Jam menunjukkan pukul 11 siang, Azela bersiap ingin pergi menghadiri ajakan makan siang Delon. Azela ragu meminta izin, dia tau pasti suaminya tidak akan mengizinkannya. Tapi jika dia tidak menghadiri ajakan makan siang Delon dia tidak akan tau apa yang akan di rencanakan Delon selanjutnya.Dengan terpaksa Azela akhirnya harus menyembunyikan atau jika nanti Ferro mengetahuinya Azela siap akan menerima resikonya. Setelah bersiap Azela turun ke bawah."Bibi Wawa" panggil Azela."Ya Nyonya, ada yang bisa saya bantu" tanya Bibi Wawa menghampiri Azela. "Oh tidak, aku hanya mau bilang jika suamiku bertanya padamu katakan padanya jika aku ke butik" ucap Azela."Baik Nyonya" jawab Bibi Wawa.Kemudian Azela pergi dari mansion menuju restoran yang di maksud Delon. Setelah 30 menit, Azela sampai dan langsung masuk dalam restoran."Selamat siang Nona" sapa salah satu pelayan restoran."Meja atas nama Delon" ucap Azela."Mari Nona saya antar" ucap pelayan itu.Ternyata Delon belum datang. Azela d
Di perusahaan Horace Group, Ferro baru saja selesai melakukan rapat dari klien luar negeri. Kini dia sekarang berada di ruangannya. Diasudah membeli ponsel baru dan akan menelpon istrinya nanti siang setelah dia mengecek semua berkas laporan.Setelah pekerjaan Ferro sudah selesai, dia akan menelpon istrinya tapi pintu di ketuk tiba-tiba. TOKTOK"Masuk" ucap Ferro.Yang mengetuk pintu adalah Hedy."Ada apa ?" tanya Ferro."Maaf Tuan, ada yang ingin saya sampaikan" ucap Hedy dengan ragu. "Apa ? Cepat katakan" ucap Ferro."Saya mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenal dan ini Tuan" ucap Hedy sambil menyerahkan ponselnya pada Ferro.Ferro mengambil ponsel itu, seketika dia mengeraskan rahangnya, mencengkram erat ponsel itu. Beberapa detik kemudian dia melemparkan ponsel itu dan untung saja ponsel itu jatuh di sofa dan tidak membuat pecah. Hedy terkejut dan bernafas lega ponselnya masih aman, karena posel itu masih baru dan harganya juga mahal. "Selidiki siapa yang mengirim gambar
Semenjak kepergian Azela, Ferro tidak bekerja. Dia hanya diam memejamkan matanya, bersandar di kursinya. Ferro tidak tidur, dia hanya ingin menenangkan pikirannya saja yang kalut, menghilangkan amarah dalam dirinya yang tadi mencuak tapi tidak bisa di keluarkan. Akhirnya, Ferro tidak tahan, jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Dia meminta asistennya Hedy membawakan minuman yang beralkohol tinggi. Ferro lama-lama menghabiskan banyak minuman alkohol itu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Ferro belum juga ingin pulang. Dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sejak siang tadi. Semua pegawai sudah pulang, tidak ada pegawai yang lembur malam ini dan Hedy masih setia menunggu Ferro di depan ruangan Ferro. Satu jam kemudian, Hedy berjalan masuk ke dalam ruangan Ferro. "Tuan mari kita pulang, sudah jam 9 malam" ucap Hedy dengan hati-hati."Pekerjaanku belum selesai, kau bisa pulang duluan" jawab Ferro tanpa melihat Hedy. "Baiklah, Tuan. Saya akan menunggu anda sampai selesai" ucap
Terik matahari muncul di sela-sela horden. Ferro membuka matanya, perlahan dia merasakan sakit di kepalanya, dia lalu bersandar di sandaran ranjang.Ferro melihat sekelilingnya, kalau dia ternyata menginap di perusahaan. Ferro memegang kepalanya dan berusaha turun dari ranjang ingin masuk dalam kamar mandi. Setelah 15 menit membersihkan tubuh, Ferro membuka lemari, mengambil satu set pakaiannya lalu dia pakai. "Sepertinya Ini efek aku minum banyak kemarin jadi kepalaku sakit" lirih Ferro, diam dan mengingat semuanya.Ferro lalu berjalan keluar ruangan pribadinya, duduk di kursi kebesarannya, membuka ponselnya dan langsung menekan panggilan pada asistennya. "Halo Tuan" "Pesankan aku sarapan sekarang juga" "Baik Tuan" Kemudian mematikan telpon, Ferro membuka laptopnya dan mulai melakukan pekerjaannya. Ferro seolah-olah melupakan Azela yang berada di mansion. Di mansion, Azela berdiri merenung di balkon kamar. Hatinya gelisah setelah mengetahui dari Bibi Wawa kalau Ferro tidak pul
Pukul 10 malam, Ferro berjalan keluar ruangannya di ikuti Hedy di belakangnya. Ferro ingin ke markas dia ingin melihat wajah Delon seperti apa setelah melihatnya datang.Di perjalanan, ponsel Hedy bergetar tanda ada pesan masuk dari Azela. Dengan ragu Hedy mengatakan pada Ferro."Tuan, Nyonya Azela mengirim pesan padaku" ucap Hedy. "Apa yang dia katakan ?" tanya Ferro. "Nyonya bertanya apakah anda akan pulang ke mansion nanti atau tidak" "Katakan saja kalau aku tidak pulang" "Baik Tuan" Hedy lalu membalas pesan Azela. Semua pertanyaan Azela dia jawab semua tanpa ada kebohongan. Di dalam pesan itu juga, Azela meminta Hedy untuk memperhatikan kesehatan Ferro, makanannya dan memintanya jangan sampai Ferro telat makan. Sebenarnya, Hedy merasa heran pada Tuannya. Jika di lihat Ferro sekarang sudah baik-baik saja dan kenapa tidak pulang ke mansion untuk menemui istrinya. Tapi Hedy tidak mau ikut campur, Hedy hanya berharap pernikahan Ferro dan Azela tetap utuh apalagi sekarang Azela s
Hari-hari telah berlalu, sudah 5 hari Ferro belum pulang ke mansion, bahkan dia juga belum menelpon Azela. Selama itu, jika bukan menginap di perusahaan, Ferro akan menginap di markas. Ferro tidak sadar, bahwa Azela selalu gelisah setiap hari menunggu kepulangannya. Waktu itu, terhitung 3 hari Ferro tidak pulang ke mansion. Azela memberanikan dirinya untuk datang ke perusahaan Horace Group. Namun, yang Azela dapatkan, Ferro tidak ada diperusahaan, dia ada pertemuan dengan klien di luar, Azela merasa kecewa dan akhirnya pulang kembali ke mansion. Bahkan saat itu juga, Azela mencoba menelpon Ferro beberapa kali, Namun Ferro tidak menjawab nya sama sekali. Pernah juga tanpa segaja, Azela datang ke restorannya, saat dia ingin pulang di depan pintu masuk, Azela berpapasan dengan Ferro, hati Azela sakit Ferro hanya melihatnya saja tanpa mau menyapanya sedikitpun. Segala hal Azela pikirkan, dari sebuah kiriman video dari nomor yang tidak di kenal. Awalnya Azela tidak percaya, karena dia y
Di salah satu kamar kecil dalam mansion yang megah Azela meringkuk dalam tidurnya sambil menahan sakit di tubuhnya. Bahkan menahan lapar dan haus karena tidak diberi makan oleh tante dan omnya. Mereka begitu jahat kepada Azela sampai memutuskan sekolah Azela yang seharusnya gadis kecil berumur 15 tahun masih bersekolah.Menjadikan Azela pembantu dirumahnya sendiri, Azela tidak bisa berbuat apa-apa karena usianya masih remaja tapi Azela selalu mengingat semua perbuatan om dan tantenya dan akan membalaskan dan mengambil milik daddynya yang sudah di wariskan untuknya. Azela hanya bisa bersabar sampai waktunya akan datang.Pintu kamar Azela di buka dengan keras oleh tantenya dengan membawa air di tangannya lalu menyiram ke tubuh Azela."Hey bangun gadis pembawa sial." ucap Salsa. Azela merasakan perih seluruh tubuhnya karena di siram air, sekuat tenaga untuk duduk."Ada apa tante?" tanya Azela."Apa kamu bilang ada apa? Kamu tidak lihat sudah jam 7 pagi sialan, sana bangun buat sarapan
Di sebuah mansion megah di Singapura, seorang pria yang merupakan asisten membawa tumpukan surat yang banyak kepada Tuannya, sebab Tuan dan Nyonyanya baru datang dari luar negeri selama 2 bulan berada disana. TOK TOK"Masuk.""Maaf Tuan, saya membawa surat dari Indonesia" ucap Seno sambil menyerahkan setumpuk surat di atas meja."Surat sebanyak ini ?" tanya Smit yang tak lain adalah kakek Azela."Iya Tuan, sejak 2 bulan ini" jawab Seno.Kemudian Smit membuka satu surat yang paling atas dan melihat pengirim surat dari Indonesia bertuliskan alamat rumah anak dan menantunya yang sekarang ditinggali oleh cucunya yaitu Azela bersama Tantenya. Smit membaca pelan-pelan sampai sekitka wajahnya menjadi merah padam dan langsung menatap tajam asistennya."Kenapa kau baru menyampaikan kepadaku mengenai surat ini ?" tanya Smit dengan tajam."Maaf Tuan saya sudah mau menyampaikan kala itu tapi saya urungkan karena melihat nyonya masuk rumah sakit." jawab Seno dengan menunduk. Ia tidak tau kalau su