Share

03. Pangeran Wang Zifeng

"Hahaha, baru saja datang, pangeran Wang Zifeng sudah membuat semua orang panik."

"Benar ayah, aku sampai mencari di setiap sudut istana. Pada akhirnya, aku menemukan Pangeran Wang Zifeng tidak jauh dari istana Lian Hua." Berada di aula istana, Raja dan Ratu Yishu duduk berdampingan dengan serasi. Di sisi kanan, Pangeran Mahkota Lian Huan duduk bersama adik perempuannya, Putri Lian Hua, dan di depan pangeran mahkota, duduk pangeran dari kerajaan Zhanshi, Pangeran Wang Zifeng.

Lian Hua meluruskan punggungnya saat duduk, wajahnya menampilkan senyuman manis, sedangkan matanya tidak lepas dari Pangeran  Wang Zifeng. Saat pertama bertemu, Lian Hua berusia sebelas tahun, sedangkan Pangeran Wang Zifeng berumur tiga belas tahun. Sudah lima tahun tidak bertemu, ia pikir tunangannya tidak akan terlihat serupawan dulu lagi setelah berada di perbatasan untuk melawan suku Barbar. Siapa sangka, ketampanan Pangeran Wang Zifeng malah bertambah.

Wajah itu masih persis seperti yang ia ingat. Mata yang kecil dan tajam, hidungnya yang tinggi, alisnya yang tebal. Bedanya adalah, sekarang kulit itu tidak berwarna putih pucat lagi, tetapi sudah berwarna tan karena terbakar sinar matahari. Belum lagi tubuh kurus kecil Pangeran Wang Zifeng sudah dipenuhi oleh otot-otot kuat, dadanya juga terlihat bidang serta bahu yang lebar. Membayangkan itu saja, Lian Hua tidak berhenti untuk tersenyum. Pangeran Mahkota Lian Huan yang menyadari tingkah aneh sang adik, hanya bisa menggeleng.

"Apakah Pangeran Wang Zifeng sudah tidak sabar untuk bertemu dengan putri kami, Lian Hua?" ujar sang raja menggoda putrinya yang memerah. 

"Ayah..." lirih Lian Hua malu.

Di sisi lain, Pangeran Wang Zifeng menoleh sekilas kepada pasangan adik kakak di depannya. Pangeran Mahkota begitu beribawa, dan adiknya, Putri Lian Hua tersenyum malu-malu. "Aku tersesat dan tidak sengaja menemukan kejadian yang tidak mengenakan. Jadi aku memutuskan untuk membantu."

"Kejadian apa itu?" tanya sang raja.

"Aku memergoki seorang pemuda yang hendak melakukan pelecehan kepada pelayan istana di siang hari, dan aku yakin pria itu bukan anggota keluarga kerajaan." baik raja dan ratu Yishu terlihat terkejut dan malu. Pangeran Wang Zifeng adalah tamu dan utusan dari kerajaan seberang. Menemukan hal memalukan di hari pertamanya sama saja mencoreng wajah sang raja.

Wanita istana, baik pelayan ataupun dayang adalah milik raja, jangankan orang luar, pangeranpun tidak boleh sembarangan menyentuh wanita istana tanpa persetujuan sang raja.

"Apa panegran Wang Zifeng tahu siapa pemuda itu?"

"Ayah, itu adalah Tuan Muda Chen Lei, teman belajar kakak ketiga." sela Lian Hua dari tempat duduknya.

"Aku ingat Chen Lei. Dia sangat dekat dengan pangeran ketiga." ujar ratu kepada sang raja.

"Tetapi itu bukan masalah besar. Salah pelayan itu menggoyangkan ekornya ke sana kemari. Aku pikir dia memang ingin dilecehkan." ujar sang putri tertawa mremehkan. "Ayah memiliki banyak wanita istana, untuk apa mempertahankan seorang wanita istana yang sudah disentuh oleh pria lain? Aku sarankan ayah memberikannya saja kepada orang lain." Raja Lian tidak pernah bisa menolak permintaan sang putri, apalagi permintaan itu hanya hal sepele seperti wanita istana.

"Kalau begitu, aku serahkan semuanya kepada putri kami yang berbakat. Jika menurutmu seseorang menyukai  gadis itu, lebih baik berikan saja." Lian Hua tersenyum senang. Ia sudah mennyusun rencana di dalam otaknya untuk si pelayan wanita. Wanita murahan itu, bukan hanya menggoda Chen Lei, dia juga memeluk tunangannya, dia yakin pelayan itu sudah menargetkan Pangeran Wang Zifeng sejak awal.

"Pangeran Wang, sudah lima tahun sejak kau dan Lian Hua bertunangan, bukankah kedatanganmu kali ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan pernikahan?" setiap hari putrinya terus merengek kepadanya, bertanya kapan pangeran Wang ZIfeng kembali dari perbatasan dan datang ke kerajaan Yishu. Dia sudah ingin menikah, setiap hari isi pikirannya hanya menikah, menikah dan menikah, sudah lelah dengan pertunangan yang sudah berjalan selama lima tahun.

"Ayah... Pangeran Wang Zifeng baru saja tiba, bagaimana bisa ayah langsung membicarakan pernikahan?" Lian Hua menyembunyikan wajahnya di balik lengan bajunya yang lebar— ia merasa malu, apa lagi mata tajam Pengeran Zifeng tengah tertuju kepadanya.

Baik Pengeran Mahkota, Raja, Ratu juga Lian Hua menunggu jawaban sang pangeran, namun yang keluar dari bibir itu sangat mengejutkan anggota keluarga Kerajaan Yishu. "Yang Mulia mengatakan jika pelayan istana itu boleh dimiliki oleh siapapun, kalau begitu, aku memintanya sebagai salah satu pelayan di kediamanku selama berada di sini."

Gelas yang Lian Hua pegang jatuh dengan bunyi keras. Pangeran Mahkota langsung panik, memanggil dayang istana untuk membersihkan pakaian adik perempuannya. Selain itu, ia tahu temperamen buruk sang putri, dan menunggu gadis itu untuk meledak. 

Setelah di tunggu, wajah terkejut Lian Hua perlahan-lahan menghilang, lalu ditutupi oleh awan gelap dan beberapa detik kemudian dia tersenyum ceria. "Ah! Aku menjatuhkan gelasku." ujarnya mengambil gelas yang lain. "Yang Mulia Pangeran pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh. Pelayan! Hidangkan makanannya!"

Raja dan ratu bernafas lega di singgasana mereka, jika putrinya mengamuk saat itu, mereka bisa kehilangan muka. "Ah benar. Ayo makan! Pangeran Wang Zifeng, silahkan nikmati makanannya. Kami juga menyiapkan makanan khas Yishu dan Zhanshi untukmu."

....

Kembali ke kamarnya, Lian Hua melemparkan salah satu pot berharga di kamarnya. Membuat kegaduhan sambil berteriak keras. "Ah! Sialan! Wantia murahan! Aku tidak akan melepaskanmu!" ia mengambil apapun benda yang ada dalam jangkauannya, dan melemparnya lagi. Sang putri tidak peduli jika pecahan kaca itu mengenai salah satu pelayan yang berlutut di hadapannya.

"Cari tahu siapa gadis pelayan itu sekarang juga!" amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun, bagaimana ini? Pangeran Wang Zifeng bahkan tidak meliriknya lagi sejak keluar dari aula istana. Pemuda itu juga tidak peduli dengan panggilan yang diberikan Lian Hua untuknya, malah sang pangeran lebih peduli kepada seorang pelayan yang rendah.

"Gadis jalang itu berhasil mendapatkan perhatian Pangeran Zifeng! Aku tidak menyangka masih ada orang di dunia ini yang tidak punya malu sepertinya." ujarnya. Ia takut jika pangeran Zifeng lebih peduli kepada wanita itu, kemudian rasa peduli itu akan berubah menjadi rasa suka. Apa itu artinya dia harus membagi suaminya dengan orang lain? Dengan seorang pelayan? Lian Hua menolak semua itu.

"Dayang Chang, menurutmu, apa yang harus aku lakukan?" Dayang Chang yang tidak terganggu dengan amarah sang putri berbicara, "hari ini bukan hari yang baik, aku sarankan Yang Mulai untuk istirahat, besok pagi kita bisa mendatangi istana Pangeran Wang Zifeng istirahat, melupakan pertemuan tidak beruntung hari ini dan memulainya dengan pertemuan yang baru."

Lian Hua setuju dengan saran Dayang Chang. Suasana hatinya langsung berubah bagus. "Kau benar, aku butuh tidur nyenyak agar jerawat ini tidak semakin besar!" Gadis itu berdiri dari duduknya, "bersihkan kekacauan ini. Dayang Chang, apa kau membawa obat jerawat dari tabib kerajaan? Aku akan memberinya hukuman jika besok pagi jerawatku tidak hilang."

"Baik, Yang Mulia." sang putri masuk ke dalam kamarnya, sedangkan para pelayan dan dayang istana Lian Hua sibuk membereskan kekacauan yang sudah ia buat.

.....

Di pagi hari, putri Lian Hua sudah keluar dari kamarnya, dengan wajah yang cerah dan pakaian mewah dipadukan dengan mantel hangat, ia berjalan menuju tempat Wang Zifeng tinggal. Ia akan memberikan kesan baik dengan bangun pagi, ia juga akan meminta maaf kepada tunangannya atas apa yang terjadi kemaren. Setelah itu, mereka bisa memulai semuanya dari awal lagi, dan pernikahan bisa dibicarakan.

Akan tetapi, langkah riang dan wajah cerianya langsung menghilang, digantikan dengan gemertak gigi yang menahan marah, wajah gelap dan langkah cepat setelah matanya menangkap sosok yang ia kenal di kediaman Pangeran Wang Zifeng. Ia menarik tangan gadis itu dan menampar wajahnya keras.

"Yang Mulia, anda tidak perlu melukai tangan anda sendiri." ujar dayang Chang,  menyuruh dayang istana lain memegangi gadis yang berlutut di tanah, terkejut.

"Ya-yang Mulia... aku... apa yang aku lakukan hingga membuat anda marah?" suara wanita itu begitu pelan, air matanya juga hampir jatuh.

Tadi pagi, ia sudah megetahui identitas gadis ini. Dia bernama Shen Ying, seorang pelayan di tempat mencuci. Hah, tempat mencuci berada jauh di belakang, untuk apa seorang pelayan dari tempat mencuci sampai keluyuran di sekitar istana Lian Hua? Ia seperti sudah mencium bau busuk dari wanita ini.

Melihat pakaiannya yang semula hanya seorang pelayan kelas rendah, sekarang sudah berganti menjadi seorang dayang istana. Hah! Siapa yang ia goda sekarang? Pangeran Mahkota? Kakak kedua?

"Kau bertanya apa yang sudah kau lakukan hingga membuatku marah?! Apa yang pelayan rendah sepertimu lakukan di istana Pangeran Wang Zifeng? Apa kau ingin mengganggu suamiku?!" teriak Lian Hua marah, melupakan dirinya yang seorang putri. Ia tidak suka seseorang mengambil miliknya, merebut apa yang ia punya, apalagi oleh seseorang yang ia anggap rendah seperti Shen Yin!

"Yang Mulia.. A-aku.." tidak memberikan kesempatan gadis itu untuk berbicara, Lian Hua memerintahkan dayang istananya menyeret Shen Ying yang sudah menangis di kakinya. "Cambuk dia tiga puluh kali hingga tidak bisa berdiri lagi!" titahnya tanpa peduli dengan Shen Ying yang memohon ampunan darinya.

"Ada ada ini?" Pangeran Wang Zifeng datang setelah mendengar keributan.

Melihat calon suaminya datang, Lian Hua langsung berubah cerah. Baru saja sehari, ia sudah merindukan Pangeran Zifeng. "Aku datang untuk berkunjung, Yang Mulia!"

Wang Zifeng tidak tersenyum kepada putri Lian Hua, apalagi setelah ia melihat Shen Ying yang menangis sambil ditarik paksa oleh orang-orang Putri Lian Hua. "Lepaskan dia." Perintah Wang Zifeng yang terdengar jelas bahwa ia tidak menyukai apa yang mereka lakukan pada Shen Ying.

"Lepaskan dia," kali ini Lian Hua yang berbicara, ia tidak ingin calon suaminya semakin menilai buruk dirinya.

"Apa yang kau lakukan padanya?" tanya sang pangeran.

"Aku hanya menyingkirkannya dari sini. Dia masuk begitu saja ke dalam istanamu, aku yakin dia sedang merencanakan hal yang buruk." ujar Lian Hua, mencoba menghasut Pangeran Wang ZIfeng.

Akan tetapi, yang ia dapati adalah tawa mencemooh dari sang pangeran, "apa maksudmu dia menyelinap masuk? Dia sudah menjadi dayang istanaku. Dia yang akan melayaniku mulai sekarang." tidak peduli dengan ekspresi putri Lian Hua, pangeran Zifeng membantu Shen Ying berdiri.

Tangan Lian Hua terkepal di samping tubuhnya, melihat bagaimana tangan sang pangeran merangkul tubuh Shen Ying dengan posesif. Ia kembali ingat kejadian kemarin, dimana Shen Ying yang bersandar dengan nyaman di dada calon suaminya. Ia akan memberikan pelajaran untuk wanita itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status