Wanita lain dihati suami
"Aku yang selalu berusaha meyakinkan Papah dan Mamah untuk bisa menikah denganmu, tapi nyatanya yang selama ini aku perjuangkan malah sebaliknya. Aku benci dikhianati, aku benci dibohongi. Tak ada kata maaf untuk cinta yang dikhianati, sekalipun itu ikatan pernikahan, karena bagiku pernikahan bukanlah ajang untuk saling menyakiti pasangan.""Aku hanya khilaf, tak mungkin bisa aku hidup tanpamu, Yunita. Kau bisa robek hatiku, lihatlah didalamnya ada mamamu yang senantiasa aku jaga, harapan demi harapan yang kita lalui akhirnya bisa sampai dititik ini, sayang.""Lalu kenapa sekarang kamu berkhianat ? Setelah semua perjuangan yang aku lakukan untukmu, apa masih kurang, Mas ? Aku hanyalah manusia biasa, kekurangan ku banyak sekali, tapi untuk berkhianat rasanya tidak mungkin ku lakukan. Aku masih punya harga diri.""Apa kurangnya aku selama ini, Mas ? Apa karena aku wanita bodoh ? Karena aku tak sepadan dengan mu yang sekarangWanita lain dihati suamiSampai di rumah dengan nafas tersengal-sengal, Arya menghampiri asisten rumah tangga yang tengah menyapu lantai."Di mana, BuYunita ? .""Ibu pergi ke rumah papahnya, pak."Arya sedikit bernafas lega, Yunita pergi dengan tangisan yang masih menjalar dan setelah mengucapkan kata berpisah. Disaat situasi seperti ini, semua pembelaan diri tak lagi berguna, percuma menjelaskan panjang lebar pun tak kan pernah didengarnya. Dimata sang istri, Arya tetaplah bersalah, dan harus menerima hukuman sekejam-kejamnya."Syukurlah, kalau terjadi apa-apa pada ibu tolong kabari saya, mbak."Sejak pertengkaran itu Yunita tak bisa lagi diajak damai dan mengobrol bersama, ia nampak acuh. Terus menuduh Arya berselingkuh, dan suaminya tetap kokoh dengan pendiriannya bahwa itu hanya permainan semata. "Baik, Pak. Sepertinya Ibu tak kan lama pergi ke rumah papahnya, tadi bilang pada saya hanya sebentar.""Kalau
Wanita lain dihati suami"Hah ? Yang benar saja, nak ? Itu tidak mungkin. "Itu benar, mah." Yunita menunduk, ia sedikit menyembunyikan mata nya yang merah dan sembab karena seharian terus menangis. Dibelainya dengan lembut rambut sang menantu yang begitu ia cintai. "Jangan bahas perceraian, sayang. Semua ada jalan keluarnya.""Tenangkan dirimu, nak. Semua ada jalan keluarnya.""Aku terlanjur sakit, mah.""Coba bicarakan semuanya dengan baik, jangan menggunakan ego dan hawa nafsu.""Pundak mamah akan selalu ada untukmu, kalau mau menangis, menangis lah di sini, mamah akan senantiasa mendengarkan semua keluh kesah mu."Mertuanya begitu sangat feminim dan memiliki naluri keibuan yang cukup kuat, sedang menantunya yang baru berusia 27 tahun tak bisa lagi menahan tangisnya. Kasih sayang mertuanya begitu tulus seperti ibu kandung sendiri. Sentuhan mamah mertua yang lembut, dan bisa menerima segala kekurang
Wanita lain dihati suami"Akhirnya....Sudah dulu ya, sayang.Takut ketahuan, nanti tambah pusing." Panggilan telepon dimatikan, Mamah Lita kembali berjalan menuju menantunya yang masih bersedih."Sudah, sayang. Jangan bahas perceraian, semua rumah tangga ada ujiannya."Mamah Lita memeluk menantunya, jari jemarinya sibuk membereskan rambut Yunita yang sedikit berantakan menutupi wajah. Ia mengelap airmata yang masih bercucuran, perlakuan dan kasih sayangnya tak perlu diragukan lagi. Ia sudah menganggapnya sebagai anak kandung sendiri."Rumah tnaggyitu tidak mudah, sayang. Akan selalu ada cobaan, kamu harus kuat menghadapinya. Dan perlu diingat, Arya juga perlu hal lain, ia tka bisa terus dikekang agar selalu ada untukmu, suami mu juga butuh kebebasan, sayang. Namanya juga menyatukan dua kepala berbeda dari keluarga yang beda, sudah pasti akan ada guncangan-guncangan kecil."Mamah Lita bersikap baik dan manis pada Yunita, ia member
Wanita lain dihati suami"Mah, tolong jangan terus mendesakku seperti ini, aku cape, pusing."Mamah Lita melotot tanda tak menyukai apa yang diucapkan Arya. "Kamu kalau dikasih tahu orangtua tuh ngeyelnya minta ampun. Ini kesempatan bagus, Arya. Lepaskan Yunita secepatnya, kekasihmu saat ini lebih baik. Kamu harus bertanggungjawab, kamu memacari anak orang dan keluarganya sudah tahu tentang hubungan kalian berdua, tak sepantasnya kamu lari dari kenyataan dan tanggungjawab. Mereka sudah berharap lebih padamu, Arya. Ingatlah semua dengan janji mu."Arya terdiam, ia nampak bingung."Lusi itu tentunya lebih baik dari Yunita, dia cantik, berwawasan luas, tidak manja dan bodoh seperti istrimu sekarang. Lagian Mamah masih ingat dengan janjimu yang akan menikahi Lusi. Kamu harus ingat itu. Cepat ceraikan, Yunita. Jangan kelamaan mikir, yang ada nanti kamu lepas begitu saja dari, Lusi. Keluarga nya orang-orang hebat, Mamah suka dengan kepribadian nya."
Wanita lain dihati suami"Kamu sukses karena memang sudah menjadi takdir mu, kecerdasan dan kemampuan mu tak diragukan lagi. Wajar saja kalau Papah mertuamu membantu, tapi tetap saja sukses itu takdirmu, bukan sepenuhnya bantuan istri dan mertua mu, Arya."Arya menatap sang Mamah. "Apasih, Mah ? Kok jadi membahas yang lain ? Sekarang lebih baik pulang saja, nanti sakit Mamah kumat.""Kamu bukan pria bodoh, kamu pintar, Arya. Dan sekarang istrimu yang bisa menikmati nya, coba kalau kamu tidak berhasil, pasti istrimu sudah jadi g3l4nd4ng4n. Hidupnya enak, berkat kecerdasan mu mengelola perusahaan. Ngurus rumah dan keluarga aja enggak b3cus, malah ingin jadi ibu rumah tangga. Dia itu terlihat wanita pemalas, maunya menikmati harta suami saja. Coba lihat Lusi, dia pekerja keras dengan bisnisnya di mana-mana, sebanding dengan dirimu, Arya.""Mah, jangan seperti itu. Enggak baik membanding-bandingkan. Yunita juga punya bisnis butiknya, Mah.""B
Wanita lain dihati suamiYunita tiba di rumah Mamah mertuanya, ia mengenakan dress polos berwarna abu muda. "Eh Ibu, mari masuk, Bu." Ucap asisten rumah tangga."Terimakasih, Mbak. Di mana Mamah, Lita ?.""Oh, Bu Lita. Beliau tidak ada di rumah, Bu. Sudah pergi sejak tadi, katanya mau ke kantor tuan, Arya."Yunita terdiam sejenak. "Oh, baiklah kalau begitu. Saya pamit pulang saja, terimakasih Mbak." Yunita meninggalkan rumah Mamah mertua, ia berdiri sejenak di halaman rumah mewah itu. Pak Ahmad yang setia menemani majikannya kemanapun ia pergi."Pak, antar saya ke kantor mas Arya." Yunita menyenderkan bahunya di kursi belakang. Ia masih berpikir keras mengapa Mamah mertuanya tak memberitahu kepergian dirinya ke kantor Arya.Wanita muda itu sampai di kantor suaminya, ia mencoba menghubungi sang Mamah mertua, namun nomor ponsel yang dihubungi tidak aktif. Tak berselang lama ia memutuskan untuk masuk ke dalam rua
Wanita lain dihati suamiYunita sampai di depan mobil, ia membuka pintu mobil, lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar di kursi mobil. Pak Ahmad keheranan melihat majikannya yang menangis sesenggukan."Maaf, Ibu kenapa ? Dan mau saya antar kemana ?.""Jalan saja.""Ke rumah, Ibu ?.""Jalan saja, Pak.""Apa yang terjadi dengan, Bu ?." Supir pribadi itu terlihat khawatir melihat kondisi majikannya menangis sesenggukan."Ibu baik-baik saja ?.""Jalan kan saja mobilnya, Pak."Yunita menyeka airmata yang kian bersusulan tanpa jeda."Ttappi, Bu. Harus ada tujuannya.""Jalankan saja apa yang saya perintahkan, asalkan tidak bertemu dan melihat wajah mas Arya. Cepatlah, Pak.""Baik, Bu.""Jangan biarkan saya melihat wajah suami dan Mamah mertua, Pak."Suara Yunita meninggi, volumenya menggema di dalam mobil. Ia mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran nya, nyaris saja
"Maafkan saya, Bu.""Iya, hati-hatilah."Mobil kembali melaju, sopir kepercayaannya yang selama ini sudah bekerja bertahun-tahun sudah mengetahui sifat snag majikan, ia hanya berusaha untuk membuat Yunita akrab dengan Ibu sambungnya.Mobil berhenti di halaman rumah, sampai sudah ia di tempat yang selama ini sudah membuat nya begitu mencintai, Arya.Yunita menunduk sebelum keluar dari mobil, ia merapihkan rambut yang sedikit tak beraturan, tak lupa menenteng tas tangan pemberian sang suami saat sebelum mengenal wanita lain. Bibir tipis Yunita yang kini tak terlihat lagi rona gincu seperti saat masih pagi. Ia memendam kesedihan itu sampai lupa dengan kewarasan dirinya.Baru saja keluar dari mobil, ia melihat sebuah sedan hitam berhenti di halaman rumah, mobil milik suaminya yang dikemudikan seorang diri.Yunita berlari kecil melihat sang suami keluar dari mobil, ia menghindari lelaki tampan itu. Tak ingin berdiskusi dan m