Share

BAB 8 MENCARI IDENTITAS AZELA

1 bulan berlalu.

Sejak kejadian di restoran waktu itu. Ferro sering memikirkan wanita yang menolongnya, waktu itu dia hanya diam ketika di tolak untuk bertemu dengannya. Dia sangat yakin wanita itu akan datang kepadanya meminta balas budi, namun sampai sebulan ini wanita itu tidak pernah datang bahkan untuk sekedar menelpon juga tidak ada. Ferro jadi gelisah sendiri, membuatnya juga heran dengan dirinya yang tak biasanya.

Aku tidak pernah segelisah ini.

"Selidiki dan cari informasi wanita itu" ucap Ferro menelpon asistennya.

"Maaf Tuan, wanita yang mana anda maksud ?" tanya Hedy, yang belum paham.

"Wanita yang menolongku"

"Baik Tuan"

Sedangkan wanita yang membuat Ferro gelisah, sedang mengerjakan desain dibutiknya di Singapura, Azela sudah kembali 1 minggu yang lalu.

Huh banyak sekali.

Setiap bulan, Azela mengambil satu minggu full untuk membuat desain, model baru untuk di keluarkan setiap bulannya. Jadwal Azela sangat padat, dia juga harus mengecek semua laporan restoran dan terakhir perusahaan yang dia pimpin sekarang.

"Meta tolong datang ke ruanganku" ucap Azela menelpon Meta.

"Baik Nona" jawab Meta.

Tak lama itu, Meta masuk kedalam ruangan Azela.

"Tolong kirimkan desain ini untuk ke Indonesia, dan yang ini untuk di sini" ucap Azela, memberikan 2 flasdiks hasil desain kepada Meta.

"Baik, apa kamu mau aku pesankan kopi ?" tanya Meta yang melihat Azela tampak lelah.

"Boleh, tambahkan susu saja, jangan pakai gula" jawab Azela tanpa meliat Meta, dia masih sibuk dengan kertasnya.

"Baiklah, mau aku pesankan juga sekalian makanan, sepertinya kamu belum makan dari tadi Azela" tanya Meta.

"Ah iya pesankan aku seperti biasa saja, dan kamu juga bisa pesan sekalian" jawab Azela.

"Aku sudah makan, kamu tidak lihat jam ? sekarang sudah lewat jam makan siang, Azela"

"Benarkah, aku terlalu fokus, aku kira belum masuk makan siang"

"Lain kali, perhatikan jam Azela, kamu bisa sakit nanti kalau sering telat makan"

Azela mengangkat kepalanya, menatap Meta dengan tersenyum.

"Terima kasih Meta, kamu tidak pernah berubah"

"Aku akan tetap Meta sahabat kamu, ya sudah aku keluar yaa"

Azela menganggukkan kepala sambil tersenyum.

Meta berbalik, berjalan keluar ruangan Azela. Tiba-tiba, ponsel Azela berdering, melirik siapa yang menelponnya dan setelah melihat nama asistennya, Azela mengangkatnya langsung.

"Hum ada apa Dira ?" jawah Azela.

"Maaf Miss, ada Ceo dari perusahaan Sentro Company datang ingin menemui anda lagi" ucap Dira.

Dia lagi, apakah dia tidak bosan datang terus.

"Katakan saja aku tidak ada" ucap Azela dengan ketus.

"Saya sudah mengatakannya Miss, tapi dia tidak percaya"

"Katakan aku di luar negeri, jika dia datang besok lagi dan aku tidak ada di perusahaan, kamu langsung katakan saja aku keluar negeri" ucap lagi Azela lalu langsung memutuskan sambungan telpon.

Sementara di perusahaan, Dira terkejut mendengar sambungan telpon di matikan sepihak oleh atasannya.

Haduhh Miss Azela sepertinya marah.

Asisten Azela lalu menuju dimana Ceo Sentro Company duduk dengan asistennya.

"Maaf Tuan, saya sudah menelpon Miss Azela tapi Miss Azela sekarang berada di luar negeri" ucapnya.

"Kapan dia kembali ?" tanya pria tampan yang merupakan Ceo Sentro Company yang kekeh ingin bertemu dengan Azela karena penasarannya, dia adalah Felix Stanujaya.

"Saya tidak mengetahuinya Tuan"

Felix lalu berlalu begitu saja di hadapan asisten Azela, dia berdecak kesal keinginannya belum tercapai

Hari ini dia. Besok siapa lagi ? Pesona Miss Azela memang hebat, padahal mereka belum pernah melihat wajah Miss Azela, bagaimana sudah melihatnya, sepertinya akan membuat Miss Azela jadi pusing.

Asisten Azela terkekeh sendiri memikirkan atasannya, dia pun lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

**

"Bagaimana apa kau sudah mendapatkan informasinya ?" tanya Ferro yang sudah tidak sabar.

"Maaf Tuan, saya hanya menemukan sedikit saja, sepertinya identitas Nona itu disembunyikan" jawab Hedy.

"Aku tidak mau, kau harus dapat semua infomasi wanita itu secepatnya dan katakan yang kau dapatkan" ucap Ferro.

"Nona itu bernama Azela Hanton, dia tinggal di Singapura selama ini Tuan tapi dia mempunyai keluarga di Indonesia. Sebelum Nona Azela tinggal di Singapura, dia tinggal bersama tantenya di Indonesia yang merupakan adik angkat dari ayah Nona Azela, mereka memperlakukan Nona Azela tidak baik selama mereka tinggal bersama. Tante Azela memiliki putri yang merupakan model yang bernama Rena Tuan, wanita yang menyiram Nona Azela di restoran, dialah Nona Rena" jawab Hedy, memberitaukan semua informasi yang dia dapat.

"Ohh dia seorang Model ?" tanya Ferro.

"Benar Tuan, Nona Rena sangat membenci Nona Azela, untuk alasannya belum saya ketahui Tuan"

"Lanjutkan penyelidikanmu, aku mau besok kau sampaikan kepadaku, tidak ada kata penolakan dan setengah informasi" ucap Ferro dengan tegas.

"Baik Tuan"

Hedy lalu undur diri dari ruangan Ferro.

Siapa sebenarnya kamu, sepertinya aku sudah gila memikirkanmu setiap hari.

Ferro menggelengkan kepala, tidak ingin semakin membiarkan tumpukkan kertas menumpuk, dia melanjutkan pekerjaannya.

**

Di mansion megah, sepasang suami istri lagi makan siang bersama, tiba-tiba anaknya datang lalu mengecup pipi mereka secara bergantian.

"Papi, Mami" sapa Rena kepada orang tuanya.

"Hmm duduklah, makan nak" ucap Fadil.

"Papi aku ketemu Azela beberapa minggu yang lalu" ucap Rena yang baru mengatakannya setelah lewat beberapa minggu.

"Azela ? anak Tamara ? Kamu ketemu dimana sayang ?" tanya Salsa.

"Aku ketemu dibutik dan restoran, waktu direstoran aku menyiram dia dengan air, dia masih sama saja seperti dulu, dia tidak melawan"

"Dia bersama siapa sayang ?" tanya Fadil.

"Dia sendiri papi" jawab Rena.

"Kamu harus hati-hati, bukan cuma kamu tapi kami harus hati-hati, bisa saja kakek Azela datang membalaskan dendamnya" ucap Fadil kepada istri dan anaknya.

"Kamu benar sayang, Kakek Azela itu bukang orang biasa, walaupun kita sudah berhak atas semua kekayaan kakakku dengan surat palsu itu tapi kita tetap harus hati-hati, surat aslinya belum kita temukan" ucap Salsa.

"Memangnya surat itu tidak ada di dalam rumah ini mi ? Di ruang kerja atau kamarnya uncle Bara sebelumnya" tanya Rena.

"Kita sudah mencarinya sayang tapi tidak ada satupun kami dapatkan, sepulang dari pemakamannya kami langsung mencarinya tapi tidak ketemu" jawab Salsa jadi kesal jika mengingat hari itu.

"Berarti ada yang sudah mengambil dan menyimpannya mi" ucap Rena lagi.

Fadil dan Salsa saling pandang, mereka juga berfikir seperti itu. Namun, mereka tidak tau siapa yang mengambilnya.

"Aku sudah tanya Tio dari dulu, tapi dia tidak mengetahuinya walaupun sudah aku ancam" ucap Fadil.

"Coba mami ingat-ingat siapa kerabat atau sahabat uncle Bara, mungkin uncle menyerahkan salah satu kepada mereka"

"Kalau kerabat tidak ada, hanya aku saudaranya kebaratnya, sedangkan sahabatnya semua di luar kota dan negeri" jawab Salsa.

"Bisa saja kan pas mereka ketemu, uncle Bara menyerahkannya" ucap Rena lagi.

"Sepertinya tidak sayang. Sebelum kejadian itu terjadi, beberapa bulan belakangan dia tidak pernah keluar kota atau negeri, dia hanya di kota ini" ucap Salsa yang sangat tau, karena dia memperhatikan Barra dan istrinya setiap harinya.

"Kalau berkas itu sampai pada tangan Azela dan kakeknya kita bisa hancur" ucap Fadil membuat Rena kaget.

"Aku tidak mau jadi miskin pi" ucap Rena sedih.

"Tidak akan sayang, kamu tenang saja" Salsa mengelus kepala Rena, dia tidak akan membiarkan putrinya kesusahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status