Di sebuah mansion megah di Singapura, seorang pria yang merupakan asisten membawa tumpukan surat yang banyak kepada Tuannya, sebab Tuan dan Nyonyanya baru datang dari luar negeri selama 2 bulan berada disana.
TOK TOK "Masuk." "Maaf Tuan, saya membawa surat dari Indonesia" ucap Seno sambil menyerahkan setumpuk surat di atas meja. "Surat sebanyak ini ?" tanya Smit yang tak lain adalah kakek Azela. "Iya Tuan, sejak 2 bulan ini" jawab Seno. Kemudian Smit membuka satu surat yang paling atas dan melihat pengirim surat dari Indonesia bertuliskan alamat rumah anak dan menantunya yang sekarang ditinggali oleh cucunya yaitu Azela bersama Tantenya. Smit membaca pelan-pelan sampai sekitka wajahnya menjadi merah padam dan langsung menatap tajam asistennya. "Kenapa kau baru menyampaikan kepadaku mengenai surat ini ?" tanya Smit dengan tajam. "Maaf Tuan saya sudah mau menyampaikan kala itu tapi saya urungkan karena melihat nyonya masuk rumah sakit." jawab Seno dengan menunduk. Ia tidak tau kalau surat itu sangatlah penting bagi tuannya. "Siapkan jet pribadi kita berangkat besok pagi ke Indonesia" ucap Smitlalu melanjutkan membaca surat-surat yang belum dia baca semua. "Baik Tuan, saya permisi." jawab Seno membungkuk lalu berjalan keluar. "Hmm" Setelah Seno keluar, tiba-tiba Smit menggebrak meja dengan tangan keriputnya dia sangat marah saat membaca isi-isi surat itu. Dia tidak menyangka Salsa adik angkat dari Bara sangat jahat kepada keponankannya sendiri hanya karena harta kekayaan kakaknya sendiri yang begitu melimpah yang ingin dia kuasai bersama suaminya. Smit akan menjemput cucunya dan akan membalaskan semua perbuatan mereka pada Azela dan tentunya dengan Azela juga. Lalu Smit beranjak keluar dari ruang kerjanya menuju ke kamar untuk menemui istri tercintanya. "Sayang" panggil Smit kepada istrinya setelah masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya melihat foto cucunya yaitu Azela. "Kamu lagi apa ?" tanya Smit duduk disebelah istrinya. "Aku kangen sama Azela, kita sudah lama tidak menjenguknya selama kecelakaan itu terjadi." jawab Nada nenek Azela dengan wajah sendu. "Aku akan menjemput Azela besok dan tinggal bersama kita disini sayang." ucap Smit sambil memeluk bahu sang istri. "Benarkah ?" tanya Nada dengan senang. "Iya sayang" jawab Smit. "Tapi kenapa menjemput Azela dan tinggal bersama kita, bukankah Azela tinggal bersama Tantenya di mansion itu ?" tanya Nada dengan heran melihat wajah sang suami seperti sesuatu terjadi. "Azela diperlakukan tidak baik oleh mereka bahkan mereka memutuskan sekolah Azela dan menjadikan Azela pembantu." jawab Smit. "Keterlaluan sekali mereka." ucap Nada dengan kaget mendengar cerita sang suami. Nada langsung menangis dalam pelukan Smit. "Kenapa mereka jahat sekali pada Azela, ya tuhan cucu kesayanganku sangat malang." lirih Nada sambil menangis. Smit hanya diam memeluk istrinya, dia sangat tau kalau istrinya sangat menyayangi Azela sama seperti dirinya. "Sayang kamu harus mengambil semua milik Azela dari mereka." ucap Nada. "Iya sayang aku akan melakukan semua itu tapi tidak sekarang, aku hanya akan mengambil Azela dulu agar kirana bisa keluar dari mansion itu." ucap Smit. "Kenapa ?" tanya Nada "Aku mau Azela yang mengambil semuanya dengan sendiri, mengusir mereka dari mansion Azela. Aku akan melatih Azela menjadi gadis yang tangguh. Biarkan mereka bersenang-senang dulu menikmati harta Azela" jawab Smit sambil mengelus punggung sang istri. "Tapi bagaimana dengan semua berkas pemilikan asetnya dan Tamara juga punya beberapa aset butik dan restoran sayang." ujar Nada. "Semua berkas aset Bara dan Tamara aman di tangan pembatunya sayang." jawab Smit. "Tapi bagaimana bisa? Kenapa Bibi Sumi memegang berkas itu ?" tanya Nada lagi. "Sebelum Bara dan Tamara berangkat ke luar kota waktu itu, Bara menyerahkan semua berkas pemilikannya yang sudah dia pindahkan ke atas nama Azela kepada Bibi Sumi beserta berkas pemilikan Tamara juga sayang." jawab Smit "Bara juga menitipkan pesan kepada Nibi Sumi untuk menjaga Azela dan memberikan semua berkas itu ke Azela pada saat umur Azela sudah 17 tahun. Mereka tidak mengetahui aset Tamara sayang karena Tamara memang bekerja di balik layar. Meraka hanya mengetahui aset-aset Bara" lanjut Smit. "Syukurlah harta mereka aman. Aku tidak menyangka Salsa bisa begitu jahat kepada Azela padahal sebelumnya dia terlihat menyayangi Azela" ucap Nada. "Itu semua karena harta kekayaan Bara yang banyak ingin dia kuasai, dia adalah wanita iblis." ucap Smit dengan wajah merah padam. Dia sangat murka. "Aku ikut menjemput Azela sayang." ucap Nada "Biar aku saja sayang, kamu istirahat yaa." ucap Smit sambil memeluk sang istri kembali. Smit kembali ke ruang kerjanya setelah sang istri tertidur. Dia duduk di kursi kerjanya lalu membuka laci mengambil sebuah bingkai foto keluarga. Smit meneteskan air mata. Di dalam lubuk hatinya dia sangat merindukan putrinya yaitu Tamara. Dia sangat terpukul waktu mendengar Tamara kecelakaan bersama Bara menuju luar kota. Dia sering keluar negeri bersama sang istri untuk menghibur dirinya yang kehilangan putri kesayangannya. Dia sempat beberapa bulan setelah kejadian itu masih berkomunikasi dengan Azela setelah itu tidak ada lagi. Dia selalu menelpon Azela tapi kontaknya selalu tidak aktif. Dia sempat heran tapi karena sang istri sakit dia melupakan sementara Azela. Sekarang dia menyesal kenapa tidak mencari langsung ketika kontak Azela tidak aktif. Keesokan harinya Smit sudah siap untuk berangkat ke Indonesia. "Sayang aku pergi dulu." ucap Smit sambil mencium kening sang istri. "Hati-hati di jalan." ucap Nada. Smit hanya mengangguk lalu masuk kedalam mobil. Mobil Smit jalan menuju ke bandara bersama sang asisten yang mengemudikan mobil. "Apakah semuanya sudah siap ?" ucap Smit kepada asistennya. "Iya Tuan. Saya sudah memesan hotel terdekat dari mansion Nona Azela Tuan." ujar Seno beritahu. "Batalkan. Kita akan langsung ke mansion Azela. Aku sudah tidak sabar menjemput Azela" jawabnya menggebu, Seno mengerti kenapa Tuannya begitu. Dia juga akan melakukan dengan sama Tuannya ketika anak atau cucunya di perlakukan tidak baik. Seno juga menyesal kenapa tidak langsung memberitahukan Tuannya tentang surat-surat itu. Dia hanya berharap Nona Azela disana baik-baik saja "batinnya" "Bagaimana dengan perusahaan Bara dan butik serta restoran Tamara ?" tanya Smit. Dia sudah memberikan tugas Seno untuk menyelidiki sebelumnya. "Perusahaan Tuan Bara di ambil ahli oleh Tuan Fadil Tuan. Butik dan restoran nyonya Tamara dijalankan oleh asisten Nyonya Tamara Tuan" jawab Seno. "Apakah asisten Tamara mengetahui keadaan Azela ?" tanya Smit. "Gia mengetahuinya Tuan, tapi dia tidak pernah punya kesempatan ketemu dengan Nona Azela sebab Nona Azela tidak pernah keluar dari mansion Tuan. Gia mengetahuinya dari Bibi Sumi ketika mereka ketemu di luar Tuan." jawab Seno. Smit hanya diam mendengarkan. Mobil tiba di bandara, Smit berserta asistennya langsung menuju jet pribadi. Mereka terbang dengan berdoa keselamatan dan berharap Azela baik-baik saja ketika mereka sampai disana.Kedatangan Smit ke mansion tidak ada yang mengetahuinya itu membuat Fadil dan Salsa sangat terkejut dan ketakutan ketahuan akan semua perbuatan mereka ke Azela. Smit langsung di terima dan di bukakan langsung pagar yang menjulang tinggi oleh satpan. Mobil memasuki halaman mansion lalu Smit turun dari mobil setelah asistennya membukakan pintu mobil. "Silahkan Tuan" ucap Seno mempersilahkan Smit melangkah. Dengan gerakan cepat menutup mobil dan langsung menyusul Smit. Seno menekan bel dan pintupun terbuka. "Selamat pagi Bibi Sumi" ucap Seno. "Selamat pagi, syukurlah Tuan Smit datang." ucapnya dengan pelan seakan takut suaranya kedengaran sambil melihat ke belakang. "Apa Azela baik-baik saja Bi ?" tanya Smit. "Nona Azela baik-baik saja Tuan tapi..." jawab Bibi sum sambil memperhatikan kebelakang. "Tapi apa bi ?" tanya Smit keheranan. "Silahkan Tuan masuk dulu nanti Tuan bisa lihat sendiri saya tidak bisa banyak bicara karena saya takut nanti ketahuan Tuan." jawab Bibi Sumi dengan
Setelah menempuh perjalanan akhirnya sampai di rumah sakit. Seno buru-buru turun memanggil suster. Suster langsung mendorong brangkar Azela langsung di letakkan di atas brangkar dan di dorong ke dalam UGD."Maaf, Tuan bisa menunggu didepan. Biar dokter memeriksanya." ujar suster kepada Smit."Berikan yang terbaik untuk cucuku suster." ucap Smit."Iya Tuan" jawab suster lalu menutup pintu dan masuk ke dalam."Seno selediki Tio Aku curiga kalau ada kerja sama antara Tio dengan Fadil" ucap Smit."Baik Tuan." jawab Seno. Setelah beberapa menit kemudian pintu UGD terbuka menampilkan dokter."Bagaimana keadaan cucu saya dokter ?" ucap Smit. "Pasien tubuhnya sangat lemah Tuan, dia mengalami kekurangan gizi dan mungkin juga dia belum makan. Banyak bekas memar di tubuhnya juga Tuan" jawab sang dokter."Tapi anda jangan khawatir setelah nanti di beri nutrisi dan minum obat pasien akan pulih Tuan."ucap sang dokter lagi."Baiklah, terima kasih dokter. Apa aku bisa menemuinya ?" tanya Smit."Bol
8 Tahun Kemudian. Seorang gadis cantik Berusia 23 tahun duduk di kursi kerjanya sambil membaca semua laporan yang diberikan oleh asistennya. Gadis cantik ini telah melakukan rapat bulanan tadi bersama karyawannya. Sudah 3 tahun, Azela mengembangkan perusahaan yang diberikan oleh Kakeknya. Namun, selama itu dia bekerja di belakang layar. Hanya namanya saja yang terkenal dimana mana, Tapi wajahnya tidak, sebab dia bekerja di balik layar seperti kakeknya yang ingin menikmati hidup dengan damai. TOK TOK "Masuk." ucap Azela yang masih membaca laporan. "Permisi Miss, ada undangan makan malam dari Ceo Sentro Company"ucap asistennya, bernama Dira. "Bilang saja seperti biasa" ucap Azela. "Tapi sebelumnya saya sudah menolak Miss. Tapi asistennya bilang kalau Ceo Sentro Company tidak menerima penolakan" ucap Dira. "Ya sudah kamu terima saja. Kamu saja yang datang" ucap Azela dengan santai. "Tapi Miss.." ucapan Dira terpotong. "Lakukan saja apa yang aku perintahkan, cari a
Di sebuah perusahaan besar yang berpusat di Indonesia, Seorang pria yang sangat tampan tapi dingin dan tak tersentuh, di gilai banyak wanita tapi tidak ada satupun yang bisa menaklukan pria tampan ini. Dia sangat anti kepada wanita yang berani menggodanya. Usianya sudah 28 tahun tapi dia masih saja sendiri. Dia tidak pernah menjalin hubungan bahkan dekatpun dengan seorang wanita juga dia tidak berminat sekali. Dia adalah Ferro Alexander menjabat sebagai Ceo di perusahaannya yaitu Horace Group perusahaan yang besar di negara ini yang bergerak dalam berbagai bidang yaitu teknologi, industri, perdagangan dan perhotelan. Dia adalah orang terkaya di negara ini. TOK TOK "Masuk" ucap pria tampan yang duduk dikursi kebesarannya sambil membaca berkas. "Tuan 10 menit lagi rapat akan di mulai" ucap asisten nya, Hedy. "Hmmm" balas deheman Ferro, Lalu membereskan berkasnya dan beranjak keluar dari ruangannya menuju ruangan rapat. "Tuan" ucap sekertaris Ferro, menunduk ketika melihat
Hedy datang ke apertemen yang Ferro kirimkan alamatnya untuk menjemputnya, namun saat Ferro dan Hedy ingin pergi, Ferro tidak melihat Azela dan mengira Azela berada di dalam kamarnya. Ferro memilih menunggu sebentar, dia ingin pamit dan berterima kasih telah menolongnya. "Tuan apa kita pergi sekarang ?" tanya Hedy. "Tidak, kita tunggu wanita itu keluar, dia sudah menyelamatkanku" jawab Ferro. Setelah 1 jam menunggu, pintu kamar Azela terbuka dan Azela keluar dari sana. Dia baru bangun dari tidurnya, melihat orang asing di apertemennya dia berteriak. "Siapa kau ?" tanya Azela sambil menunjuk Hedy. "Dia asistenku" jawab Ferro berbalik ke arah Azela. "Oh" hanya itu yang Azela balas, lalu dia ingin berjalan menuju dapur namun langkahnya terhenti saat mendengar perkataan Ferro. "Aku akan pergi sekarang, terima kasih telah membantuku" ucap Ferro. Azela hanya menganggukkan kepala. Ferro berjalan mendekat, membuat Azela mengerutkan keningnya. Katanya mau pergi, malah
1 bulan berlalu. Sejak kejadian di restoran waktu itu. Ferro sering memikirkan wanita yang menolongnya, waktu itu dia hanya diam ketika di tolak untuk bertemu dengannya. Dia sangat yakin wanita itu akan datang kepadanya meminta balas budi, namun sampai sebulan ini wanita itu tidak pernah datang bahkan untuk sekedar menelpon juga tidak ada. Ferro jadi gelisah sendiri, membuatnya juga heran dengan dirinya yang tak biasanya. Aku tidak pernah segelisah ini. "Selidiki dan cari informasi wanita itu" ucap Ferro menelpon asistennya. "Maaf Tuan, wanita yang mana anda maksud ?" tanya Hedy, yang belum paham. "Wanita yang menolongku" "Baik Tuan" Sedangkan wanita yang membuat Ferro gelisah, sedang mengerjakan desain dibutiknya di Singapura, Azela sudah kembali 1 minggu yang lalu. Huh banyak sekali. Setiap bulan, Azela mengambil satu minggu full untuk membuat desain, model baru untuk di keluarkan setiap bulannya. Jadwal Azela sangat padat, dia juga harus mengecek semua laporan
Keesokan harinya, Azela masih mengulum dirinya dalam selimut, tidurnya sangat nyenyak. Mungkin karena semalam dia lembur jadi membuatnya tidur nyenyak sampai pagi. "Azela bangun sayang" Nada, nenek Azela datang ke kamar, membuka horden sehingga terik matahari masuk menyirangi kamar Azela. "Huumm Azela masih mau tidur nek" jawab Azela dengan mata yang masih tertutup. "Sudah pagi sayang" ucap Nada sambil memperbaiki rambut Azela yang berantakan. "Cucu nenek cantik bangat" ucap Nada lagi, wajah Azela sangat mirip dengan Tamara putrinya. "Humm nenek gombal" Azela dengan perlahan membuka matanya. Nada pun terkekeh, "Nenek tidak bohong sayang, kamu cantik sekali seperti mommy kamu" "Aku anak mommy dan cucu nenek" jawab Azela. Nada tersenyum sambil mengelus kepala Azela dengan lembut. "Ayo sekarang bangun, mandi dulu, nenek tunggu di meja makan yaa" "Iya nek" jawab Azela langsung bangun dan berjalan masuk ke kamar mandi. Setelah 20 menit kemudian, setelah mandi dan berpak
Hari ini adalah hari kedua Ferro berada di Singapura. Sambil menunggu informasi dari asistennya mengenai Azela yang keluar negeri, Ferro mengerjakan pakerjaannya, memeriksa email yang masuk. Dan akhirnya satu jam kemudian, asistennya sudah menemukan informasi. "Tuan, Nona Azela tidak keluar negeri" ucap Hedy. "Dimana dia sekarang ?" "Nona Azela berada di perusahaan Chiragh Company Tuan" "1 jam kemudian kita datang ke sana" "Baik Tuan" Di mansion mewah, lebih tepatnya di Indonesia, Fadil memberitau soal undangan ulang tahun perusahaan kepada istri dan anaknya, mereka sedang makan siang bersama. "Sayang kita ada undangan ulang tahun dari perusahaan Horace Group minggu depan" ucap Fadil. "Papi, aku mau ikut, aku mau bertemu dengan Tuan Ferro yang sangat tampan itu" ucap Rena dengan antusias. "Tentu saja kamu ikut sayang" jawab Fadil sambil tersenyum. "Papi jodohkan aku dengan Tuan Ferro, aku suka sama dia, aku mau jadi istrinya" ucap lagi Rena dengan memohon. "Hmm P