Di sebuah perusahaan besar yang berpusat di Indonesia, Seorang pria yang sangat tampan tapi dingin dan tak tersentuh, di gilai banyak wanita tapi tidak ada satupun yang bisa menaklukan pria tampan ini. Dia sangat anti kepada wanita yang berani menggodanya. Usianya sudah 28 tahun tapi dia masih saja sendiri.
Dia tidak pernah menjalin hubungan bahkan dekatpun dengan seorang wanita juga dia tidak berminat sekali. Dia adalah Ferro Alexander menjabat sebagai Ceo di perusahaannya yaitu Horace Group perusahaan yang besar di negara ini yang bergerak dalam berbagai bidang yaitu teknologi, industri, perdagangan dan perhotelan. Dia adalah orang terkaya di negara ini. TOK TOK "Masuk" ucap pria tampan yang duduk dikursi kebesarannya sambil membaca berkas. "Tuan 10 menit lagi rapat akan di mulai" ucap asisten nya, Hedy. "Hmmm" balas deheman Ferro, Lalu membereskan berkasnya dan beranjak keluar dari ruangannya menuju ruangan rapat. "Tuan" ucap sekertaris Ferro, menunduk ketika melihat atasannya keluar dari ruangan. Setelah itu dia mengikutinya masuk dalam ruangan rapat. Setelah masuk, ruangan yang tadi di penuh candaan dengan para kepala divisi menjadi tenang ketika Ferro memasuki ruangan. Seketika mereka semua berdiri dan menunduk hormat. Ferro langsung duduk di kursinya. "Presentasikan laporan kalian masing-masing" ucap Ferro dengan tegas, begitulah dia saat menghadapi karyawannya. Ferro memperhatikan satu-satu orang yang ada di ruangan rapat dengan tatapan tajam sehingga membuat semua orang merinding. Begitupula dengan manager keuangan yang gilirannya mempresentasikan membuat dia bergetar ketakutan. Ferro memang sangat tegas dan kejam ketika ada kesalahan terjadi membuat tidak ada satupun yang berani bermacam-macam kepadanya. "Baiklah, sekarang laporkan apa ada kendala atau masalah yang kalian hadapi ?" ucap Ferro lagi dengan tegas. Beberapa karyawan membeberkan masalah yang mereka hadapi walaupun itu hanya masalah kecil karena Ferro memang menyuruh karyawannya memberitahunya sedetail mungkin apa yang terjadi dalam perusahaan. "Maaf sebelumnya Tuan, saya ingin memberitahukan ada klien dari Singapura dari perusahaan Chiragh Company, Mereka memesan bahan kain melebihi yang biasa mereka pesan Tuan" ucap manager marketing. "Cukupkan yang mereka pesan" jawab Ferro. "Kain yang kita produksi tidak mencukupi pesanan mereka tuan." ucap lagi manager marketing. "Berapa persen penambahan pesanan mereka ?" tanya Ferro yang penasaran berapa persen penambahan pesanan mereka sedangkan pabriknya memproduksi sekali dengan jumlah yang banyak. "50 persen Tuan" "Wah sungguh hebat" ucap Ferro yang memuji, membuat para peserta rapat juga terkejut dengan pemesanan dari perusahaan Chiragh Company. "Manager produksi ? Pergilah ke pabrik sampaikan kepada mereka untuk produksi kain 2x lipat dari yang mereka buat" ucap Ferro kepada Manager produksi. "Baik tuan" jawab Manager produksi. Beberapa menit kemudian rapat selesai, Ferro keluar dari ruangan di ikuti oleh asisten dan sekertarisnya. Begitupun dengan peserta rapat mereka juga keluar sambil mengobrol. "Bukankah Ceo Chiragh Company seorang wanita ?" "Yang aku dengar juga begitu, dia sangat cantik dan menawan" "Eh dia juga masih muda" "Aku penasaran seperti apa wajahnya, katanya tidak ada yang tau kecuali karyawannya" Itulah yang mereka bahas. Telinga Ferro sempat mendengarnya lalu mengabaikannya. "Apa jadwal aku selanjutnya ?" tanya Ferro ketika memasuki ruangannya. "Untuk siang ini tidak ada Tuan, tapi jam 3 nanti ada rapat di sebuah restoran dengan klien Tuan." jawab sekertaris Ferro, Dina. "Baiklah, Hedy kita pulang ke mansion mommy sebentar" ucap Ferro berdiri mengenakan jasnya kembali. "Baik tuan" jawab Hedy, Mengikuti Ferro keluar dari ruangan begitupun dengan sekertarisnya Dina kembali ke mejanya. Di tempat lain. Hari ini adalah hari berangkatnya Azela ke Indonesia. "Kakek nenek, Aku berangkat dulu" ucap Azela sambil memeluk kakek dan neneknya. "Hati-hati sayang" ucap Nada. "Jika terjadi sesuatu disana kabari kakek ya sayang" ucap juga Smit. "Iya kek" jawab Azela dengan tersenyum. "Kamu tidak mengajak asistenmu untuk menemanimu sayang ?" tanya Nada yang tahu Azela berangkat sendiri. "Aku sendiri saja nek, mereka aku suruh menghandel perusahaan dan butik." jawab Azela. "Sampai disana juga nanti aku ada asisten kok nek" lanjut Azela yang tau neneknya mencemaskan dirinya berangkat sendiri, Padahal sudah biasa bagi Azela. "Ya sudah ketika tiba nanti jangan lupa kabari kami" ucap Nada. "Iya, dah nek kek" ucap Azela pamit dengan melambaikan tangannya sambil masuk ke dalam mobil. Setelah sampai di bandara Azela langsung masuk di jet pribadi kakeknya, karena Smit mengharuskan Azela berangkat menggunakan jet pribadi. Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh dari Singapura ke Indonesia akhirnya Azela sampai. Azela menggunakan taksi menuju apertemennya. Apertemen yang dia beli sewaktu dia berumur 20 tahun ketika dia mulai mengambil ahli butik dan restoran mommynya. Tiba-tiba di jalan terjadi penembakan. Mobil di depannya di tembak terus oleh mobil di sampingnya. "Nona terjadi penembakan di depan, apa kita berhenti dulu Nona ?" tanya supir taksi. "Jangan pak, jalan saja" jawab Azela masih memperhatikan mobil di depan. "Tapi Nona ini bahaya" ucap supir taksi lagi. "Dia hanya menyerang mobil di depan kita pak. Bapak bisa melihatnya sendiri kan. Jadi kita tetap jalan saja tapi pelan-pelan" ucap Azela. "Baik Nona." jawab supir taksi yang sebenarnya sudah mulai ketakutan. Mobil depan masih di tembak membuat mobil di depan oleng. Tiba-tiba seseorang melompat keluar arah samping kiri sehingga mobil di samping kanan tidak melihatnya. Orang itu berguling-guling ke rumput. "Pak berhenti" ucap Azela tiba-tiba. "Untuk apa Nona ? Kalau untuk menolong orang itu jangan Nona, mungkin dia seorang teroris yang sedang di kejar" ucap supir taksi yang tak ingin mengabil resiko. "Berhenti saja pak" Akhirnya supir taksi mengalah. Azela menghampiri orang tersebut. Setelah dekat orang itu sudah tidak sadarkan diri dan terdapat luka penembakan di daerah lengannya. "Pak tolong" panggil Azela kepada supir taksi. "Kita bawa ke rumah sakit. Cepat pak angkat dia" ucap Azela lagi membuat supir taksi mau tidak mau mengangkatnya kedalam mobil dan dibaringkan dipaha Azela. Mobil menuju rumah sakit. Di perjalanan tiba-tiba pria yang di tolong Azela itu bangun dan melihat Azela. "T-olong ja-ngan bawa aku ke rumah sa-kit" ucap pria tersebut. "Tapi lenganmu tertembak" ucap Azela dengan heran. "To-long jangan" ucap lagi pria itu dan langsung pingsan kembali, Membuat Azela pasrah mengikuti perkataannya. "Kita menuju ke alamat di awal pak, tidak usah kerumah sakit" ucap Azela kepada supir taksi. "Baik Nona" jawab supir taksi. Setelah 15 menit kemudian kini mereka sudah sampai di apertemen Azela, supir taksi dan penjaga apertemen membawa pria itu masuk ke apertemen Azela. "Makasih ya pak, dan ini" ucap Azela memberikan uang taksi yang sudah membantunya membawa orang itu ke dalam apertemennya. "Makasih Nona, saya permisi" ucap supir taksi lalu berlalu, dia sebenarnya heran kenapa bukan dibawah ke rumah sakit tapi karena tidak ingin ikut campur supir taksi itu diam saja. Azela kemudian masuk ke dalam kamar sambil membawa kotak P3K dan sebaskom air. Dia masih pingsan. Lalu Azela menggulung lengan baju pria itu. Di bersihkannya darah yang menempel di sela-sela yang di tembak. Peluru masih tertancap di lengannya, Azela meringis melihatnya. Bagaimana ini, peluru itu harus di keluarkan segera. Saat masih mengelap darah. Tiba-tiba pria tersebut bangun. "Aakkhh" ringisnya, dengan perlahan membuka matanya. "Hemm maaf aku hanya membersihkannya" ucap Azela spontan berhenti. Pria tersebut melihat Azela, sejenak dia diam, ada kekaguman dalam dirinya saat melihat Azela. "Tolong cabut pelurunya" pinta pria itu yang tak lain Ferro Alexander. "Bagaimana caranya ?" tanya Azela, karena memang dia tidak pernah melakukan itu. "Apa ada pinset di kotak P3K ?" tanya Ferro. "Ada, tunggu sebentar" Azela lalu mengambil pinset dalam kotak P3K. "Ini" Azela memperlihatkan pinset itu pada Ferro. "Cabut pelan-pelan, ketika sudah mulai bisa terangkat langsung tarik dengan paksa" beritahu Ferro. Dengan ragu Azela mencabut peluru itu, ketika sudah bisa di tarik seperti yang di katakan Ferro, Azela langsung menariknya keluar dengan paksa. "Aaaakkkkhhhh" teriak Ferro setelah peluru itu keluar. "Hemmm akhirnya, tahan sebentar, aku membersihkannya dulu baru membalutnya" ucap Azela merasa lega karena bisa melakukan itu. Ferro kembali menutup matanya, dia mau tidur, sakit dilengannya bertambah dan dia juga lelah karena pekerjaannya. Sedangkan Azela, setelah membalutnya dan melihat Ferro tidur, dia berjalan keluar kamar. 1 jam kemudian, Ferro bangun dari tidurnya, dia menyenderkan kepalanya di sandaran ranjang sambil melihat sekeliling kamar. Mana wanita itu. CEKLEK "Kamu sudah bangun, ini aku buatkan makanan" ucap Azela lalu menyimpan makanan di atas meja nakas. Ferro hanya diam melihatnya. "Aku keluar dulu, tolong dimakan agar kamu bisa cepat sembuh" ucap lagi Azela. Membuat Ferro merasakan perasaan aneh dalam dirinya tiba-tiba. Setelah Azela keluar, Ferro melirik makanan di atas meja dan mengambilnya. Aku sangat lapar, gara-gara penembakan itu aku jadi kelaparan. Sangat enak. Setelah makan Ferro mengeluarkan ponselnya dari balik celananya. "Halo Tuan, apa Tuan baik-baik saja ?" jawab Hedy, dia berada di rumah sakit memeriksa lukanya. "Aku baik-baik saja, kamu dimana ?" tanya Ferro. "Saya berada di rumah sakit Tuan, apa sekarang Tuan mau di jemput ? Tuan berada dimana ?" cecar Hedy. "Periksa lukamu setelah itu jemput aku, nanti aku kirimkan alamatnya" jawab Ferro, lalu langsung mematikan sambungan telpon. Sedangkan di luar Azela lagi makan karena peristiwa tadi dia juga belum makan. Setelah makan dan mencuci piringnya Azela kembali ke dalam kamarnya.Hedy datang ke apertemen yang Ferro kirimkan alamatnya untuk menjemputnya, namun saat Ferro dan Hedy ingin pergi, Ferro tidak melihat Azela dan mengira Azela berada di dalam kamarnya. Ferro memilih menunggu sebentar, dia ingin pamit dan berterima kasih telah menolongnya. "Tuan apa kita pergi sekarang ?" tanya Hedy. "Tidak, kita tunggu wanita itu keluar, dia sudah menyelamatkanku" jawab Ferro. Setelah 1 jam menunggu, pintu kamar Azela terbuka dan Azela keluar dari sana. Dia baru bangun dari tidurnya, melihat orang asing di apertemennya dia berteriak. "Siapa kau ?" tanya Azela sambil menunjuk Hedy. "Dia asistenku" jawab Ferro berbalik ke arah Azela. "Oh" hanya itu yang Azela balas, lalu dia ingin berjalan menuju dapur namun langkahnya terhenti saat mendengar perkataan Ferro. "Aku akan pergi sekarang, terima kasih telah membantuku" ucap Ferro. Azela hanya menganggukkan kepala. Ferro berjalan mendekat, membuat Azela mengerutkan keningnya. Katanya mau pergi, malah
1 bulan berlalu. Sejak kejadian di restoran waktu itu. Ferro sering memikirkan wanita yang menolongnya, waktu itu dia hanya diam ketika di tolak untuk bertemu dengannya. Dia sangat yakin wanita itu akan datang kepadanya meminta balas budi, namun sampai sebulan ini wanita itu tidak pernah datang bahkan untuk sekedar menelpon juga tidak ada. Ferro jadi gelisah sendiri, membuatnya juga heran dengan dirinya yang tak biasanya. Aku tidak pernah segelisah ini. "Selidiki dan cari informasi wanita itu" ucap Ferro menelpon asistennya. "Maaf Tuan, wanita yang mana anda maksud ?" tanya Hedy, yang belum paham. "Wanita yang menolongku" "Baik Tuan" Sedangkan wanita yang membuat Ferro gelisah, sedang mengerjakan desain dibutiknya di Singapura, Azela sudah kembali 1 minggu yang lalu. Huh banyak sekali. Setiap bulan, Azela mengambil satu minggu full untuk membuat desain, model baru untuk di keluarkan setiap bulannya. Jadwal Azela sangat padat, dia juga harus mengecek semua laporan
Keesokan harinya, Azela masih mengulum dirinya dalam selimut, tidurnya sangat nyenyak. Mungkin karena semalam dia lembur jadi membuatnya tidur nyenyak sampai pagi. "Azela bangun sayang" Nada, nenek Azela datang ke kamar, membuka horden sehingga terik matahari masuk menyirangi kamar Azela. "Huumm Azela masih mau tidur nek" jawab Azela dengan mata yang masih tertutup. "Sudah pagi sayang" ucap Nada sambil memperbaiki rambut Azela yang berantakan. "Cucu nenek cantik bangat" ucap Nada lagi, wajah Azela sangat mirip dengan Tamara putrinya. "Humm nenek gombal" Azela dengan perlahan membuka matanya. Nada pun terkekeh, "Nenek tidak bohong sayang, kamu cantik sekali seperti mommy kamu" "Aku anak mommy dan cucu nenek" jawab Azela. Nada tersenyum sambil mengelus kepala Azela dengan lembut. "Ayo sekarang bangun, mandi dulu, nenek tunggu di meja makan yaa" "Iya nek" jawab Azela langsung bangun dan berjalan masuk ke kamar mandi. Setelah 20 menit kemudian, setelah mandi dan berpak
Hari ini adalah hari kedua Ferro berada di Singapura. Sambil menunggu informasi dari asistennya mengenai Azela yang keluar negeri, Ferro mengerjakan pakerjaannya, memeriksa email yang masuk. Dan akhirnya satu jam kemudian, asistennya sudah menemukan informasi. "Tuan, Nona Azela tidak keluar negeri" ucap Hedy. "Dimana dia sekarang ?" "Nona Azela berada di perusahaan Chiragh Company Tuan" "1 jam kemudian kita datang ke sana" "Baik Tuan" Di mansion mewah, lebih tepatnya di Indonesia, Fadil memberitau soal undangan ulang tahun perusahaan kepada istri dan anaknya, mereka sedang makan siang bersama. "Sayang kita ada undangan ulang tahun dari perusahaan Horace Group minggu depan" ucap Fadil. "Papi, aku mau ikut, aku mau bertemu dengan Tuan Ferro yang sangat tampan itu" ucap Rena dengan antusias. "Tentu saja kamu ikut sayang" jawab Fadil sambil tersenyum. "Papi jodohkan aku dengan Tuan Ferro, aku suka sama dia, aku mau jadi istrinya" ucap lagi Rena dengan memohon. "Hmm P
Keesokan harinya di mansion Alexander. "Sayang bagaimana, apakah Tuan Smit mau menjodohkan putra kita dengan cucunya ?" ucap Risa, Mommy Ferro. "Dia setuju sayang tapi Tuan Smit mau menanyakannya dulu kepada cucunya, katanya biar cucunya yang memutuskan" jawab Alexander. "Bagaimana kalau dia menolak ?" "Tidak ada yang bisa menolak pesona putra kita sayang" "Kita juga belum memberitaukan Ferro, aku takut Ferro menolak" "Kalau dia menolak, kita berikan pilihan kepadanya, membawa pilihannya sendiri atau menjodohkannya. Kalau dia tidak membawa pilihannya sendiri, berarrti dia harus mau" Risa diam, dalam hatinya ia ragu dengan putranya. Dia sangat tau putranya anti kepada wanita, tapi dia juga tidak mau putranya sendiri terus, dia mau putranya menikah dan mempunyai anak, apalagi umurnya sudah mendekati kepala tiga. "Aku mau menelpon Ferro dulu sayang" ucap Risa. "Iya sayang, aku ke ruang kerja dulu ya" jawab Alexander lalu mengecup bibir istrinya sekilas lalu berlalu. Risa men
Sepasang suami istri paruh baya dan seorang cucu lagi menikmati udara pagi di halaman belakang mansion. Azela hari ini tidak sibuk dengan pekerjaannya, hari ini dia akan berangkat kerja siang hari. "Sayang kamu tadi malam pulang dengan siapa lagi, aku melihat ada mobil asing yang masuk dalam mansion ?" tanya Nada kepada Azela yang lagi memberikan makanan pada ikan di kolam. "Aku pulang dengan teman nek" jawab Azela tersenyum tipis mengingat perhatian Ferro tadi malam. "Teman kamu pria sayang ?" tanya Nada lagi. "Hmm iya nek" Nada dan Smit saling pandang, lalu Nada menganggukkan kepala. "Azela, Kakek mau bicara sama kamu, ayo sini mendekatlah nak" ucap Smit memanggil Azela mendekat. "Mau bicara apa kek ?" tanya Azela yang sudah berada dekat kakek dan neneknya. "Kakek mau menjodohkanmu dengan cucu sahabat kakek." ucap Smit. Azela mengerutkan keningnya, lalu dia terkekeh. Di jodohkan yang benar saja. "Azela, apa kamu mau di jodohkan dengan cucu sahabat kakek ?" tanya Smit
Di perusahaan Horace Group, Ferro sedang melakukan rapat dengan klien dari luar negeri, rapat sudah berlangsung selama 2 jam. "Bagaimana Tuan Ferro ?" tanya klien dari luar negeri meminta persetujuan Ferro. "Aku setuju, tapi aku mau 60%" jawab Ferro. "Baiklah Tuan, Deal ?" ucap klien itu mengajak Ferro menjabat tangan dan Ferro membalasnya. Sedari tadi Hedy memperhatikan sekertaris klien mereka, Wanita itu selalu menatap Ferro dengan tatapan memuja dan berbicara yang di buat selembut agar Ferro meliriknya. Setelah rapat selesai, mereka pun berjabat tangan untuk tanda berpisah. Tiba ketika sekertaris ingin menjabat tangan Ferro, dengan menghargai perasaan klienya itu, ia membalas jabat tangan wanita tersebut. Tiba-tiba wanita itu menggoda tangan Ferro dengan ibu jarinya mengelus telapak tangan Ferro dan mengedipkan matanya sebelah, membuat Ferro menatap tajam dan melepaskan cepat tangan wanita itu. Sial, berani sekali dia menggodaku seperti itu. Setelah itu klien dan s
Terik matahari memasuki sela-sela horden kamar Azela yang masih dalam selimut menikmati tidurnya yang sangat nyaman. Semalam, Ferro tidak hentinya mengajak mengobrol panjang lebar membuat wanita cantik ini kelelahan melayani kekasihnya sampai ia tertidur, kebetulan hari ini adalah hari libur. Tak lama deringan ponsel berbunyi. Deringan itu terus berbunyi sampai ke lima kalinya. Dengan malas Azela mengangkat telpon. "Halo" jawab Azela dengan suara khas baru bangun. "Sayang" "Hmmm" balas Azela. "Sayang" panggil Ferro agi. "Hmm ada apa, aku masih mau tidur" ucap Azela yang masih memejamkan matanya. "Sudah jam 8, ayo bangun sarapan" "Hmmm" "Baiklah, tidurlah lagi tapi jangan ditutup ya" "Hmm" Beberapa saat kemudian, seseorang masuk dalam kamar Azela. Nada tersenyum melihat Azela yang masih memejamkan matanya. "Azela sayang bangun" ucap Nada. Nada berjalan membuka horden sehingga terik matahari memasuk menyirangi kamar Azela. "Nenek" panggil Azela. "Bangun sa
Hari-hari telah berlalu, sudah 5 hari Ferro belum pulang ke mansion, bahkan dia juga belum menelpon Azela. Selama itu, jika bukan menginap di perusahaan, Ferro akan menginap di markas. Ferro tidak sadar, bahwa Azela selalu gelisah setiap hari menunggu kepulangannya. Waktu itu, terhitung 3 hari Ferro tidak pulang ke mansion. Azela memberanikan dirinya untuk datang ke perusahaan Horace Group. Namun, yang Azela dapatkan, Ferro tidak ada diperusahaan, dia ada pertemuan dengan klien di luar, Azela merasa kecewa dan akhirnya pulang kembali ke mansion. Bahkan saat itu juga, Azela mencoba menelpon Ferro beberapa kali, Namun Ferro tidak menjawab nya sama sekali. Pernah juga tanpa segaja, Azela datang ke restorannya, saat dia ingin pulang di depan pintu masuk, Azela berpapasan dengan Ferro, hati Azela sakit Ferro hanya melihatnya saja tanpa mau menyapanya sedikitpun. Segala hal Azela pikirkan, dari sebuah kiriman video dari nomor yang tidak di kenal. Awalnya Azela tidak percaya, karena dia y
Pukul 10 malam, Ferro berjalan keluar ruangannya di ikuti Hedy di belakangnya. Ferro ingin ke markas dia ingin melihat wajah Delon seperti apa setelah melihatnya datang.Di perjalanan, ponsel Hedy bergetar tanda ada pesan masuk dari Azela. Dengan ragu Hedy mengatakan pada Ferro."Tuan, Nyonya Azela mengirim pesan padaku" ucap Hedy. "Apa yang dia katakan ?" tanya Ferro. "Nyonya bertanya apakah anda akan pulang ke mansion nanti atau tidak" "Katakan saja kalau aku tidak pulang" "Baik Tuan" Hedy lalu membalas pesan Azela. Semua pertanyaan Azela dia jawab semua tanpa ada kebohongan. Di dalam pesan itu juga, Azela meminta Hedy untuk memperhatikan kesehatan Ferro, makanannya dan memintanya jangan sampai Ferro telat makan. Sebenarnya, Hedy merasa heran pada Tuannya. Jika di lihat Ferro sekarang sudah baik-baik saja dan kenapa tidak pulang ke mansion untuk menemui istrinya. Tapi Hedy tidak mau ikut campur, Hedy hanya berharap pernikahan Ferro dan Azela tetap utuh apalagi sekarang Azela s
Terik matahari muncul di sela-sela horden. Ferro membuka matanya, perlahan dia merasakan sakit di kepalanya, dia lalu bersandar di sandaran ranjang.Ferro melihat sekelilingnya, kalau dia ternyata menginap di perusahaan. Ferro memegang kepalanya dan berusaha turun dari ranjang ingin masuk dalam kamar mandi. Setelah 15 menit membersihkan tubuh, Ferro membuka lemari, mengambil satu set pakaiannya lalu dia pakai. "Sepertinya Ini efek aku minum banyak kemarin jadi kepalaku sakit" lirih Ferro, diam dan mengingat semuanya.Ferro lalu berjalan keluar ruangan pribadinya, duduk di kursi kebesarannya, membuka ponselnya dan langsung menekan panggilan pada asistennya. "Halo Tuan" "Pesankan aku sarapan sekarang juga" "Baik Tuan" Kemudian mematikan telpon, Ferro membuka laptopnya dan mulai melakukan pekerjaannya. Ferro seolah-olah melupakan Azela yang berada di mansion. Di mansion, Azela berdiri merenung di balkon kamar. Hatinya gelisah setelah mengetahui dari Bibi Wawa kalau Ferro tidak pul
Semenjak kepergian Azela, Ferro tidak bekerja. Dia hanya diam memejamkan matanya, bersandar di kursinya. Ferro tidak tidur, dia hanya ingin menenangkan pikirannya saja yang kalut, menghilangkan amarah dalam dirinya yang tadi mencuak tapi tidak bisa di keluarkan. Akhirnya, Ferro tidak tahan, jam sudah menunjukkan jam pulang kerja. Dia meminta asistennya Hedy membawakan minuman yang beralkohol tinggi. Ferro lama-lama menghabiskan banyak minuman alkohol itu. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Ferro belum juga ingin pulang. Dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda sejak siang tadi. Semua pegawai sudah pulang, tidak ada pegawai yang lembur malam ini dan Hedy masih setia menunggu Ferro di depan ruangan Ferro. Satu jam kemudian, Hedy berjalan masuk ke dalam ruangan Ferro. "Tuan mari kita pulang, sudah jam 9 malam" ucap Hedy dengan hati-hati."Pekerjaanku belum selesai, kau bisa pulang duluan" jawab Ferro tanpa melihat Hedy. "Baiklah, Tuan. Saya akan menunggu anda sampai selesai" ucap
Di perusahaan Horace Group, Ferro baru saja selesai melakukan rapat dari klien luar negeri. Kini dia sekarang berada di ruangannya. Diasudah membeli ponsel baru dan akan menelpon istrinya nanti siang setelah dia mengecek semua berkas laporan.Setelah pekerjaan Ferro sudah selesai, dia akan menelpon istrinya tapi pintu di ketuk tiba-tiba. TOKTOK"Masuk" ucap Ferro.Yang mengetuk pintu adalah Hedy."Ada apa ?" tanya Ferro."Maaf Tuan, ada yang ingin saya sampaikan" ucap Hedy dengan ragu. "Apa ? Cepat katakan" ucap Ferro."Saya mendapat pesan dari nomor yang tidak di kenal dan ini Tuan" ucap Hedy sambil menyerahkan ponselnya pada Ferro.Ferro mengambil ponsel itu, seketika dia mengeraskan rahangnya, mencengkram erat ponsel itu. Beberapa detik kemudian dia melemparkan ponsel itu dan untung saja ponsel itu jatuh di sofa dan tidak membuat pecah. Hedy terkejut dan bernafas lega ponselnya masih aman, karena posel itu masih baru dan harganya juga mahal. "Selidiki siapa yang mengirim gambar
Jam menunjukkan pukul 11 siang, Azela bersiap ingin pergi menghadiri ajakan makan siang Delon. Azela ragu meminta izin, dia tau pasti suaminya tidak akan mengizinkannya. Tapi jika dia tidak menghadiri ajakan makan siang Delon dia tidak akan tau apa yang akan di rencanakan Delon selanjutnya.Dengan terpaksa Azela akhirnya harus menyembunyikan atau jika nanti Ferro mengetahuinya Azela siap akan menerima resikonya. Setelah bersiap Azela turun ke bawah."Bibi Wawa" panggil Azela."Ya Nyonya, ada yang bisa saya bantu" tanya Bibi Wawa menghampiri Azela. "Oh tidak, aku hanya mau bilang jika suamiku bertanya padamu katakan padanya jika aku ke butik" ucap Azela."Baik Nyonya" jawab Bibi Wawa.Kemudian Azela pergi dari mansion menuju restoran yang di maksud Delon. Setelah 30 menit, Azela sampai dan langsung masuk dalam restoran."Selamat siang Nona" sapa salah satu pelayan restoran."Meja atas nama Delon" ucap Azela."Mari Nona saya antar" ucap pelayan itu.Ternyata Delon belum datang. Azela d
"PENGUSAHA NOMOR SATU DI NEGARA INI FERO ALEXANDER MEMASUKI RESTORAN BINTANG LIMA BERSAMA SEORANG WANITA, MEREKA TAMPAK MESRA. APAKAH WANITA ITU KEKASIH FERRO ALEXANDER ?""ALEXANDER BERSAMA ISTRINYA RISA BERKUNJUNG KERUMAH SAKIT BERSAMA SEORANG WANITA CANTIK. MEREKA JUGA JALAN BERSAMA KE MALL, DI DUGA WANITA ITU ADALAH CALON MENANTU KELUARGA ALEXANDER. BAGAIMANA DENGAN KEKASIH FERRO ALEXANDER ? SIAPA YANG AKAN DI PILIH FERRO ALEXANDER ?Di Singapura, nenek Azela, Nada. Memperhatikan berita yang beredar di sosial media, dia membaca semua berita itu dan ada yang membuatnya merasa heran. "Smit, lihatlah ini, apa wanita ini Azela ?" tanya Nada pada Smit yang baru masuk kamar. "Tentu saja Azela" jawab Smit tanpa melihat berita di ponsel Nada, dia sudah menebak maksud istrinya itu. "Kamu sudah melihat beritanya ?" "Sudah" "Penglihatanku sedikit tidak jernih, sehingga aku tidak bisa mengenali cucuku sendiri" ucap Nada sambil terkekeh. Smit itu terkekeh juga. "Kita sudah tua, wajar ji
Alexander dan Risa sedang dalam perjalanan menuju ke mansion Ferro dan Azela sesuai dengan janji Alexander pada Risa. Sedangkan Ferro dan Azela kini berdebat di dalam kamar karena Ferro tak ingin ke perusahaan."Aku baik-baik saja, kamu jangan khawatir" ucap Azela."Aku takut, keram di perut kamu muncul lagi sayang" ucap Ferro."Ayolah, begini saja aku akan langsung menelponmu jika terjadi sesuatu denganku" ucap Azela membujuk Ferro. "Bukankah, kamu ada rapat penting hari ini" lanjutnya. "Rapat itu bisa Hedy yang mewakiliku, aku tidak mau meninggalkanmu sendiri" ucap Ferro.Azela menghelah nafasnya, lalu berjalah duduk di atas ranjang. TOK TOKSuara ketukan pintu terdengar, Ferro berjalan membuka pintu."Ada apa Bi ?" tanya Ferro ketika sudah membuka pintu."Maaf Tuan mengganggu, ada Tuan besar dan Nyonya besar datang. Sekarang mereka ada di ruangan keluarga sedang menunggu Tuan dan Nyonya" ucap Bibi Wawa."Katakan pada orang Tuaku bi, aku dan istriku akan turun sebentar lagi" uc
Sesuai dengan perkataan Ferro pada Azela saat tadi siang menelpon mereka akan makan malam di restoran. Kini mereka sedang berada dalam mobil menuju restoran bintang lima yang merupakan restoran milik Azela.Mobil sudah sampai di pelantaran restoran, sebelum turun Azela mengambil masker dalam tasnya lalu memakainya. Setelah itu mereka turun dari mobil. Ferro memeluk pinggang Azela memasuki restoran. Semua mata memandang ke arah Ferro dan Azela. Semua orang bertanya-tanya dalam pikirannya siapa wanita yang bersama Tuan Ferro.Ferro dan Azela santai saja dan cuek, terus berjalan memasuki Private Room. Sang Manager dengan cepat memanggil satu pelayan untuk mengikutinya."Selamat datang Tuan Ferro dan Miss Azela" sapa Manager restoran dan pelayan sambil menundukkan kepala."Kalian siapkan makanan favorite istriku" ucap Ferro.Manager dan pelayan terkejut mendengar kata "istri" keluar dari mulut Ferro. Azela yang melihat gelagat penasaran pun berkata."Dia adalah suamiku" ucap Azela."Baik