Share

04. Malam yang Panas, Malam yang Dingin

"Huahua, ada apa? Kau terlihat kesal." diantara waktu latihan Qin-nya dengan pangeran ke-enam, Pangeran Lian Hong, mendapati aura gelap yang menyelimuti adiknya. Sebagai kakak yang baik, meskipun usia mereka hanya terpaut dua tahun, Lian Hong bertanya.

"Kau tahu Pangeran Wang Zifeng? Dia mengabaikanku sejak kemarin." Ini sudah hari ketiga sejak Pangeran Zifeng di kerajaan Yishu, seharusnya mereka sudah membicarakan pernikahan, akan tetapi, jangankan membicarakan pernikahan, berbicara dengannya saja sang pengeran tidak mau. Setiap Lian Hua datang menyapa, pemuda itu akan menghindar. Saat Lian Hua memanggilnya dan ingin menghampirinya, sang pangeran akan pergi menjauhinya.

"Oh, aku dengar ini masalah yang cukup serius. Aku dengar ayah sampai takut jika pernikahan kalian dibatalkan."

"Benarkah?" tanya Lian Hua terkejut. Bagaimana mungkin pernikahan mereka berpotensi dibatalkan?

Pangeran Lian Hong mengangguk. "Sampai hari ini, kita masih dilindungi oleh Zhanshi. Untuk mengesahkan perjanjian itu, kau harus menikah dengan Pangeran Wang Zifeng. Coba kau bayangkan apa yang akan terjadi jika kau tidak jadi menikah dengan Wang Zifeng, kerajaan kita akan hancur karena tidak dilindungi lagi." kerajan Yishu adalah kerajaann yang lemah dan berada dalam posisi yang tidak bagus, berada diantara kerajaan Zhanshi dan Xuanzhe, suatu saat, kerajaan mereka bisa menjadi tempat pecahnya peperangan dan perebutan kekuasaan.

"Lalu menurutmu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Lian Hua kepada kakak ke-enamnya.

"Aku dengar ini semua karena seorang dayang istana. Saranku adalah, kau beri pelajaran untuk dayang itu, tetapi secara rahasia, jika bisa, lakukan di luar istana, sedangkan untuk Pangeran Wang Zifeng, aku punya sebuah rencana untukmu." Lian Hong menyuruh adiknya mendekat, dan berbisik di telinga wanita yang lebih muda.

...

Malam hari, salju turun dengan lebat. Yang Mulia Putri Lian Hua berdiri di depan pintu kamar Pangeran Wang Zifeng, ia memerintahkan dayang istana untuk membuka pintu di depannya. Pintu itu terbuka dan tertutup, meninggalkan cahaya temaram dari lilin di sisi tempat tidur Pangeran Wang Zifeng yang sudah tertidur. Ia mendekat, menyibak tirai di sekeliling kasur, menatap wajah tampan yang sudah terlelap. Sejak pertemuan mereka, ini adalah kali pertama ia bisa melihat wajah itu dari dekat.

Lian Huan membuka ikat rambutnya, membiarkan rambut hitam panjangnya tergerai di punggunya. Secara perlahan, jemarinya nan lentik membuka ikatan pakaiannya, meninggalkannya dengan lapisan paling dalam pakaiannya yang transparan. 

"Datangi kamarnya di malam hari dan tidur dengannya. Dia tidak akan bisa melarikan diri setelah terpergok tidur denganmu, dan pernikahan kalian akan dilaksanakan sesegera mungkin." Ia mengikuti saran sang kakak dengan baik. Ia menyuruh seseorang memasukan obat tidur dan aphrodisiac ke dalam minuman Pangeran Wang Zifeng, setelah itu, ia akan masuk ke dalam kamar sang pangeran dan memanjat tempat tidurnya.

Lian Hua mengusap dada bidang calon suaminya, tangannya masuk ke dalam pakaian tidur putih yang digunakan oleh sang pangeran, menikmati rasa hangat dari tubuh yang lebih besar darinya. Ia tahu jika perbuatannya akan membuat Wang Zifeng marah, tetapi ia benar-benar sudah kehabisan akal serta frustasi. Ia hanya ingin diperhatikan, tidak peduli jika bentuk perhatian yang diberikan oleh sang pangeran adalah dengan cara seperti ini.

Apa yang akan menjadi miliknya, harus menjadi miliknya.

Usapan tangannya bergerak ke arah bawah, berniat untuk melepaskan ikatan celana Pangeran Zifeng. Namun tangannya terhenti setelah digenggaman dengan sangat kuat.

Kedua manik Lian Hua bertemu dengan milik Wang Zifeng yang terbuka, "apa yang kau lakukan?!" tidak panik sedikitpun, Lian Hua merendahkan tubuhnya, "aku hanya merindukanmu, suami.." bisiknya dengan sangat lirih. Genggaman di tangannya berubah menjadi cengkraman.

"Ka-kau.." Wang Zifeng merasakan pusing di kepalanya. Suara di sekitarnya terdengar samar, yang jelas, seluruh tubuhnya diisi dengan rasa terbakar dan panas. Nafasnya terengah. "A-apa yang kau lakukan kepadaku?"

Lian Hua mengusap dada pemuda itu dengan lembut, "aku hanya melakukan sesuatu yang akan membuatmu... senang..?" Lian Hua berusaha untuk menggoda sang pangeran. Ia mendekatkan wajahnya, berbisik di telinga itu, "Aku tahu kau menginginkannya, lihat, di sini sudah mengeras." suara erangan  keluar dari bibir Wang Zifeng yang berusaha menjauhkan Lian Hua dari tubuhnya, akan tetapi, apapun obat yang telah diberikan oleh sang putri padanya, begitu kuat hingga rasanya ia kehilangan akal sehat.

Lian Hua terkekeh, "aku tidak menyangka jika Pangeran Wang Zifeng yang jarang bereskpresi bisa terlihat semanis ini," Nafas sang pangeran semakin memburu, "aku tahu kau menginginkannya," berakhir sudah. Wang Zifeng sudah kehilangan akal sehatnya. Ia tidak lagi bisa membendung instingnya, pikiran dan logikanya tidak lagi berjalan ketika ia mengangkat tubuh wanita yang lebih kecil darinya, menindihnya di bawahnya.

Lian Hua meneguk ludahnya gugup. Ia tidak pernah melakukan hal ini, ini adalah pengalaman pertamanya dan pengalaman itu akan ia bagi dengan cinta pertamanya.

Di mulai dengan Wang Zifeng yang menciumnya dengan liar, ia membiarkan pemuda itu melakukan apapun kepadanya.

....

Seperti terbangun dari mimpi, Wang Zifeng duduk dengan cepat. Gerakan itu membuat Lian Hua tidak seimbang, hingga ia terhempas ke lantai. Kegiatan panas mereka telah berakhir sejak satu jam yang lalu, tubuhnya sangat lelah dan ia hanya ingin tidur, namun ketika ia hendak mencium wajah sang pangeran, yang ia dapatkan adalah tubuhnya yang terjatuh dengan sangat keras.

Lian Hua terpaku di posisinya, seumur hidup belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh siapapun. Ia hidup dan tumbuh sebagai seorang putri, orang-orang berlutut di hadapannya, tetapi pemuda ini, Pangeran Wang Zifeng menolak dan mendorongnya hingga ia terjatuh tepat setelah efek obat yang ia berikan perlahan menghilang.

Dari tempat tidur, Wang Zifeng menatap Lian Hua dengan tajam, wajahnya tidak lagi panas dan menyimpan nafsu yang besar, yang ada adalah wajah dingin yang gelap, beserta tangan yang terkepal dengan erat. Sang pangeran berusaha untuk mengembalikan kesadarannya, menahan emosinya. Ia marah atas perbuatan tidak bermoral yang dilakuakan oleh sang putri, ia lebih marah karena dirinya lepas kendali. "Putri Lian Hua, kali ini kau sudah melewati batas." ujar sang pangeran dingin, Lian Hua merasakan tubuhnya meremang takut dengan suara itu.

Akan tetapi, ia tidak akan menyerah begitu saja, harga dirinya sudah dinjak-injak, ia sudah rendah dimata sang pangeran, untuk apa berpura-pura lagi? "Kenapa kau tidak menyukaiku sekarang? Padahal tadi kau begitu menikmati kegiatan kita." tanyanya, sambil menggoda. Sayangnya, perkataannya semakin membuat Wang Zifeng menggelap.

"Kau bertanya kenapa aku tidak menyukaimu? Bukankah seharusnya kau bertanya kepada dirimu sendiri kenapa aku tidak menyukaimu?" jawab sang pangeran, tidak bergerak dari posisinya. Lian Hua mencoba berdiri, namun pergelangan kakinya terasa sakit, "Au!"

"Berhentilah berpura-pura, aku tidak akan terjebak dalam tipu dayamu lagi." Lian Huan mengigit bibirnya, berdiri sambil menahan rasa sakit. Bukan hanya di pergelangan kakinya, tetapi seluruh tubuhnya terasa remuk setelah aktivitas liar yang telah ia lakukan dengan Pangeran Wang Zifeng.

"Apa ini semua karena pelayan itu? Shen Ying?"

"Ini tidak ada hubungannya dengan Ying-er."

"Hah, Ying-er? Kau bahkan memiliki nama panggilan untuknya? Kau menghabiskan waktumu setiap jam bersama gadis itu, memberinya nama panggilan, tetapi tidak pernah berbicara denganku sekalipun?!" Lian Hua berkata sambil menahan getaran di dalam suaranya. Hatinya terluka, dan itu karena cinta pertamanya membencinya.

Diamnya Pangeran Wang Zifeng membuktikan bahwa sang pangeran tidak peduli dengan perasaannya, tidak peduli apakah Lian Hua akan terluka atau tidak ketika ia tidak berusaha untuk memberi penjelasan, berusaha untuk menenangkannya.

"Tidak peduli kau menyukai Shen Ying atau siapapun, orang yang akan menjadi istrimu adalah aku! Kau sudah meniduriku, kau akan berakhir bersamaku, bagaimanapun!" Ia harus mendapatkan apa yang ia inginkan, ia tidak ingin membagi miliknya.

"Yang Mulia!" dari arah luar, suara Dayang Chang memanggilnya, terdengar terburu-buru dan tergesa-gesa, tidak seperti biasanya.

"Ada apa?"

"Yang Mulia raja memanggil anda untuk menghadap."

"Malam-malam begini?"

"Ya!"

Dayang Chang tidak pernah kehilangan ketenangannya, jika wanita itu sudah terdengar panik seperti ini, maka ini pasti hal yang sangat penting. Apakah ayahnya mengetahui rencananya yang menjebak pangeran Wang Zifei tidur dengannya? Tetapi itu bukan masalah, bukan? Mereka sudah tidur bersama, mau tidak mau pernikahan harus segera dilakukan.

Selama perjalanan, Lian Hua tidak sempat memperbaiki penampilannya, ia hanya menggulung rambutnya dan mengeratkannya dengan sebuah konde, sedangkan tubuhnya ia balut dengan mantel bulu agar tetap hangat. Malam begitu dingin dengan salju yang tidak berhenti turun. Di sebelahnya, Dayang Chang memegangi payung untuknya, memintanya berjalan dengan cepat. Lian Hua memaksa dirinya diantara kesakitan diseluruh tubuhnya.

Sesampainya di aula istana, di sana sudah ada ibu dan Pangeran Mahkota, juga seorang wanita paruh baya yang berlutut di hadapan mereka, di sebelah wanita itu, Shen Ying ikut berlutut. Kenapa wanita pelayan ini di sini? Bukankah ia sudah menyuruh seseorang untuk memberikan pelajaran untuknya?

"Ayah, ibu, ada apa ini?" Lian Hua menatap bingung pada kedua orang tuanya yang berwajah masam, panik, dan bingung bercampur dengan satu. "Anda bisa melihatnya sendiri, Yang Mulia. Bayi yang anda lahirkan memiliki sebuah tanda di belakang bahu kanannya, bukan? Selain itu, anda juga tidak sengaja menjatuhkan bayi anda saat baru lahir dan melukai pergelangan kakinya, aku masih ingat semua itu dengan baik."

Ratu Lian berasa ingin muntah dan pingsan, namun ia memegang tangan sang suami erat, meminta kekuatan. "Lakukan." Dayang istana Chang langsung memeganginya, "maafkan aku, Yang Mulia," ujarnya sebelum membuka mantel di tubuhnya dan menarik kerah bajunya. Di sisi lain, dayang istana tempat ratu tinggal juga melakukan hal yang sama kepada Shen Ying.

"Tidak ada tanda apapun di bahu Putri Lian Hua." Dayang Chang beralih pada pergelangan kakinya, "Juga tidak ada apapun di pergelangan kakinya." Lian Hua yang baru saja terkilir, beserta rasa sakit di bagian tubuhnya yang lain, menahan rasa sakit yang amat sangat sambil meringis.

Sang ratu menahan nafasnya tercekat.

"Aku menemukan sebuah tanda di bahu kanan Shen Ying, tanda itu seperti tiga titik membentuk segitiga. Di pergelangan kaki Shen Ying juga ada bekas luka seperti gelang yang melingkari pergelangan kakinya."

Sang ratu terduduk, tidak percaya, ia terisak dan suaranya tertahan. "Ayah, ibu, ada apa ini?" tanya Lian Hua lagi.  Tetapi tidak ada yang mendengarnya bicara.

"Bayiku yang malang.." lirih sang ratu. 

"Ada apa i—"

"Lian hua, kau bukan anak dari ayah dan ibu, kau adalah anak dari wanita itu. Dia telah menukarmu dan Shen Ying saat masih bayi!"

Lian Hua terkejut, matanya membulat dan ia tertawa kecil, "A— ini tidak mungkin bukan? Aku adalah putri selama enam belas tahun! Bagaimana mungkin aku tidak lagi seorang putri?!" Ia menunggu seseorang, siapapun untuk mengatakan semua itu adalah bohong. Bahwa dia masih seorang putri. Namun, raja dan ratu yang salama ini ia anggap ayah dan ibunya tidak melihat sedikitpun kepadanya. Ratu Lian berlari ke arah Shen Ying, memeluknya didalam pelukannya, mendekapnya dengan erat.

"Ibu..." Lian Hua menggapai sosok yang sudah ia panggil ibu selama enam belas tahun, namun sekarang wanita itu malah memeluk orang lain. "Hah! Sekarang orang seperti Shen Ying bisa menjadi seorang putri? Sangat tidak masuk akal! Dia hanya seorang pelayan murahan!" ia bergegas, ingin menarik tangan Ratu Lian dari Shen Ying. Itu adalah ibunya, miliknya. Ia tidak ingin membagi miliknya kepada siapapun.

Akan tetapi, yang dia dapatkan adalah dorongan dari Ratu Lian, hingga ia terjatuh Karena tubuhnya terasa lemas. "Jaga mulutmu!"

Lian Hua tersentak, hari ini, setelah Wang Zifeng, sekarang ibunya yang melakukan hal ini kepadanya, seseorang yang tidak pernah membentaknya. "Ibu..." air matanya berkumpul di sudut matanya, dadanya sesak dan tanpa bisa ia tahan, setetes air mengalir dari maniknya yang memerah. "Ibu..."

"Aku bukan ibumu! jangan panggil aku dengan panggilan itu!" tetapi aku sudah memanggilmu ibu seumur hidupku. Batinnya. Ia meremas dadanya yang sakit. Sangat sakit.

"Oh, putri kecilku. Maafkan ibu yang selama ini tidak mengenalimu. Apa kau kedinginan? Apa kau kelaparan?" Lian Hua yang patah hati beralih kepada Raja Lian, berdiri dengan gagah dan ikut sakit melihat istrinya yang diisi dengan rasa bersalah.

"Ayah..." lirihnya.

"Cepat usir wanita ini dari sini!" ketika sang penguasa sudah bersuara, tidak ada seorangpun yang berani membantahnya.

"Dan juga bawa anak gadismu bersamamu, buang mereka ke Perbatasan. Jangan pernah biarkan mereka kembali ke ibu kota!"

"Aku membiarkanmu hidup karena telah membesarkan putriku sampai saat ini. Jangan pernah muncul lagi dihadapanku." titah sang raja tanpa ada yang bisa membantahnya.

"Yang, Yang Mulia! Jangan pisahkan aku dari putriku! Ying-er, Ying-er!" wanita itu ditarik paksa oleh penjaga, sedangkan Lian Hua membiarkan dirinya ikut diseret ke luar istana. 

Ini adalah miliknya. Tahta itu adalah miliknya, panggilan itu adalah untuknya, itu adalah orang tuanya, mereka adalah kakak-kakaknya. Dan dalam semalam, semua itu bukan lagi miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status