Beranda / Romansa / Wanita Yang Menginginkan Suamiku / Buanglah Mantan Pada Tempatnya

Share

Buanglah Mantan Pada Tempatnya

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-06 14:36:52

Pagi ini sama seperti pagi-pagi yang lain. Hampir setiap ruas jalan yang Tatiana lewati dipenuhi oleh kendaraan. Mulai dari roda empat hingga roda dua seperti Tatiana sekarang. Sebagian dari mereka Tatiana yakin adalah karyawan seperti dirinya yang sedang mengejar waktu.

Tatiana hampir saja lolos dari antrian panjang di traffic light, nyatanya dia harus terjebak perangkap lampu merah lagi karena terlambat bergerak. Terpaksa Tatiana mengumpulkan lagi kesabarannya.

Dari balik kaca helm yang gelap Tatiana menoleh pada Land Cruiser hitam yang ikut antri di sebelahnya. Tatiana rasa dia mengenal mobil itu. Tatiana lalu membuka kaca helm agar bisa melihat dengan lebih jelas. Mirip mobil Bian, pikirnya. Tapi bukankah di kota ini banyak yang memiliki mobil serupa? Mungkin saja itu bukan Bian.

“Pak Bian, itu bukannya Ibu Tatiana?” tanya Mario saat melihat Tatiana yang juga ikut antri menunggu lampu merah bersamanya.

Bian mengarahkan mata pada pandangan Mario. Iya, itu memang Tatiana. Bian menatapnya sekilas, lalu memalingkan muka.

“Pak Bian, kasihan Ibu Tia,” celetuk Mario dari depan.

“Kasihan apanya?”

“Mendingan cariin supir buat Bu Tia, Pak.”

“Sudahlah, Yo. Biarkan saja dia sesukanya. Bukankah tadi aku sudah bilang?”

“Iya, Pak.” Mario mengalah, berhenti mendebat Bian. Tapi matanya masih belum lepas dari Tatiana.

“Mario, jalan!” suruh Bian saat lampu hijau sudah menyala.

“Iya, Pak.” Mario agak tersentak karena padangannya masih terfokus pada Tatiana.

Tiga ratus meter sebelum tiba kantor, Tatiana berhenti di tempat tukang bubur langganannya. Tatiana ikut antri bersama para pembeli lain. Sama seperti pagi sebelumnya, tukang bubur langganannya ini memang selalu ramai. Selain enak, harganya juga murah. Saking seringnya belanja di sini, yang jualan sudah mengenal Tatiana.

“Eh, Mbak Tia, tumben udah lama nggak ke sini?” sapa tukang bubur pada Tatiana.

“Iya nih, Pak, kebetulan baru sempat ke sini,” jawab Tatiana ramah.

“Mas Darren mana, Mbak Tia?” tanya tukang bubur mengedarkan pandangan ke belakang Tatiana.

Tatiana tersenyum kikuk. “Saya nggak tahu, Pak,” jawabnya dengan lidah kelu.

“Lho, biasanya Mbak Tia bareng mas Darren kan?” tanya tukang bubur heran. Seingatnya dulu hampir setiap pagi Tatiana dan Darren membeli bubur dagangannya. Hanya saja belakangan ini Tatiana dan Darren sudah lama tidak muncul, dan sekalinya datang, yang ada hanya Tatiana sendiri.

“Ehm, iya, tapi sekarang udah nggak lagi,” jawab Tatiana kemudian. “Buburnya satu, Pak, kayak biasa, nggak pake kacang,” pinta Tatiana agar bapak tukang bubur tidak lagi membicarakan Darren.

“Iya, Mbak Tia, siap. Bapak masih ingat kok. Kalau Mbak Tia nggak pake kacang, biasanya Mas Darren pasti nggak pake bawang. Hehehe …”

Tatiana tersenyum kecut saat tukang bubur berceloteh yang mengingatkannya lagi pada sosok Darren dan kebiasaan-kebiasaannya.

“Makasih ya, Pak.” Tatiana menerima seplastik bubur ayam pesanannya sambil menyodorkan sehelai uang kertas.

“Sama-sama, Mbak Tia.” Tukang bubur melepas Tatiana dengan senyum.

Tatiana hampir saja menabrak seseorang karena terburu-buru. “Maaf, saya ti--“ Kalimatnya tercekat di kerongkongan saat melihat siapa yang dia tabrak. Seketika tatapannya nanar kala menyaksikan Darren kini ada di hadapannya. Tidak sendiri, tapi bersama perempuan itu. Tatiana masih ingat. Namanya Kiara. Bagaimana tidak ingat. Insiden nama yang tertukar di buku pendaftaran pernikahan tidak akan pernah dilupakannya seumur hidup.

“Tia, apa kabar?” tanya Darren yang di telinga Tatiana terdengar begitu ringan, tanpa rasa bersalah sama sekali.

Tatiana tidak menjawab. Dia ingin segera lenyap dari tempat itu sesegera mungkin. Tapi tanpa sengaja matanya menabrak perut Kiara yang sudah membesar.

Jadi dia hamil? Hebat! Padahal mereka baru saja menikah. Mungkin hanya selang beberapa hari sebelum Tatiana juga menikah. Kalau perutnya sudah sebesar itu, berarti sudah sejak lama mereka berselingkuh. Tatiana jadi geram sendiri. Tatiana mencoba mengingat lagi. Saat mereka bertemu sebelumnya Kiara memakai baju yang tampak longgar. Mungkin untuk menyamarkan perutnya yang tidak lagi rata. Dan kini Tatiana bisa dengan jelas menyaksikan semuanya.

“Tia!” Darren berseru memanggil Tatiana yang sudah menstarter motor dan berniat menyusul, tapi cekalan Kiara di tangannya menahan aksinya.

Rasa sakit itu menyerang lagi. Membuat dada tatiana kembali terasa sesak.

‘Tega kamu, Ren! Ternyata sudah dari dulu kamu mengkhianatiku. Sudah berapa lama, Ren? Lima bulan? Enam bulan? Sembilan bulan? Atau satu tahun? Atau malah sejak dua tahun yang lalu? Atau jangan-jangan selama ini aku memacari kekasih orang? Capek-capek pacaran, tapi ternyata aku cuma jagain jodoh orang.’

Di parkiran kantornya Tatiana bertemu Elka.

“Tia, kenapa pake motor?” tanya temannya itu heran.

“Kenapa memangnya?” timpal Tatiana.

“Tia, udah nggak pantas. Kamu itu istri Bian. Kamu tahu sendiri kan Bian itu siapa?”

“Memangnya siapa dia?” tanya Tatiana hampa. Masih sepagi ini tapi mood-nya sudah berantakan gara-gara bertemu Darren tadi.

“Lho, kamu gimana sih? Kok malah nanya aku?”

Tatiana tersenyum kecut. “Memangnya setelah aku menjadi istri dia aku harus berubah? Memangnya aku nggak boleh lagi jadi diriku sendiri?”

“Bukan gitu, Tia, tapi kamu harus bisa menyesuaikan diri. Kamu harus ingat, Bian itu bukan orang sembarangan. Dia orang terkenal, sukses, tajir, dan pintar.”

‘Iya, pintar nyakitin aku,’ keluh Tatiana di dalam hati.

Tatiana menuang bubur yang dibelinya tadi ke dalam mangkok. Saat ini dia dan Elka sudah berada di pantry. “Sorry, El, aku cuma beli satu.”

“Nggak apa-apa, aku sudah sarapan kok. Oh iya, itu kamu belinya di tukang bubur langganan sama Darren dulu ya?”

Suapan Tatiana terhenti. Bubur yang semestinya lembut terasa keras dan susah untuk ditelan.

“Iya. Tadi aku juga ketemu dia di sana. Dia sama cewek itu. Dan teryata dia sedang hamil. Aku sedih, El. Bisa nggak kamu bayangin, mereka baru kemarin menikah tapi dia sudah hamil. Itu artinya Darren mengkhianatiku dari dulu. Dan aku dengan begitu bodohnya percaya sama dia.”

Elka mematung dengan mulut setengah terbuka. Cerita Tatiana membuatnya syok.

“Aku sedih, El,” ucap Tatiana lagi. Bagi Tatiana, Elka adalah sahabat terbaiknya. Dia bisa mengadukan apa saja padanya. Nyaris tidak ada rahasia di antara mereka. Kecuali cerita tentang Bian, pastinya.

“Sudahlah, Tia … Lupakan Darren. Buanglah mantan pada tempatnya. Yang penting sekarang kamu sudah mendapat ganti yang jauh lebih baik. Iya kan?”

“Iya.” Tatiana mengangguk tidak yakin.

***

Bab terkait

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Termakan Rayuan

    Fortune Corp. jam 12 siang.“Ada lagi yang harus saya lakukan, Pak?” tanya Kania, sekretaris Bian setelah menuangkan Martell XO Supreme Cognac ke dalam gelas kecil yang berisi es batu dan meletakkannya di atas meja sesuai dengan permintaan Bian. “Sedikit saja, Kania!” Itu kata Bian tadi. Dan Kania memenuhi permintaan sang atasan.“Nggak ada. Sekarang kamu boleh keluar,” suruh Bian. Dia sedang ingin sendiri tanpa direcoki siapa pun. Pikirannya saat ini betul-betul kacau sekacau-kacaunya. Dan yang Bian inginkan hanya sendiri tanpa gangguan apa pun.“Baik, Pak.” Kania lalu meninggalkan ruangan Bian.Bian memijit kecil pelipisnya dengan siku tertopang ke meja. Kepalanya yang berdenyut terasa bertambah berat. Bukan apa-apa, sejak pertemuannya dengan Gladys kemarin, Bian merasa hatinya yang sudah tenang kembali terusik. Bian tidak ingin lagi berhubungan dengan perempuan itu. Tapi semesta masih belum sepakat. Hal itu pun terbukti saat ini ketika tiba-tiba Gladys kembali muncul di hadapannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Modus Yang Mulus

    Kingdom Residence, 14.30.Bian melepas jas, tak lupa melonggarkan dasi, lantas menyingsingkan lengan kemeja sampai ke siku. Dirinya merasa sesak dengan atribut itu. Bian merasa butuh lebih banyak oksigen. Saat ini Bian sudah merebahkan tubuh di atas sofa abu-abu di apartemen Gladys. Sementara perempuan itu bergerak ke belakang untuk mengambil air putih.Memandangi langit-langit, Bian larut dalam pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa berada sini? Seharusnya jam segini dia sedang berada di kantor, memeriksa RAB yang sudah disiapkan bagian keuangan perusahaannya dan hanya tinggal persetujuannya saja. Nyatanya dia malah berada di sini. Di apartemen Gladys. Perempuan yang berprofesi sebagai script writer sekaligus penulis buku itu seolah punya kekuatan magis yang membuat Bian takluk padanya. Sebut saja Bian lemah. Tapi jangan hubung-hubungkan dengan profesi dan apa pun yang dia miliki. Cinta adalah masalah rasa. Siapa pun pernah memiliki rasa itu, atau minimal merasakannya. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Bercintalah Denganku

    Gladys menuangkan red wine ke dalam gelas setelah sesi makan malam mereka berakhir. Dia tersenyum tipis menyadari Bian yang mengamati gerak-geriknya. “Sedikit aja, Dys,” kata Bian memberitahu saat Gladys akan menuang cairan beralkohol itu sampai penuh.“Apa nggak terlalu sedikit?” Gladys melihat isi gelas yang tidak sampai setengah. Padahal biasanya Bian sanggup menenggak bergelas-gelas minuman itu.“Nggak kok, segitu aja.” Bian sedang tidak ingin minum banyak malam ini. Bian tahu kapan tubuhnya benar-benar hanya ingin minum, pun saat dia benar-benar ingin mabuk.Dengan gerakan yang teramat anggun, Gladys memberikan gelas yang sudah berisi pada Bian. Lelaki itu lalu menyesapnya pelan-pelan. Tiba-tiba Bian teringat Tatiana kala matanya tak sengaja bertemu dengan cincin nikah mereka. Hanya itu. Bian tidak ingin memikirkan Tatiana dan menambah penuh isi kepalanya. Perempuan di sampingnya lebih menyita perhatiannya.Bian menoleh ke kanan, dan dia menemukan Gladys sedang tersenyum mesra

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Jangan-Jangan Hamil

    Pagi ini Tatiana merasa badannya tidak seperti biasa. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga. Saat Tatiana memegang dahinya, dia merasakan hangat pada bagian itu. Tatiana tahu kondisi tubuhnya saat ini sedang menurun. Mungkin sebentar lagi dia akan demam. Hal itu diperkuat lagi dengan badannya yang meriang setelah mandi tadi.Bian masih belum pulang hingga saat ini, dan Tatiana mencoba untuk mengabaikannya.“Ibu Tia sakit? Muka Ibu pucat lho,” ujar Lina melihat wajah Tia yang agak pucat saat sarapan di ruang makan.Tatiana memegang pipinya, seolah dengan begitu dia bisa membuktikan perkataan Lina.“Nggak kok, Bi, saya nggak sakit,” sangkal Tatiana membantah.Lina terlihat kurang percaya, tapi dia tidak ingin mengusik Tatiana yang pagi ini terlihat sedikit berbeda. Mungkin merasa sedih kalau boleh Lina nilai.“Bi Lina, Pak Bian sering ya nggak pulang ke rumah?” tanya Tatiana tidak mampu lagi menyimpan sendiri rasa ingin tahunya.“Kadang-kadang sih, Bu, kalau lagi sibuk.”“Terus, apa dia k

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-06
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Someone Special

    Mario sudah menunggu di dalam mobil ketika Bian muncul. Melihat Bian membawa koper, lelaki itu dengan sigap keluar dari mobil dan mengambil alih dari Bian setelah terlebih dahulu membukakan pintu mobil agar Bian bisa masuk.“Jadi kita langsung ke bandara, Pak?” tanya Mario mengonfirmasi sekali lagi. Tadi Bian memang mengatakan padanya tujuan itu. Saat ini juga Bian akan berangkat ke Sumatera demi meninjau sendiri lokasi proyek tempat kecelakaan kerja terjadi.“Iya, kita langsung ke sana,” kata Bian menegaskan, menjawab pertanyaan Mario.“Pak Bian, tadi Bi Lina bilang Bu Tia lagi sakit, benar begitu, Pak?” tanya Mario lagi sambil melirik Bian melalui spion.“Iya,” sahut Bian dari jok belakang.“Jadi gimana, Pak?” Mario bertanya bingung.“Apanya yang gimana?”“Apa kita jadi pergi, Pak? Ibu Tia kan sakit.” “Itu nggak ada pengaruhnya, Yo. Lagian dia cuma commond cold, bukan sakit yang gimana-gimana.”“Tapi common cold juga sakit kan, Pak?” Entah mengapa Mario tidak suka pada respon Bian

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Sahabat Rasa Suami

    Healthy Hospital, 16.10“Ibu Tia baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan dan mungkin terlalu banyak pikiran. Nanti saya akan resepkan vitamin.” Pria muda dengan kumis tipis serta bersnelli putih berbicara sambil menuliskan sesuatu.Saat ini Tatiana memang sedang berada di ruang praktik dokter. Tidak sendiri, tapi berdua dengan Rei. Tadi, lelaki itu memang mati-matian membujuknya agar mau ke rumah sakit. Rei tidak tega melihat kondisi Tatiana yang lemah. Dan pada akhirnya Tatiana menyerah pada bujukan adik iparnya itu.“Terima kasih, Dok.” Rei mengambil kertas berisi resep obat yang disodorkan dokter padanya. Tatiana ikut berterima kasih, lantas keluar dari ruangan dokter.Rei mengajak Tatiana ke apotik dan memintanya duduk di kursi tunggu, sementara dirinya memberi resep obat tadi pada petugas apotik.“Tadi aku sudah telfon Bian.” Rei memberitahu setelah duduk disebelah Tatiana.“Terus?” timpal Tatiana tak bersemangat. Dia tidak ingin berharap apa pun. Tatiana tahu, Bian tidak akan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Bercinta

    Bian berdiri sendiri di beranda dengan tangan terlipat di dada. Dia menunggu kedatangan Tatiana. Sudah dua puluh menit berlalu, tapi masih belum ada tanda-tanda kalau istrinya itu akan tiba. Pasti mereka mampir kemana-mana dulu. Tidak mungkin tidak. Bian menggeram sendiri menahan kesal dan membendung emosi.Bian mondar-mandir untuk membunuhh waktu. Kenapa hatinya segelisah ini? Rasanya Bian tidak bisa menerima sikap Tatiana yang bertindak semaunya. Harusnya tadi Tatiana minta izin dulu sama Bian. Meskipun Bian tidak sedang berada di rumah tapi setidaknya Tatiana bisa meneleponnya sekadar memberitahu kalau dia akan meninggalkan rumah. Walau itu pergi dengan adiknya sendiri.Deru mesin mobil membuat Bian memutar tubuh. Land Rover Discovery berwarna putih memasuki halaman rumahnya. Itu mobil Rei. Dan yang dinantinya sejak tadi akhirnya datang juga. Tatiana turun dari pintu depan sebelah kiri.“Dari mana saja kamu?” tanya Bian dingin dengan tatapan menyelidik.“Dari rumah sakit,” jawab Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07
  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Kapan Kamu Ceraikan Dia?

    Sinar matahari yang menerobos masuk melalui jendela kaca kamar Gladys mengusik perempuan itu serta Bian yang tidur di sebelahnya. Gladys menyibak selimut dan melihat tidak satu pun kain menutup badannya serta pria di sampingnya.Gladys tersenyum puas membayangkan apa yang sudah terjadi semalam antara dirinya dan Bian. Meski berpisah selama apa pun, tapi Gladys selalu yakin kalau Bian pasti akan kembali padanya. Buktinya saat ini, Bian berada di pelukannya.Dalam diam Gladys memperhatikan Bian baik-baik. Hanya lelaki tampan ini yang membuatnya jatuh cinta berkali-kali. Usia hubungan mereka memang belum bertahun-tahun. Tapi jangan tanya sedalam apa cinta Bian padanya. Bian yang keras, sedikit kasar dan temperamen, hanya Gladys yang tahu cara menaklukkannya. Gladys tahu persis kelemahan Bian. Salah satunya lelaki itu begitu mudah mengambil keputusan saat emosi. Contohnya saat mereka lost contact, tau-tau Bian mengambil keputusan bodoh itu. Menikah dengan Tatiana.Gladys beranjak dari te

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-07

Bab terbaru

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Tamat

    Tokyo pagi itu lebih dingin dari biasanya. Gerimis yang turun sejak tadi menimbulkan rasa sejuk yang menembus hingga ke tulang. Membuat sebagian orang enggan keluar dari rumah. Jangankan dari rumah, bahkan Davin terlalu malas keluar dari selimut dan memilih meringkuk di dalamnya bersama wanita tercintanya.Sudah satu tahun belakangan Davin memboyong Angel dan anak-anak ke negara sakura itu. Sesuai dengan keinginan opinya—Delta Mahendra, yang mewariskan seluruh aset padanya. Maka Davin pun menggantikan Delta yang sudah sepuh menjalankan tugas sebagai pemimpin perusahaan dan pemilik berbagai usaha.Si kembar tiga saat ini sudah berusia sembilan tahun, disusul dengan El yang tahun ini menginjak delapan tahun. Sedangkan Romeo, ini adalah tahun ketiga hidupnya di dunia. Repot? Itu pasti. Pusing apalagi. Sering kali terdengar keributan di rumah itu. Semakin bertambah usia anak-anak rumah itu semakin ramai dan ricuh. Setiap hari ada saja yang diributkan. Yang besar suka mengganggu, sedangka

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Kebiri Saja Aku (Extra Part 17 - Davin & Angel)

    Lima tahun kemudian.Davin mondar-mandir sepanjang lorong rumah sakit. Sudah sejak tadi dia melakukan hal tersebut. Pikirannya kacau balau. Hatinya resah dan gelisah memikirkan seseorang yang berada di dalam ruangan sana. Seharusnya Davin mendampinginya, menemaninya dan tetap berada di sisinya sambil membisikkan kata-kata cinta dan semangat, serta sesekali mengecup lembut keningnya dengan tangan saling menggenggam. Namun semua itu hanya ada di dalam angan-angannya. Karena…Sembilan bulan yang lalu.Saat itu Angel dan Davin sedang bercengkerama di suatu sore di teras belakang rumah mereka. Sementara itu El dan si kembar yang sudah bersekolah di bangku taman kanak-kanak sedang bermain di taman belakang rumah yang sudah mereka modifikasi menjadi mini playground lengkap dengan kolam renang.Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan sehat dan cerdas membuat keduanya bahagia. Pelan-pelan mereka mulai menunjukkan bakat, minat, serta hobi masing-masing. Si kecil El mewarisi nyaris seratus

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Istriku Kesurupan (Extra Part 16 - Davin & Angel)

    Angel dan Davin sama-sama menghempaskan badan ke kasur begitu mereka sampai di kamar hotel. Nyaris sembilan puluh menit tayangan film di bioskop, dan keduanya tidak tahu apa-apa. Mereka ikut keluar ketika para penonton lain juga keluar saat film sudah selesai.“Duh, capek banget…,” keluh Angel sambil mengembuskan nafas.“Nggak ngapa-ngapain kenapa capek?”Mereka mungkin hanya duduk saja, tapi tingkah Davin yang terus menggerayanginya membuat Angel lelah. “Capeknya kerena kamu.”“Memangnya aku ngapain?” tanya Davin pura-pura bodoh dengan ekspresi yang membuat Angel gemas. Angel mendekat, melingkari pundak Davin dengan tangannya lalu mengecup lembut bibirnya yang hangat.“Dave, kira-kira anak-anak sekarang lagi ngapain ya?” tanyanya kemudian. Seharian ini mereka sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan para buah hati mereka.“Mungkin udah tidur,” jawab Davin mengira-ngira sambil melirik arloji mahalnya yang limited edition itu.“Kita telfon yuk, aku kangen.”“Nggal usah, Dek, katanya

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Membuat Film Berdua (Extra Part 15 - Davin & Angel)

    Seperti rencana yang sudah tersusun di kepalanya, Davin membawa Angel ke hotel paling mewah di kota mereka. The Sun, namanya. Hotel itu teletak di pinggir kota dan jauh dari kawasan pemukiman penduduk. Namun sengaja dibangun dengan konsep all in one building. Semuanya ada di sana. Mulai dari pusat perbelanjaan, restoran, pusat kebugaran tubuh dan kecantikan hingga playground. Tempat itu memang dirancang bagi orang-orang yang ingin menghilangkan penat dan beristirahat sejenak, namun tetap bisa memanjakan diri dengan hal-hal apapun yang mereka butuhkan.Setelah check in dan meletakkan barang-barang di kamar hotel, Davin mengajak Angel ke pusat perawatan kecantikan. Davin memang paling mengerti perempuan dan memahami istrinya. Mereka akan melakukan perawatan tubuh di sana. Berpasang-pasang mata tertuju pada pasangan ideal tersebut ketika tangan Davin membuka pintu kaca dan mempersilakan Angel masuk terlebih dahulu. Untuk sesaat mata keduanya menyapu sekitar. Menyaksikan resepsionis dan

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Aku Suka Yang Sempit Kayak Kamu (Extra Part 14- Davin & Angel)

    “Kita mau ngobrolin apa, Dave?” tanya Angel di atas pangkuan Davin. Embusan nafas hangat Davin menggelitik lehernya. Membuat sekujur tubuhnya meremang. Memanggil-manggil jiwa terdalamnya untuk datang.“Aku rasa kita perlu honeymoon lagi, Sayang…,” bisik Davin dari belakang. Tangannya melingkari Angel dengan erat dan rapat.“Maksudnya mau nambah anak lagi?” sahut Angle seperti tersentak.“Lho, kok nambah anak? Memangnya orang yang pergi honeymoon itu mau nambah anak?”“Tapi biasanya kan gitu. Aku nggak mau lagi lho, Dave, udah cukup El yang terakhir,” ucap Angel sambil memberengut.Davin tersenyum kecil. Dikecupnya pundak Angel yang membuatnya gemas. “Anak itu kan rezeki. Rezeki nggak boleh ditolak kan? Aku ngajak kamu honeymoon tapi kapan-kapan, kalo El udah bisa ditinggal lama-lama. Sekarang honeymoon-nya di sini aja dulu.”Bisikan Davin di telinganya membuat Angel kian meremang. Pasti sebentar lagi Davin akan mengeksekusinya.Davin membalikkan tubuh Angel mengarah padanya sehingga s

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Fantasinya Dave (Extra Part 13 - Davin & Angel)

    Jujur saja selama ada Gendiz sedikit banyak meringankan Angel dan Davin. Hampir setiap hari Gendiz bermain ke rumahnya, atau memboyong anak-anak ke rumah orang tua mereka. Saking sayangnya pada para bocah, Gendiz juga menahan si kembar agar menginap bersamanya dan tidak mengantarnya pulang. Sesekali Davin dan Angel membiarkan si kembar tidur bersama Gendiz di rumah Kiano dan Adizty. Mereka yakin dan percaya sepenuhnya kalau adiknya itu bisa menjaga ketiganya dengan baik. Meskipun sepanjang malam keduanya tidak bisa memejamkan mata karena tidak terbiasa berpisah dengan anak-anak mereka.“Kalian kalo mau kencan, pergi aja, biar anak-anak aku yang urus,” ucap Gendiz pada suatu hari. Melihat keseharian Angel yang disibukkan dengan mengasuh, menjaga, merawat dan mengurus anak-anaknya membuat Gendiz merasa kasihan. Begitu pula dengan Davin yang terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga sore. Kadang sampai senja atau malam. Pasti keduanya butuh waktu untuk hanya berdua saja tanpa direcoki anak-

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Berlian vs Perunggu (Extra Part 12 - Davin & Angel)

    “Halo, Mbak Angel, masih ingat sama saya?” Suara Nilam mengagetkan Angel yang berdiri di tempatnya dan belum bergeming sejak berdetik-detik yang lalu.Angel maju beberapa langkah mendekati Gendiz dan Nilam. “Tentu saja aku ingat. Kamu yang dulu resek kan? Yang suka menggoda suamiku?” sahut Angel tidak suka. Kehadiran Nilam membuatnya merasa tidak nyaman. Bukan karena dia takut akan kehilangan Davin, tapi tingkah Nilam begitu meresahkan.“Hehe…” Nilam tertawa canggung sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “maaf ya, Mbak Angel, tapi Mbak Angel jangan salah sangka dulu sama saya. Maksud saya baik kok. Saya hanya ingin menguji kadar cinta Mbak Angel sama mas Davin. Dan ternyata Mbak Angel cemburu sama saya. Hehehe…,” ucap Nilam penuh percaya diri.Angel tidak mengerti dengan gadis di hadapannya. Setelah minta maaf, eh bisa-bisanya bicara sesantai itu. Tidak ingin ambil pusing, Angel beralih pada Gendiz dan memeluk adik iparnya itu. Wangi vanila dari tubuh dan rambut Gendiz me

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Amazing (Extra Part 11 - Davin & Angel)

    “Halo, Mas Davin, masih ingat siapa saya?” Nilam memamerkan senyum lebar pada Davin yang termangu saat beradu mata dengannya. Nilam harap pemuda tampan yang menawan hatiya sejak awal perkenalan itu tidak melupakannya.Davin membalas senyum Nilam sekenanya dan berbasa-basi sekadarnya. “Hai, apa kabar?”“Baik, Mas, bapak sama ibu juga sehat. Mereka titip salam buat Mas Davin.”“Terima kasih,” jawab Davin singkat, lalu segera menarik tangan Gendiz menjauh dari sana diiringi tatapan penuh tanda tanya Kiano, Adizty serta Nilam. Sedangkan anak-anak sibuk bermain dengan bonekanya.“Ada apa sih, Dave?” tanya Gendiz tidak mengerti karena Davin menarik tangannya tiba-tiba.“Ndiz, kenapa kamu bawa dia ke sini?” Suara Davin setengah berbisik. Meskipun saat itu mereka berada di ruangan yang terpisah, tapi bisa saja dinding mempunyai telinga dan menyampaikannya.“Maksudnya Nilam?”“Iya, siapa lagi kalo bukan dia,” jawab Davin kesal. D

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Ketemu Dia Lagi (Extra Part 10 - Davin & Angel)

    “Dave, jangan lupa nanti jemput anak-anak di rumah mami,” kata Angel mengingatkan saat menelepon Davin melalui panggilan video sore itu, meskipun dia tahu kalau Davin tidak akan pernah melupakan hal tersebut.Davin tersenyum sambil merebahkan kepala ke sandaran kursi. Mendengar suara Angel mengusir penat yang menderanya.“Iya, Dek, aku nggak akan lupa kok. Mana mungkin aku bisa lupa. Kamu pasti modus kan?”“Modus apa?”“Bilang aja kalo sebenarnya kamu lagi kangen sama aku, pengen dengar suara aku terus pake alasan mengingatkan aku biar nggak lupa jemput anak-anak.”“Ih, apaan sih, Dave?” Angel tertawa saat merasakan pipinya menghangat digoda Davin.“Jadi serius kamu nelfon aku cuma buat kasih tahu jemput anak-anak?”“Kangen juga sih sebenarnya.”“Tuh kan ngaku akhirnya.” Davin tertawa karena berhasil menggoda Angel dan membuatnya mengakui perasaannya. “Aku juga kangen kamu, suara kamu itu bagai candu buat aku. Kamu nelfon kayak gini udah bikin aku bersemangat dan ngilangin semua rasa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status