Share

02. Pertemuan tak Tertuga

Hari itu, pagi di istana Yishu sangat cerah. Semalam salju turun dengan lebat, pagi ini hanya tinggal tumpukan putih di jalanan. Putri Lian Hua tinggal di istana Lian Hua, istana itu dibuat khusus atas kelahirannya dan dinamai sesuai dengan namanya sendiri. Mendengar hal ini, rakyat semakin iri dengan seluruh nasib baik yang mengelilingi Putri Lian Hua.

Putri Lian Hua keluar dari istana Lian Hua menggunakan mantel bulu rubah— yang sekali  lagi dibuat khusus untuknya. Pangeran Mahkota sengaja pergi berburu demi membuatkan sang adik tercinta mantel khusus dari bulu terbaik. Menggunakan pakaian berwarna merah muda di balik mantel bulunya, Putri Lian Hua akan naik ke atas tandu yang akan membawanya ke aula istana. Ketika kakinya berhenti dan matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terganggu, disanalah masalah akan muncul.

"Kau..." ia menatap tajam kepada salah satu dayang istana yang berdiri di sebelahnya sambil menunduk. Tanpa diperintahkan, Dayang Chang meraih wajah gadis itu, memperlihatkannya kepada putri Lian Hua. "Apa kau menggunakan riasan?" tanya sang putri marah.

Dayang istana itu langsung bersujud, "tidak, Yang Mulia. Hamba tidak memakai riasan apapun."

Lian Hua mendengus, "walaupun kau tidak menggunakan riasan, kau tetap tidak boleh terlihat lebih mencolok dariku." Lian Hua tidak peduli jika gadis dayang itu sudah menggigil dan menangis. "Kau harus memberi bibirmu arang jika berwarna merah, kau harus melumuri wajahmu dengan lumpur jika terlalu bersih. Apa kau ingin menyaingiku? Apa kau juga ingin memakai pakaian yang sama denganku? Siapa yang coba kau dekati? Pangeran pertama? Pangeran kedua? Atau ayahku?" tanya putri Lian Hua.

"Tidak, Yang Mulia. Aku tidak memiliki maksud apapun!" gadis itu mulai terisak, tidak ada yang bisa menolongnya, tidak ada selama sang putri sendiri tidak ingin menolongnya. "Dayang Chang, pindahkan wanita ini ke istana belakang! Mulai hari ini, dia akan membantu para pelayan di sana. Ingat kejadian hari ini baik-baik, ini juga berlaku untuk semua orang!" mengabaikan isak tangis dan panggilan dayang istana itu, Lian Hua naik ke tandunya yang sudah siap membawanya ke aula istana.

Para dayang istana yang mengikutinya menelan ludah mereka berat. Setiap hari, selalu saja ada orang yag harus mendapatkan hukuman atau dipindahkan oleh putri mereka. Melayani annggota kerajaan yang paling muda bahkan lebih sulit dari pada melayani sang ratu—ah tidak, bahkan raja tidak sesulit ini.

Putri Lian Hua tidak suka dayang istana terlihat lebih cantik dari dirinya, apalagi hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan tunangannya. Ini bukan berarti putri Lian Hua memiliki wajah yang jelek, tidak. Kenyataannya, putri Lian Hua memiliki wajah yang sangat cantik. Dia tidak terlihat seperti ayah, ibu, ataupun kakak-kakaknya karena kecantikannya lebih dari mereka. Wajah yang bulat, bibirnya yang kecil, hidung yang pas di wajah bulatnya, alisnya, matanya, semua terlihat sangat sempurna. Namun semua kecantikan itu tertimbun oleh sifat mengerikannya yang seperti penyihir jahat.

Dia selalu marah, selalu berteriak, selalu mengerutkan kening, selalu tidak senang dan paranoid, jangan lupakan sang putri juga sangat manja. Apa itu kecantikan? Bagi mereka yang sudah tahu sifat aslinya, tidak akan pernah melihat sedikitpun kecantikan dari wajah itu.

Duduk di tandunya dengan dagu yang terangkat. Putri Lian Hua diikuti oleh iring-iringan yang ramai. Dia suka kemewahan, dia punya kuasa dan ia senang memamerkan kekuasaannya. "Dayang Chang, apa menurutmu pangeran masih mengingatku?" tanya sang putri kepada dayangnya.

Dayang Chang berbicara dengan sangat tenang, seperti air danau Yinshu yang tenang, "Tentu saja, pangeran Wang Zifeng tidak akan bisa melupakan anda, Yang Mulia." Lian Hua tersenyum senang. Wajah sang pengeran masih terukir di pikirannya setelah bertahun-tahun lamanya, tidak mungkin pria itu melupakannya, bukan?

Tandu yang ia tumpangi berhenti dan dayang istananya berteriak, "ada apa?" tanya Lian Hua melihat ke arah depan. "Yang Mulia, ada tuan muda Chen di depan." Tuan muda Chen? Kenapa teman kakaknya di sini? Lian Hua turun dari tandu setelah di bantu oleh dayangnya. Ia mendekat dan betapa terkejutnya ia melihat kejadian di depannya.

Chen Lei, teman pangeran ketiga tergeletak di tanah, bajunya kotor dan sudut bibirnya berdarah. penjaga yang datang bersamaan Lian Hua segera membantu tuan muda Chen untuk bangkit. "Ka-kau! Bagaimana bisa kau memukulku hanya karena seorang pelayan istana?" Sang putri juga melihat seorang pria yang memunggunginya. Pria itu menggunakan pakaian hitam dan sebuah pedang tersarung di pinggangnya. Dari posisinya, ia tidak melihat wajah si pria, namun ia bisa melihat seorang wanita di dalam pelukan pria berbaju hitam itu. Seorang pelayan istana.

"Tuan muda Chen, apa yang kau lakukan di sini?" Chen Lei juga sudah melihat kedatangan putri Lian Hua dari jauh, tetapi pukulan di tubuhnya tidak main-main. Ia meringis dengan bibir yang sobek. "Yang Mulia, dia mmukulku hanya karena seorang pelayan!"

Pria itu hendak memukul Chen Lei lagi tetapi pelayan di pelukannya menghentikannya. "Jika kau bicara lagi, aku akan memukulmu lebih keras. Tidak peduli jika kau adalah  seorang pangeran sekalipun." suara pria itu tidak terdengar seperti suara kakak-kakaknya. Atau suara milik anak-anak bangsawn yang sering mengunjungi istana. Pria itu juga tidak terlihat seperti penjaga atau prajurit atau orang-orang dari bagian keamanan. Lian Hua memutuskan untuk mendekat, melihat wajah wanita dan pria asing itu.

Bibirnya terbuka tidak menyangka, melihat keadaan si pelayan, dari atas hingga bawah, pelayan istana itu terlihat sangat berantakan. Dimulai dari bajunya yang robek dan kotor, hingga bahunya yang mulus terlihat, roknya juga sobek. Wajah cantik pelayan itu basah dengan air mata serta debu. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan sang pria asing, memeluk pria yang telah menolongnya semakin erat.

Lian Hua sepertinya tahu apa yang sedang terjadi. Chen Lei melihat pelayan cantik di depannya, tidak tahan dengan godaan yang tersaji, diapun berniat untuk meniduri pelayan ini, tetapi si pelayan menolak dan pria misterius ini datang membantunya. Awan gelap muncul di wajah Lian Hua, perjalanannya terganggu hanya karena seorang pelayan rendah?

Sang putri melipat tangannya di depan dada, "tuan muda Chen, pelayan istana adalah milik raja, apa kau ingin dipenggal karena sudah berani menyentuh milik Yang Mulia?" ujar Lian Hua dingin dan kejam. Chen Lie mengenal watak Lian Hua dengan baik, wanita itu terlihat sangat lembut dan baik tetapi ia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Wajah Chen Lei memucat.

"Tuan putri Lian Hua, aku mohon, ampuni aku." tuan muda Chen bersujud di depannya. Lian Hua berdecak, ia tidak punya keinginan untuk menyelamatkan siapapun, ini juga bukan urusannya jika Chen Lei mendapatkan hukuman, tetapi hari ini ia akan bertemu dengan tunangannya, selain itu Chen Lei adalah teman dekat kakak ketiganya, ia tidak ingin membuat kakaknya sedih, jadi gadis itu berkata. "Baiklah, aku tidak akan melaporkan apapun kepada ayah, jika sesuatu terjadi, biar aku yang berbicara dengan Yang Mulia Raja."

"Terima kasih, putri Lian Hua."

Lian Hua kembali berpikir, "jika kau mau, aku akan meminta kepada ayahku untuk memberikan pelayan ini padamu. Tidak perlu membuat masalah di istana." Jika Chen Lei berubah cerah, maka tatapan penuh ketakutan diberikan oleh si pelayan wanita. Ia melepaskan dirinya dari pria yang telah menolongnya, dan berlutut di hadapan sang putri. "Yang Mulia, tolong jangan lakukan itu. Aku... lebih baik aku menjadi pelayan di istana ini selamanya dari pada anda memberikan hamba kepada tuan muda Chen!" wanita yang seumuran dengan putri Lian Hua merangkak untuk meraih kaki sang putri.

Dia tidak ingin diberikan untuk tuan muda Chen, dia lebih memilih bekerja di istana ini sebagai pelayan hingga ia tua. Ia ketakuan sambil menangis, ia terisak hingga air matanya berjatuhan ke tanah. Bukannya simpati, Lian Hua mendorong wanita itu dengan kakinya, "ais, kau mengotori pakaianku!" Teriaknya, para dayang istana langsung membersihkan ujung pakaiannya yang bahkan tidak kotor.

"Tuan muda Chen menyukaimu, untuk apa menolaknya? Oh, dengan wajah secantik itu, tujuanmu masuk ke istana ini pasti ingin menarik perhatian Yang Mulia Raja atau Pengeran Mahkota." Lian Hua mencibir. Seluruh pelayan ataupun dayang di istana ini pasti ingin mendapatkan perhatian dari keluarga kerajaan. Jika salah satu pangeran menyukai dayang istana, ayahnya tidak akan ragu membiarkan putranya menjadikan pelayan itu sebagai selir pangeran.

Tidak kecuali dengan wanita ini.

Tangisan sang pelayan semakin keras dengan tubuh bergetar. "Yang Mulia, hamba tidak pernah berpikir seperti itu..." lirihnya. Lian hua tidak peduli.

"Kalau begitu, bisakah kalian beranjak dari sini? Aku harus segera pergi." Dia sudah terlambat, dan pangeran Wang Zifeng mungkin sudah datang sejak tadi.

"Yang Mulia Pangeran, anda di sini!" sekelompok orang yang dimpin oleh Pangeran Mahkota datang menghampiri mereka. "Lian Hua, kau juga di sini!"

"Kakak," sapa Lian Hua singkat. Tetapi sang kakak tidak melihat kepadanya, melainkan kepada pria misterius yang wajahnya belum ia ketahui.

"Aku sudah mencari anda kemana-mana, Pangeran Wang Zifeng."

"Pangeran Wang Zifeng?" sibuk dengan keributan yang dibuat oleh seorang pelayan istana dan Chen Lei, Lian Hua berpikir pemuda misterius itu hanyalah seorang penjaga yang tidak sengaja lewat, siapa sangka dia salah besar.

Lian Hua memutar tubuhnya, hingga kini ia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status