuanya

    Sore itu Anne pulang dengan langkah lesu. Tidak hanya langkahnya, tapi juga mukanya. Setelah bertemu dengan Rei serta Clara tadi, hati dan perasaannya kacau balau. Bagaikan dirinyalah yang berada di posisi Flo. Sepanjang perjalanan pulang, Anne terus digerogoti keraguan. Akan menyampaikan pada Flo atau tetap menyimpannya sendiri. Semua pasti ada konsekuensinya.“Hai, An, sudah pulang?” tegur Flo yang sedang memandikan baby Noah.“Iya,” sahut Anne lesu dan ikut memerhatikan kakaknya itu memandikan anaknya.“Kamu kenapa lesu begitu? Sedang ada masalah?” Flo memindahkan mata pada Anne yang terdengar dan terlihat lemas.Anne diam saja. Kebimbangan masih meliputinya. Antara ingin mengatakan atau tetap menyimpannya di dalam hati.Gadis itu kemudian membiarkan Flo menyelesaikan pekerjaannya memandikan baby Noah dan membawa ke kamar.Flo berpikir sendiri di dalam hati kenapa Anne mengikutinya. Lagi pula tidak biasanya adiknya itu pulang secepat ini. Pasti ada sesuatu yang telah terjadi.“An,

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Membuka Diri, Bukan Hati

    Setelah membulatkan tekad, rencana Rei pun matang untuk menikahi Clara. Pelan-pelan Rei mulai mencoba membuka diri untuk menerima perempuan yang nantinya akan dia sebut sebagai istri. Kesadaran yang datang padanya bahwa sepanjang sisa hidupnya akan dia habiskan bersama perempuan itu membuatnya mulai mengikhlaskan apa saja yang sudah dia alami dan terjadi dalam hidupnya. Mungkin dia memang akan membuka diri, tapi bukan hatinya.“Rei, aku sudah hunting WO yang bagus, teman-teman aku juga memberikan beberapa rekomendasi, tapi aku masih bingung harus pilih yang mana.” Clara menunjukkan beberapa buah brosur pada Rei dan meletakkannya di atas meja.“Terserah kamu saja, Cla. Kamu pasti tahu yang terbaik.” Rei menjawab tanpa memandang pada brosur-brosur itu, bahkan melirik pun tidak. Komputer lipat di hadapannya lebih menyita perhatiannya. Di layar terbuka di hadapannya, tertampil sederet angka-angka yang merujuk pada laporan penjualan Cena Romantica bulan ini.“Rei, ayolah, tinggalkan itu du

DMCA.com Protection Status