Hari itu, pagi di istana Yishu sangat cerah. Semalam salju turun dengan lebat, pagi ini hanya tinggal tumpukan putih di jalanan. Putri Lian Hua tinggal di istana Lian Hua, istana itu dibuat khusus atas kelahirannya dan dinamai sesuai dengan namanya sendiri. Mendengar hal ini, rakyat semakin iri dengan seluruh nasib baik yang mengelilingi Putri Lian Hua.
Putri Lian Hua keluar dari istana Lian Hua menggunakan mantel bulu rubah— yang sekali lagi dibuat khusus untuknya. Pangeran Mahkota sengaja pergi berburu demi membuatkan sang adik tercinta mantel khusus dari bulu terbaik. Menggunakan pakaian berwarna merah muda di balik mantel bulunya, Putri Lian Hua akan naik ke atas tandu yang akan membawanya ke aula istana. Ketika kakinya berhenti dan matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terganggu, disanalah masalah akan muncul.
"Kau..." ia menatap tajam kepada salah satu dayang istana yang berdiri di sebelahnya sambil menunduk. Tanpa diperintahkan, Dayang Chang meraih wajah gadis itu, memperlihatkannya kepada putri Lian Hua. "Apa kau menggunakan riasan?" tanya sang putri marah.
Dayang istana itu langsung bersujud, "tidak, Yang Mulia. Hamba tidak memakai riasan apapun."
Lian Hua mendengus, "walaupun kau tidak menggunakan riasan, kau tetap tidak boleh terlihat lebih mencolok dariku." Lian Hua tidak peduli jika gadis dayang itu sudah menggigil dan menangis. "Kau harus memberi bibirmu arang jika berwarna merah, kau harus melumuri wajahmu dengan lumpur jika terlalu bersih. Apa kau ingin menyaingiku? Apa kau juga ingin memakai pakaian yang sama denganku? Siapa yang coba kau dekati? Pangeran pertama? Pangeran kedua? Atau ayahku?" tanya putri Lian Hua.
"Tidak, Yang Mulia. Aku tidak memiliki maksud apapun!" gadis itu mulai terisak, tidak ada yang bisa menolongnya, tidak ada selama sang putri sendiri tidak ingin menolongnya. "Dayang Chang, pindahkan wanita ini ke istana belakang! Mulai hari ini, dia akan membantu para pelayan di sana. Ingat kejadian hari ini baik-baik, ini juga berlaku untuk semua orang!" mengabaikan isak tangis dan panggilan dayang istana itu, Lian Hua naik ke tandunya yang sudah siap membawanya ke aula istana.
Para dayang istana yang mengikutinya menelan ludah mereka berat. Setiap hari, selalu saja ada orang yag harus mendapatkan hukuman atau dipindahkan oleh putri mereka. Melayani annggota kerajaan yang paling muda bahkan lebih sulit dari pada melayani sang ratu—ah tidak, bahkan raja tidak sesulit ini.
Putri Lian Hua tidak suka dayang istana terlihat lebih cantik dari dirinya, apalagi hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan tunangannya. Ini bukan berarti putri Lian Hua memiliki wajah yang jelek, tidak. Kenyataannya, putri Lian Hua memiliki wajah yang sangat cantik. Dia tidak terlihat seperti ayah, ibu, ataupun kakak-kakaknya karena kecantikannya lebih dari mereka. Wajah yang bulat, bibirnya yang kecil, hidung yang pas di wajah bulatnya, alisnya, matanya, semua terlihat sangat sempurna. Namun semua kecantikan itu tertimbun oleh sifat mengerikannya yang seperti penyihir jahat.
Dia selalu marah, selalu berteriak, selalu mengerutkan kening, selalu tidak senang dan paranoid, jangan lupakan sang putri juga sangat manja. Apa itu kecantikan? Bagi mereka yang sudah tahu sifat aslinya, tidak akan pernah melihat sedikitpun kecantikan dari wajah itu.
Duduk di tandunya dengan dagu yang terangkat. Putri Lian Hua diikuti oleh iring-iringan yang ramai. Dia suka kemewahan, dia punya kuasa dan ia senang memamerkan kekuasaannya. "Dayang Chang, apa menurutmu pangeran masih mengingatku?" tanya sang putri kepada dayangnya.
Dayang Chang berbicara dengan sangat tenang, seperti air danau Yinshu yang tenang, "Tentu saja, pangeran Wang Zifeng tidak akan bisa melupakan anda, Yang Mulia." Lian Hua tersenyum senang. Wajah sang pengeran masih terukir di pikirannya setelah bertahun-tahun lamanya, tidak mungkin pria itu melupakannya, bukan?
Tandu yang ia tumpangi berhenti dan dayang istananya berteriak, "ada apa?" tanya Lian Hua melihat ke arah depan. "Yang Mulia, ada tuan muda Chen di depan." Tuan muda Chen? Kenapa teman kakaknya di sini? Lian Hua turun dari tandu setelah di bantu oleh dayangnya. Ia mendekat dan betapa terkejutnya ia melihat kejadian di depannya.
Chen Lei, teman pangeran ketiga tergeletak di tanah, bajunya kotor dan sudut bibirnya berdarah. penjaga yang datang bersamaan Lian Hua segera membantu tuan muda Chen untuk bangkit. "Ka-kau! Bagaimana bisa kau memukulku hanya karena seorang pelayan istana?" Sang putri juga melihat seorang pria yang memunggunginya. Pria itu menggunakan pakaian hitam dan sebuah pedang tersarung di pinggangnya. Dari posisinya, ia tidak melihat wajah si pria, namun ia bisa melihat seorang wanita di dalam pelukan pria berbaju hitam itu. Seorang pelayan istana.
"Tuan muda Chen, apa yang kau lakukan di sini?" Chen Lei juga sudah melihat kedatangan putri Lian Hua dari jauh, tetapi pukulan di tubuhnya tidak main-main. Ia meringis dengan bibir yang sobek. "Yang Mulia, dia mmukulku hanya karena seorang pelayan!"
Pria itu hendak memukul Chen Lei lagi tetapi pelayan di pelukannya menghentikannya. "Jika kau bicara lagi, aku akan memukulmu lebih keras. Tidak peduli jika kau adalah seorang pangeran sekalipun." suara pria itu tidak terdengar seperti suara kakak-kakaknya. Atau suara milik anak-anak bangsawn yang sering mengunjungi istana. Pria itu juga tidak terlihat seperti penjaga atau prajurit atau orang-orang dari bagian keamanan. Lian Hua memutuskan untuk mendekat, melihat wajah wanita dan pria asing itu.
Bibirnya terbuka tidak menyangka, melihat keadaan si pelayan, dari atas hingga bawah, pelayan istana itu terlihat sangat berantakan. Dimulai dari bajunya yang robek dan kotor, hingga bahunya yang mulus terlihat, roknya juga sobek. Wajah cantik pelayan itu basah dengan air mata serta debu. Tubuhnya bergetar di dalam pelukan sang pria asing, memeluk pria yang telah menolongnya semakin erat.
Lian Hua sepertinya tahu apa yang sedang terjadi. Chen Lei melihat pelayan cantik di depannya, tidak tahan dengan godaan yang tersaji, diapun berniat untuk meniduri pelayan ini, tetapi si pelayan menolak dan pria misterius ini datang membantunya. Awan gelap muncul di wajah Lian Hua, perjalanannya terganggu hanya karena seorang pelayan rendah?
Sang putri melipat tangannya di depan dada, "tuan muda Chen, pelayan istana adalah milik raja, apa kau ingin dipenggal karena sudah berani menyentuh milik Yang Mulia?" ujar Lian Hua dingin dan kejam. Chen Lie mengenal watak Lian Hua dengan baik, wanita itu terlihat sangat lembut dan baik tetapi ia tidak pernah main-main dengan ucapannya. Wajah Chen Lei memucat.
"Tuan putri Lian Hua, aku mohon, ampuni aku." tuan muda Chen bersujud di depannya. Lian Hua berdecak, ia tidak punya keinginan untuk menyelamatkan siapapun, ini juga bukan urusannya jika Chen Lei mendapatkan hukuman, tetapi hari ini ia akan bertemu dengan tunangannya, selain itu Chen Lei adalah teman dekat kakak ketiganya, ia tidak ingin membuat kakaknya sedih, jadi gadis itu berkata. "Baiklah, aku tidak akan melaporkan apapun kepada ayah, jika sesuatu terjadi, biar aku yang berbicara dengan Yang Mulia Raja."
"Terima kasih, putri Lian Hua."
Lian Hua kembali berpikir, "jika kau mau, aku akan meminta kepada ayahku untuk memberikan pelayan ini padamu. Tidak perlu membuat masalah di istana." Jika Chen Lei berubah cerah, maka tatapan penuh ketakutan diberikan oleh si pelayan wanita. Ia melepaskan dirinya dari pria yang telah menolongnya, dan berlutut di hadapan sang putri. "Yang Mulia, tolong jangan lakukan itu. Aku... lebih baik aku menjadi pelayan di istana ini selamanya dari pada anda memberikan hamba kepada tuan muda Chen!" wanita yang seumuran dengan putri Lian Hua merangkak untuk meraih kaki sang putri.
Dia tidak ingin diberikan untuk tuan muda Chen, dia lebih memilih bekerja di istana ini sebagai pelayan hingga ia tua. Ia ketakuan sambil menangis, ia terisak hingga air matanya berjatuhan ke tanah. Bukannya simpati, Lian Hua mendorong wanita itu dengan kakinya, "ais, kau mengotori pakaianku!" Teriaknya, para dayang istana langsung membersihkan ujung pakaiannya yang bahkan tidak kotor.
"Tuan muda Chen menyukaimu, untuk apa menolaknya? Oh, dengan wajah secantik itu, tujuanmu masuk ke istana ini pasti ingin menarik perhatian Yang Mulia Raja atau Pengeran Mahkota." Lian Hua mencibir. Seluruh pelayan ataupun dayang di istana ini pasti ingin mendapatkan perhatian dari keluarga kerajaan. Jika salah satu pangeran menyukai dayang istana, ayahnya tidak akan ragu membiarkan putranya menjadikan pelayan itu sebagai selir pangeran.
Tidak kecuali dengan wanita ini.
Tangisan sang pelayan semakin keras dengan tubuh bergetar. "Yang Mulia, hamba tidak pernah berpikir seperti itu..." lirihnya. Lian hua tidak peduli.
"Kalau begitu, bisakah kalian beranjak dari sini? Aku harus segera pergi." Dia sudah terlambat, dan pangeran Wang Zifeng mungkin sudah datang sejak tadi.
"Yang Mulia Pangeran, anda di sini!" sekelompok orang yang dimpin oleh Pangeran Mahkota datang menghampiri mereka. "Lian Hua, kau juga di sini!"
"Kakak," sapa Lian Hua singkat. Tetapi sang kakak tidak melihat kepadanya, melainkan kepada pria misterius yang wajahnya belum ia ketahui.
"Aku sudah mencari anda kemana-mana, Pangeran Wang Zifeng."
"Pangeran Wang Zifeng?" sibuk dengan keributan yang dibuat oleh seorang pelayan istana dan Chen Lei, Lian Hua berpikir pemuda misterius itu hanyalah seorang penjaga yang tidak sengaja lewat, siapa sangka dia salah besar.
Lian Hua memutar tubuhnya, hingga kini ia bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.
"Hahaha, baru saja datang, pangeran Wang Zifeng sudah membuat semua orang panik.""Benar ayah, aku sampai mencari di setiap sudut istana. Pada akhirnya, aku menemukan Pangeran Wang Zifeng tidak jauh dari istana Lian Hua." Berada di aula istana, Raja dan Ratu Yishu duduk berdampingan dengan serasi. Di sisi kanan, Pangeran Mahkota Lian Huan duduk bersama adik perempuannya, Putri Lian Hua, dan di depan pangeran mahkota, duduk pangeran dari kerajaan Zhanshi, Pangeran Wang Zifeng.Lian Hua meluruskan punggungnya saat duduk, wajahnya menampilkan senyuman manis, sedangkan matanya tidak lepas dari Pangeran Wang Zifeng. Saat pertama bertemu, Lian Hua berusia sebelas tahun, sedangkan Pangeran Wang Zifeng berumur tiga belas tahun. Sudah lima tahun tidak bertemu, ia pikir tunangannya tidak akan terlihat serupawan dulu lagi setelah berada di perbatasan untuk melawan suku Barbar. Siapa sangka, ketampanan Pangeran Wang Zifeng malah bertambah.Wajah itu masih persis seperti yang ia ingat. Mata yang
"Huahua, ada apa? Kau terlihat kesal." diantara waktu latihan Qin-nya dengan pangeran ke-enam, Pangeran Lian Hong, mendapati aura gelap yang menyelimuti adiknya. Sebagai kakak yang baik, meskipun usia mereka hanya terpaut dua tahun, Lian Hong bertanya."Kau tahu Pangeran Wang Zifeng? Dia mengabaikanku sejak kemarin." Ini sudah hari ketiga sejak Pangeran Zifeng di kerajaan Yishu, seharusnya mereka sudah membicarakan pernikahan, akan tetapi, jangankan membicarakan pernikahan, berbicara dengannya saja sang pengeran tidak mau. Setiap Lian Hua datang menyapa, pemuda itu akan menghindar. Saat Lian Hua memanggilnya dan ingin menghampirinya, sang pangeran akan pergi menjauhinya."Oh, aku dengar ini masalah yang cukup serius. Aku dengar ayah sampai takut jika pernikahan kalian dibatalkan.""Benarkah?" tanya Lian Hua terkejut. Bagaimana mungkin pernikahan mereka berpotensi dibatalkan?Pangeran Lian Hong mengangguk. "Sampai hari ini, kita masih dilindungi oleh Zhanshi. Untuk mengesahkan perjanji
Enam belas tahun yang lalu, kekacauan tengah terjadi di kerajaan Yinshu hingga raja harus mengirim istrinya yang sedang hamil besar keluar istana, bersemubunyi di salah satu istana yang ada di balik pegunungan. Sayangnya, bayi itu harus lahir di tengah perjalanan. Sang ratu yang hanya ditemani oleh dayang setianya tidak tahu harus berbuat apa berhenti di sebuah rumah milik seorang tabib, tabib itu bertugas untuk membantu persalinan.Hari itu, ada tiga wanita yang tengah melahirkan, dengan segala usaha yang telah ia lakukan, akhirnya, putri kerajaan Yinshu lahir ke dunia. "Yang Mulia, ini adalah seorang putri!" Ratu Lian begitu senang. Setelah menunggu bertahun-tahun, akhirnya ia hamil lagi dan sekarang melahirkan anak perempuan. Putra pertamanya dinobatkan sebagai putra mahkota, setelah itu ia tidak lagi hamil. Hingga tahun-tahun berikutnya, para selir melahirkan pangeran-pangeran yang berbakat, tetapi mereka tidak memiliki seorangpun putri, hari ini, ia dianugerahkan seorang putri ya
"Shi Mei!" Lain Hua menghentikan kakinya tepat di hadapan Shi Mei yang melihatnya dengan wajah yang terkejut. Para gadis yang lain juga terkejut melihat kehadirannya di sana, mereka semua, ia mengenali para gadis ini. Mereka selalu datang berkunjung ke istana saat ada perayaan, mereka lalu akan mengelilinginya, bermain, bercerita bersamanya.Mereka akan selalu tertawa dengan semua yang ia katakan, mereka juga akan selalu tersenyum saat bertemu dengannya. Mereka selalu, tetapi tidak dengan saat ini."Shi Mei! Seorang pelayan murahan datang menggoda pangeran Zifeng, dan sekarang dia mengaku sebagai seorang putri! Dia membuat Yang mulia mengusirku dari istana! Dia juga mengusirku ke perbatasan! Kau pasti tahu bagaimana mengerikannya perbatasan itu, bukan?!" cerita Lian Hua dalam satu tarikan nafas.Senyuman di wajah Lian Hua menghilang setelah menyaksikan para gadis itu saling berbisik satu sama lain, dan juga Shi Mei yang menatapnya dari atas hingga bawah tanpa menyembunyikan tatapan ji
Lian Hua berdiri di hadapan Wang Zifei dengan kepala yang tegak. Rambut panjangnya yang selalu tertata rapi kini berantakan, wajahnya begitu pucat, bibirnya kering dan matanya sembab. Pakaian putih tipis yang ia gunakan tidak berguna untuk mengusir hawa dingin yang ia rasakan, sangat berbeda dengan mantel bulu lembut maupun sutra terbaik yang selalu ia gunakan.Akan tetapi, Lian Hua kini mulai sadar, itu semua bukan miliknya, sejak awal semua kemewahan yang ia dapatkan bukan miliknya.Menatap mata seorang pria yang selama ini ia anggap akan menjadi pasangan seumur hidupnya, Lian Hua harus tertawa pahit melihat tidak ada sedikitpun emosi yang diperlihatkan Wang Zifei untuk dirinya. Di sana ia kembali tertampar kenyataan, termasuk sang pangeran sendiri, bukanlah miliknya, serta sejak awal, sang pengeran tidak pernah menyukainya.Lian Hua seperti kembali ketika mereka pertama kali bertemu. Ia bersembunyi di balik pohon dari kejaran dayang istana yang selalu mengikutinya, mengerjai mereka
Lian Hua menatap anak laki-laki tersebut dari sudut matanya. Dia tidak terlihat senang dan berniat untuk mengacuhkan anak itu saja. Mereka, pasangan ibu dan anak, tidak ada hubungannya dengan dirinya. "Apa kau tahu kak Ying-er? Dia pergi meninggalkan kami." lanjut si anak yang menghentikan langkah Lian Hua. Hanya mendengar nama wanita itu saja sudah membuatnya marah, sekarang bocah ini malah bertanya apakah ia mengenalnya atau tidak."Kenapa? Apa kau juga ingin menyalahkanku seperti yang ibumu lakukan karena telah membuat si jalang Shen Ying meninggalkan kalian?" ia tidak peduli dengan ucapannya. Apa yang akan mereka lakukan padanya? Ia sudah dihukum dengan hukuman yang paling buruk selain hukuman mati. Dan semua itu karena wanita sialan yang bernama Shen Ying.Sejak awal ia sudah tidak menyukai pelayan rendahan itu, sekarang orang-orang di sekitarnya terus-terusan mengeluh karena dia meninggalkan mereka. Jika Shen Ying adalah gadis sebaik yang orang-orang katakan, ia tidak akan menga
"Tu-tuan!" penjaga Xue berlutut hingga tubuhnya menyentuh tanah. Pria yang baru saja datang menghentikan kudanya di hadapan si penjaga dan turun dari atas kuda tersebut. Pria itu sangat tinggi dan besar, tubuhnya dilapisi oleh baju zirah berwarna gelap. Dari postur tubuh dan wajahnya yang tegas, Lian Hua tahu jika pria itu bukanlah orang Yishu.Pria tinggi itu melihat kearah penjaga Xue sekilas, setelah itu ia mengabaikan penjaga yang masih berlutut di hadapannya sebelum beralih ke arah Lian Hua yang bergetar karena sebuah pedang hampir saja memotong lehernya dan perutnya yang kembali terasa mual. "Apa wanita itu adalah Lian Hua dari ibu kota Yishu?" tanyanya tanpa mengalihkan matanya dari Lian Hua. Lian Hua yang ditatap seperti itu kembali memuntahkan isi perutnya."Be-benar tuan. Wanita ini adalah Lian Hua.""Putri Lian Hua yang itu?" tanyanya lagi, tanpa mengalihkan pandangannya dari Lian Hua yang masih memuntahkan isi perutnya."Ya, betul! Dia adalah Putri Lian Hua! Ah bukan, dia
Lian Hua menahan nafasnya dan mengendap-ngendap untuk keluar dari rumah tua itu. Dia akan pergi saat pria tinggi mengerikan sedang lengah dan iapun bisa pergi dari sini sebelum dia dibawa kehadapan Fu Fan. Dengan nafas yang ditahan beserta detak jantungnya yang tidak karuan, Lian Hua tidak menyadari keringat dingin di pelipisnya karena begitu takut ketahuan. Ia yakin pria mengerikan yang membawanya adalah seseorang yang sudah sangat terlatih, kabur dari orang seperti itu sama saja dengan tidak mungkin.Baru saja gadis enam belas tahun itu bernafas lega karena ia tidak menemukan siapapun yang mengawasinya, senyuman di bibirnya berubah menjadi teriakan tanpa suara saat ia melihat segerombolan orang tepat di depan pintu rumah tua.Di depannya, seorang pria tidak kalah tinggi, berwajah tegas tengah tersenyum mengerikan kepadanya. Di samping pria itu, pria mengerikan yang membawanya berdiri dengan tegap. Fu Fan. Ia sudah yakin sekali jika orang di depannya adalah Fu Fan. Si pangeran dari k
"A-Yuan, Apa kau tidak apa-apa? Apa yang kau lakukan di sini?" Shen Hua menyentuh wajah sang putra, memeriksa setiap bagian tubuhnya, memastikan tidak ada luka di tubuh anaknya itu."Tuan Zai menyuruh kami semua untuk pergi dan bersembunyi di dalam hutan. Dia terlihat begitu khawatir, tetapi aku ingin bertemu dengan ibu, jadi aku ingin menemui ibu." Shen Hua terdiam karena anaknya yang ketakutan setelah mengaku kepadanya. Ia tidak bisa marah sebab dirinya bisa merasakan ketulusan dari ucapan sang anak untuknya. Pada akhirnya, Shen Hua hanya bisa kembali memeluk tubuh A-Yuan ke dalam pelukannya."Ibu sangat berterima kasih karena kau memikirkan ibu, tetapi sekarang bukanlah saat yang tepat. Kita harus segera pergi dari sini, kita harus sembunyi karena saat ini keadaan Perbatasan tidak aman."A-Yuan meraih tangan ibunya. Mereka berdua berjalan dengan cepat menjauhi kekacauan yang ada di jalanan Perbatasan. Walaupun ia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi suara teriakan maupun kuda
Hal pertama yang Shem Hua lakukan adalah pergi ke tempat putranya— A-Yuan berada. Ia harus memastikan siapapun orang yang tengah mencarinya, tidak mengusik Shen Shunyuan.Bukan sekali ataupun dua kali orang-orang akan mencarinya, biasanya itu adalah salah satu pelanggannya, baik mereka yang tidak menyukainya ataupun orang yang terlalu terobsesi kepadanya. Tidak jarang para pelanggannya juga menawarkan kehidupan sebagai seorang wanita simpanan padanya, namun Shen Hua menolak semua tawaran itu. Sebagian akan menerima keputusannya dengan lapang dada, akan tetapi tidak sedikit yang akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan sang wanita penghibur.Dirinya hanyalah seseorang yang diasingkan, ia tidak memiliki kekuatan ataupun kekuasaan termasuk untuk menyembunyikan putranya serapat mungkin. Jika seseorang sudah berniat untuk menggali semua tentang dirinya, maka mereka akan mengetahui keberadaan A-Yuan, jadi, hal pertama yang ia lakukan adalah memastikan bahwa putranya masih baik-baik sa
"Ibu!""Kakak!" seorang remaja laki-laki bersama anak laki-laki berlari ke arahnya saat Shen Hua baru menginjakkan kakinya keluar dari kereta kuda yang ia tumpangi.Shen Yandao berdiri di depannya, memberinya pandangan yang mengisyaratkan rasa lega dari kedua bola matanya yang hampir serupa dengan Shen Hua. Sedangkan si anak laki-laki langsung memeluknya dan menyembunyikan wajahnya di perutnya.Shen Hua sedikit terkejut, karena ia baru saja meninggalkan wilayah Xuanzhe, sedangkan Perbatasan yang menjadi tujuannya masih jauh di depan saja."Apa yang kalian lakukan di sini? Alisnya bertaut, dengan ujungnya yang naik. Tangannya berusaha melihat wajah Shen Shunyuan yang semakin mengeratkan pelukannya pada pinggangnya dengan tangannya yang kecil."Jangan marah dulu, A-Yuan sangat mengkhawatirkanmu. Kau tidak perlu cemas sesuatu akan terjadi kepadanya. Karena dia datang bersamaku.""Kau tahu bukan itu yang aku khawatirkan, tentu kau bisa menjaganya dengan baik—""Kakak.." dengan lembut sang
"Apakah itu berarti kau adalah salah satu kepercayaan Wang Zifei? Kalian pasti begitu dekat. Dia juga tidak terlihat memperlakukanmu seperti seorang bawahan." jika diingat kembali, kesan pertamanya kepada Su Mengli adalah seorang wanita yang begitu misterius. Tatapannya, caranya berbicara serta aura yang mengelilinginya, yang bisa membuat Shem Hua terdiam hanya dari lirikan matanya.Mungkin karena mereka telah saling mengenal selama lima tahun, hingga pandangannya terhadap Su Mengli sedikit berubah. Shen Hua pikir ia telah mengenal wanita itu lebih jauh, namun ternyata melihat Su Mengli yang ada di depannya sekarang iapun sadar jika setiap orang memiliki rahasia mereka sendiri, dan mungkin banyak orang yang ia anggap sudah mengenal dengan baik namun ternyata ia tidak tahu apa-apa tentang mereka."Aku dan Pangeran Wang Zifei memiliki hubungan yang cukup rumit." Su Mengli Menjawabnya setelah diam cukup lama."Apa? Apa kalian dulu adalah mantan kekasih?" Entah apa yang merasukinya hingg
"Kau tidak akan pergi sendiri. Seseorang akan menemanimu kembali ke Perbatasan." Di tengah berbagai kebingungan dalam pikirannya, Wang Zifei berkata, namun seolah Shem Hua tidak ingin mendengarnya, wanita itu kembali memotong dengan cepat."Tidak perlu. Perjalanan kembali ke Perbatasan tidak begitu jauh, juga tidak berbahaya. Aku bisa kembali sendiri." ada rasa kesal dan amarah di dalam hatinya. Suasana hatinya langsung berubah dan yang keluar dari mulutnya sekarang hanyalah gerutuan. Ini seperti bertemu dengan dirinya yang lalu, seorang putri yang terus menggerutu, kesal, dan marah sepanjang hari."Tidak. Aku tidak akan membiarkanmu kembali seorang diri. Aku sudah berjanji akan mengantarmu kembali ke Perbatasan dengan selamat. Walaupun bukan diriku yang mengantarkanmu secara langsung, tetapi aku juga harus memastikan keselamatanmu. Tidak ada penolakan. Bersiaplah dan kita akan segera kembali."Jujur saja berpikir harus kembali seorang diri ke Perbatasan Shen Hua juga tidak bisa memas
"Aku rasa ini adalah tempat yang bagus." Shen Hua melepaskan pegangan tangannya pada pergelangan tangan Wang Zifei yang besar. Pria itu melirik ke arah tangannya yang tiba-tiba hampa dan melihat kepada seorang wanita di hadapannya."Kau akan menari di sini?" Tanyanya, menarik tangan yang masih menggantung di udara."Ya, tempat yang bagus juga akan mendukung sebuah penampilan. Kau berdirilah di sana, nikmati pertunjukan yang aku tampilkan." Ia memberikan gestur dengan tangannya.Setelah dengan penuh semangatnya Shen Hua menarik sang pangeran kesana kemari mencari tempat untuk menampilkan tariannya, akhirnya wanita itu memilih sebuah tempat yang berdekatan dengan gurun. Tanah yang ia injak bukan lagi tanah keras, tetapi pasir, dengan pepohonan rindang yang masih menaungi mereka. Malam itu bulan begitu terang, tidak ada awan yang menutupi cahayanya nan jatuh tepat kepada seorang wanita yang berdiri di bawahnya.Wang Zifei memundurkan langkahnya, memberikan ruang yang cukup untuk Shen Hua
"Kita bisa beristirahat di sini." Setelah kuda putih yang dirinya dan sang pangeran tunggangi berhenti di sebuah penginapan, Shen Hua juga berpikir bahwa tubuhnya juga lelah, tidak lupa perutnya juga terasa lapar. Matahari sudah mulai tenggelam di ujung barat, tidak lama lagi malam akan datang, dan perjalanan mereka akan jauh lebih berbahaya di malam hari.Wanita cantik bermata cerah itu tidak tahu sejak kapan pangeran yang duduk di belakangnya telah turun terlebih dahulu, Shen Hua menoleh dengan suara yang tertahan di tenggorokannya saat dengan mudahnya sang pria menurunkannya dari atas kuda. Tentu saja ia ingin menyuarakan protes, tetapi semua itu tertahan tanpa bisa ia keluarkan.Sekarang mereka sedang berada di sebuah desa kecil yang cukup jauh dari pusat kota kerajaan Xuanzhe. Desa yang berbatasan langsung dengan gurun pasir besar Xuanzhe yang tidak dihuni oleh banyak penduduk. Menurut Wang Zifei desa itu juga jarang dikunjungi oleh pendatang, namun sejauh yang ia lihat, penduduk
"Bukankah kita akan pergi ke perbatasan? Tetapi di mana ini?" disela perjalanan yang terasa begitu panjang, wanita cantik yang memiliki mata cerah nan mempesona menyuarakan pertanyaan kepada pangeran tampan dari kerajaan Zanshi yang duduk di belakangnya. Kuda putih yang mereka tunggangi berjalan dengan kecepatan normal, membelah jalan setapak di tengah rimbunnya pepohonan.Shen Hua mengedarkan matanya ke seluruh sisi jalan, di saat dirinya sadar jika jalan yang mereka lewati bukanlah jalan menuju ke arah tujuannya— perbatasan."Kita akan ke Perbatasan." Jawaban dari sang pangeran begitu tenang. Wanita itu mendengus, memutar bola matanya walaupun tidak terlihat oleh pria di belakangnya."Apa kau pikir aku begitu bodoh? Ini bukanlah jalan menuju ke Perbatasan." Seingatnya mereka berjalan ke arah berlawanan dengan jalan yang mengarah ke Perbatasan."Seperti yang aku janjikan kepadamu, aku akan mengantarmu kembali dengan selamat, tetapi, kita akan melewati jalan yang memutar, melewati ja
"Apa kau melihatnya? Aku sedang menantikan si putri kejam itu lewat.""Pengasingan? Bukankah lebih baik jika Yang Mulia Raja menghukum seluruh keluarga Shen dengan hukuman mengarak mereka semua keliling kota lalu menggantungkan tubuh mereka di gerbang? Apapun yang mereka lakukan adalah perbuatan yang tidak dapat dimaafkan! Bagaimana mungkin si tua bangka Shen berani menukar putri dengan anaknya dari kalangan rendah? Orang rendah tetap akan menjadi orang rendahan!""Lalu apa yang akan kau lakukan?""Akan melempar batu ketika putri palsu beserta keluarganya lewat!"Samar, Shen Hua seperti mendengar seseorang berbicara, di dalam ingatan yang terlihat begitu kabur serta samar. Kabut menghalangi penglihatannya, begitu pula dengan wajah orang-orang yang tengah berbicara. Ia berada di tengah-tengah keramaian dan semua orang seolah-olah tengah menghakiminya."Aku akan menyeretmu mengelilingi kota kemudian menggantung kepalamu di tengah gerbang!" Tiba-tiba saja keramaian itu berganti dengan di