Wanita lain dihati suami
"Kamu sukses karena memang sudah menjadi takdir mu, kecerdasan dan kemampuan mu tak diragukan lagi. Wajar saja kalau Papah mertuamu membantu, tapi tetap saja sukses itu takdirmu, bukan sepenuhnya bantuan istri dan mertua mu, Arya."Arya menatap sang Mamah. "Apasih, Mah ? Kok jadi membahas yang lain ? Sekarang lebih baik pulang saja, nanti sakit Mamah kumat.""Kamu bukan pria bodoh, kamu pintar, Arya. Dan sekarang istrimu yang bisa menikmati nya, coba kalau kamu tidak berhasil, pasti istrimu sudah jadi g3l4nd4ng4n. Hidupnya enak, berkat kecerdasan mu mengelola perusahaan. Ngurus rumah dan keluarga aja enggak b3cus, malah ingin jadi ibu rumah tangga. Dia itu terlihat wanita pemalas, maunya menikmati harta suami saja. Coba lihat Lusi, dia pekerja keras dengan bisnisnya di mana-mana, sebanding dengan dirimu, Arya.""Mah, jangan seperti itu. Enggak baik membanding-bandingkan. Yunita juga punya bisnis butiknya, Mah.""BWanita lain dihati suamiYunita tiba di rumah Mamah mertuanya, ia mengenakan dress polos berwarna abu muda. "Eh Ibu, mari masuk, Bu." Ucap asisten rumah tangga."Terimakasih, Mbak. Di mana Mamah, Lita ?.""Oh, Bu Lita. Beliau tidak ada di rumah, Bu. Sudah pergi sejak tadi, katanya mau ke kantor tuan, Arya."Yunita terdiam sejenak. "Oh, baiklah kalau begitu. Saya pamit pulang saja, terimakasih Mbak." Yunita meninggalkan rumah Mamah mertua, ia berdiri sejenak di halaman rumah mewah itu. Pak Ahmad yang setia menemani majikannya kemanapun ia pergi."Pak, antar saya ke kantor mas Arya." Yunita menyenderkan bahunya di kursi belakang. Ia masih berpikir keras mengapa Mamah mertuanya tak memberitahu kepergian dirinya ke kantor Arya.Wanita muda itu sampai di kantor suaminya, ia mencoba menghubungi sang Mamah mertua, namun nomor ponsel yang dihubungi tidak aktif. Tak berselang lama ia memutuskan untuk masuk ke dalam rua
Wanita lain dihati suamiYunita sampai di depan mobil, ia membuka pintu mobil, lalu menghempaskan tubuhnya dengan kasar di kursi mobil. Pak Ahmad keheranan melihat majikannya yang menangis sesenggukan."Maaf, Ibu kenapa ? Dan mau saya antar kemana ?.""Jalan saja.""Ke rumah, Ibu ?.""Jalan saja, Pak.""Apa yang terjadi dengan, Bu ?." Supir pribadi itu terlihat khawatir melihat kondisi majikannya menangis sesenggukan."Ibu baik-baik saja ?.""Jalan kan saja mobilnya, Pak."Yunita menyeka airmata yang kian bersusulan tanpa jeda."Ttappi, Bu. Harus ada tujuannya.""Jalankan saja apa yang saya perintahkan, asalkan tidak bertemu dan melihat wajah mas Arya. Cepatlah, Pak.""Baik, Bu.""Jangan biarkan saya melihat wajah suami dan Mamah mertua, Pak."Suara Yunita meninggi, volumenya menggema di dalam mobil. Ia mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran nya, nyaris saja
"Maafkan saya, Bu.""Iya, hati-hatilah."Mobil kembali melaju, sopir kepercayaannya yang selama ini sudah bekerja bertahun-tahun sudah mengetahui sifat snag majikan, ia hanya berusaha untuk membuat Yunita akrab dengan Ibu sambungnya.Mobil berhenti di halaman rumah, sampai sudah ia di tempat yang selama ini sudah membuat nya begitu mencintai, Arya.Yunita menunduk sebelum keluar dari mobil, ia merapihkan rambut yang sedikit tak beraturan, tak lupa menenteng tas tangan pemberian sang suami saat sebelum mengenal wanita lain. Bibir tipis Yunita yang kini tak terlihat lagi rona gincu seperti saat masih pagi. Ia memendam kesedihan itu sampai lupa dengan kewarasan dirinya.Baru saja keluar dari mobil, ia melihat sebuah sedan hitam berhenti di halaman rumah, mobil milik suaminya yang dikemudikan seorang diri.Yunita berlari kecil melihat sang suami keluar dari mobil, ia menghindari lelaki tampan itu. Tak ingin berdiskusi dan m
Wanita Lain Dihati SuamiYunita hanya bisa diam saat melihat pintu kamar terkunci, ia menyerah dan pasrah.Arya mengembuskan nafas kasar. "Aku tidak ingin berpisah, Yunita." Arya berdiri di dekat nakas, suasana seketika berubah sedih. "Aku hanya mencintaimu, aku memang bukanlah suami yang baik, banyak kurangnya. Maafkan aku, sayang."Yunita menggeleng. Tubuh suaminya bergetar, ia berubah menjadi sedih. Ucapannya nya bergetar, ia merubah suasana hati Yunita menjadi melunak. Wanita muda itu hanya mampu tertunduk lesu di atas ranjang."Mas, aku tidak ingin bersamamu lagi setelah pengkhianatan yang kamu lakukan. Sudahi semua sandiwara busuk mu, Mas. Tak ada lagi yang harus dipertahankan, perpisahan jalan terbaik agar tidak ada lagi yang terluka."Arya menggeleng."Jangan egois, Mas."Sepasang mata itu kembali mengeluarkan bulir bening kesedihan, sore yang indah dihiasi dengan tangis berkepanjangan. Hati kerap terba
Wanita Lain Dihati Suami Yunita menarik nafas dalam-dalam, nafasnya tersengal-sengal dengan wajah sembabnya. Waktu kian berjalan dengan cepat, rotasinya terasa cepat, jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Malam ini hujan turun membasahi bumi, seolah mengerti dengan apa yang dirasakan Yunita, langit bersedih tanpa henti-hentinya. Arya masuk ke dalam kamar dengan langkah lunglai, ia menarik nafas dalam sebelum bertemu dan bertegur sapa dengan sang istri. Knop pintu dibuka secara pelan, kedua sorot matanya langsung tertuju pada wanita muda yang tengah duduk di ranjang, ia mengenakan piyama berwarna peach, rambutnya di gerai berwarna hitam pekat. Arya bingung, suasana kamar berubah seakan-akan mencekam, tak ada obrolan, hening seketika. Ia memutuskan untuk membersihkan diri terlebih dulu, dilihatnya sang istri yang tetal fokus memainkan ponsel. Meskipun dalam diri Yunita ia ingin sekali berontak, mengeluarkan semua kesakitan dalam hatinya. Selesai membersihkan diri, Ary
Wanita Lain Dihati SuamiPintu kamar dibanting Yunita, ia menahan sesak yang kian meluap-luap. Biasanya dimalam hari tidur nyenyak bersama samg suami, kali ini ia tidur seorang diri di kamar tamu, kegelisahan nampak jelas di wajah cantiknya.Ia tidak menyangka rumah tangga yang telah dibinanya kini diterpa angin badai, bahkan ia sendiri tak bisa mengendalikan nya. "Aku harus bagaimana ? Apa aku harus pergi dari rumah ini ? Lalu aku harus berpisah dengan Mas, Arya ?.""Beri aku petunjuk Tuhan, rasanya sulit sekali berpisah dengan orang yang sangat kucintai, tapi sakit di hatiku tak pernah ada obatnya."Yunita mengambil air wudhu, ia menggelarkan sajadah lalu melaksanakan sholat isya. Sudah pukul dua belas malam, ia belum juga tertidur, pikirannya kacau, memikirkan nasib rumah tangga yang saat ini tengah terombang-ambing. Dilihatnya ponsel yang tergeletak diatas nakas, ia melihat kontak sang suami, Arya tengah online. "Itu artinya Mas Arya lagi buka ponsel, lagi chatan atau telponan.
Wanita lain Dihati SuamiDi dalam kamar, Yunita tak bisa tidur dengan pulas, pikirannya yang kacau membuat dirinya tidur dinihari.Menjelang subuh ia kembali terbangun dengan kepalanya yang pusing setelah semalaman suntuk begadang seorang diri, adzan subuh berkumandang, ia kembali terbangun dengan tangan memegangi kepala."Pusing sekali rasanya kepalaku." Intan berjalan menuju kamar mandi dengan pelan. Sholat subuh yang biasanya dilaksanakan berjamaah dengan sang suami, kali ini hanya dilakukan seorang diri, dalam hatinya ia mengingat kenangan indah bersama dengan Arya, pria itu yang mampu membuat nya mabuk kepayang, meskipun sekarang kepercayaan itu tak ada lagi untuknya.Dalam hatinya kini hanya ada satu kata untuk berpisah, tak ingin lagi menambah luka, sekalipun harus menjauhi sang suami, mungkin akan ia lakukan, luka yang ditorehkannya terlalu dalam."Lebih baik aku tidur lagi, tidak ada kegiatan lain." Intan memejamkan mata, ia mulai tertidur dengan mata sembabnya.Arya bersia
Wanita Lain Dihati Suami Hari semakin gelap, adzan maghrib berkumandang di setiap mesjid yang dilewati Arya di perjalanan pulangnya menuju rumah. Pria itu nampak terlihat kusut dengan garis wajahnya yang sedikit terlihat. "Harus seperti apa aku mengambil sikap terhadap Yunita ? Rasanya, aku ingin pergi dari bumi ini. Aku bingung, lebih baik memilih permintaan Mamah, atau tetap bersama dengan Yuni ?." Sampai sudah dihalaman rumah yang luas, Arya masih terdiam dengan lamunan yang memikirkan nasib rumah tangga kedepannya. "Maaf, Pak. Sudah sampai." Pak sopir membukakan pintu belakang mobil untuk sang majikan, ia mempersilahkan nya untuk turun karena sudah sampai. Arya terperanjat kaget. "Ehh, iya, terimakasih." "Sekarang sudah jam berapa ?." "Sudah jam enam sore, Pak." Masuk kedalam rumah terasa hampa dan kosong, rumah megah nan mewah rasanya hampa tanpa sosok Intan. Wanita itu biasanya yang akan menghampiri sang suami saat pulang kerja, kali ini tidak ada yang menyambut