WARUNG SOTO MBOK KARSIEM
"Wuidih, rame banget warung sotonya, Mbok!" Ucapku kepada Mbok Karsiem."Iya, Na. Dari pagi sampai malam rame terus, sampai enggak kober narok pantat." Ucap Mbok Karsiem berkelakar sambil melayani pesanan yang minta di bungkus."Banyak pembelinya kenapa masih Mbok sendiri yang menyiapkan? Kan karyawan Mbok ada banyak!" "Hadeh, Na. Mbok enggak percaya menyerahkan meracik soto sama karyawan, nanti enggak enak malah aku yang repot. Mereka cuma mengantar pesanan saja kepada pembeli."Aku mengangguk-angguk mendengar penjelasan Mbok Karsiem. Pasti sotonya enak, buktinya banyak pembeli yang ngantri. "Mbok, aku pesen empat. Di bungkus ya!" Ucapku kepada Mbok Karsiem."Iya.""Mbok," Murni, anak bungsu Mbok Karsiem memanggil."Ada apa, Nduk?" Mbok Karsiem menjawab tanpa menoleh."Tolong aku sebentar, Mbok!" teriak Murni."Tunggu sebentar, ya, Na.""Iya, Mbok." Aku mengangguk, mataku terus mengikuti langkah Mbok Karsiem menjauh.Mbok Karsiem cukup lama di dalam sana, membuat aku tidak sabar. Pesanan sotoku hanya tinggal ditambahkan kuah.Aku berinisiatif menuangkan kuah soto kedalam plastik-plastik pesananku.Aku membuka panci penutup soto, kuaduk-aduk kuah soto, aku akan mengambil kuahnya, tapi yang kudapat bukannya kuah soto, melainkan celana dalam dengan banyak bercak darah, seperti darah perempuan menstruasi."Lanc*ng!" Suara Mbok Karsiem menggelegar di belakangku.Sontak aku menjatuhkan pengaduk yang aku pegang."Siapa suruh kamu membuka-buka panci itu?" tanya Mbok Karsiem sengit."Maaf, Mbok.""Awas, minggir!" Mbok Karsiem menyenggol tubuhku hingga aku hampir terjatuh. sikapnya berubah seratus delapan puluh derajat dari pertama aku datang tadi. Mbok Karsiem mengambil kuah soto dan memasukkannya kedalam plastik."Ini!" Mbok Karsiem menyerahkan soto kepadaku, wajahnya muram, tidak ada senyum sedikit pun."Berapa semuanya, Mbok?""Sudah bawa saja, tidak perlu bayar. Lain kali jangan datang ke warungku lagi!" Usir Mbok Karsiem......Soto dari Mbok Karsiem aku buang ke pinggir jalan, rasanya jijik membayangkan apa yang ada di dalam kuah soto itu. Perutku mual, bagaimana mungkin penjual makanan memasukkan celana dalam bekas menstruasi kedalam kuah soto?"Huek..huek...huek," aku muntah mengingat tadi aku sempat mencicipi soto yang di beli Bapak dari warung Mbok Karsiem. Tanpa aku sadari ada sepasang mata yang memperhatikanku dari jauh.Aku pulang dengan tangan kosong, tanpa membawa apa pun di tanganku.Ibu dan Bapak duduk di teras ketika aku pulang."Mana sotonya, Na?" tanya Ibu."Aku buang, Bu." "Di buang?" Bapak mengerutkan kening."Iya, Pak. Jijik aku makan sotonya Mbok Karsiem.""Jijik kenapa?""Masa di kuah soto yang berada dalam panci ada celana dalamnya, mana bekas menstruasi lagi." Ucapku sambil bergidik."Ah, ngawur kamu, Na!" Ibu tidak percaya."Bener, Bu. Ngapain juga aku berbohong." Aku lalu duduk di samping Bapak."Ee, apa Mbok Karsiem melakukan semacam pesugihan ya?" gumam Bapak."Pesugihan, Pak?""Semacam itu lah, apa benar yang kamu lihat di dalam kuah soto benar-benar celana dalam?" "Bener, Pak," ucapku mantap."Hih, mana Ibu sering banget beli soto di warung Mbok Karsiem lagi," timpal ibuku.****Malam ini aku di rumah sendirian, Bapak, Ibu dan Aska pergi ke rumah Bude Parni. Aku tidak ikut karena harus mengerjakan pekerjaanku menulis novel yang tertunda beberapa hari ini. Tiba-tiba lampu mati."Pakai acara mati lampu segala," gerutuku.kuhidupkan lampu flash ponsel dan mulai mencari lilin.Wushh..hembusan angin menerpa tubuhku, aku merasa sedang diawasi oleh sesuatu. Setelah mendapatkan lilin aku kembali ke ruang tengah, tadi laptopku aku letakkan di sana.Kembali aku mengerjakan pekerjaanku.Blup...baru saja aku mau bekerja, lilin yang aku bawa padam. Aku kembali meraba-raba mencari ponselku.Apa ini? Basah dan lengket. Lama kelamaan tercium bau anyir darah. Aku terus meraba-raba diantara benda basah dan lengket itu. Akhirnya aku menemukan ponselku, segera kuhidupkan kembali lampu flash dan betapa terkejutnya aku, di depanku berdiri sosok berambut gimbal dengan lidah panjang menjulur ke meja sampai menyentuh lantai, wajahnya sangat mengerikan, mata mahluk itu hitam legam.Ya Allah mahluk apa ini? Aku membaca doa, namun aku sampai lupa doa apa yang kuucapkan.Tok...tok..tok, terdengar suara ketukan di pintu. Itu pasti Bapak pulang, gegas aku berdiri, aku berjingkat-jingkat melewati lidah mahluk menyeramkan ini.Aku berlari membuka pintu, jantungku seakan mau lepas dari tempatnya melihat siapa yang berdiri di depankuWARUNG SOTO MBOK KARSIEM 2Di hadapanku berdiri sosok tinggi besar, dengan bulu lebat memenuhi tubuhnya, tanganya sangat besar dan ukuran setiap jarinya sebesar buah pisang, mahluk itu menggeram, mata merahnya melotot, dari sorot matanya sepertinya mahluk ini marah kepadaku, mahluk itu maju mendekatiku, aku mundur dan tubuhku menabrak sesuatu, ketika aku menoleh kebelakang, di belakangku berdiri sosok pocong dengan kain kafan yang berwarna kecoklatan dan wajah hancur lebur, mulut pocong itu terbuka lebar, dari mulutnya keluar cairan merah pekat berbau anyir bercampur busuk. Aku berlari menjauh dari kedua mahluk menyeramkan ini, sayangnya aku malah menabrak sosok berambut gimbal dengan lidah panjang menjulur ke lantai, sosok itu mengerak-gerakkan lidahnya yang panjang, lidahnya yang berbau anyir itu mencambuk tubuhku. Aku berlari ke sudut ruang tamu, jantungku berdetak kencang sampai aku bisa mendengar bunyinya, keringat sebiji jagung memenuhi tubuhku.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 3"Kamu siapa? Kamu bukan Bapak!" Aku mundur sampai menabrak lemari yang ada di dapur. "Hahaha." Sosok yang menyerupai Bapak tertawa, ia lalu berubah menjadi mahluk tinggi besar berbulu lebat seperti dalam mimpiku.Pintu dapur yang tadi sudah aku kunci terbuka sendiri, di depan pintu sosok pocong tadi terbang melayang-layang, ia terbang mendekatiku. Aku dikepung dua sosok mahluk yang sangat menyeramkan. Tubuhku rasanya panas dingin, keringat bercucuran, kaki gemetar, aku ingin berlari namun tungkai kakiku rasanya lemas.Aku terduduk di lantai dapur. Ceplak..tanganku menyentuh sesuatu, aku menunduk, demi melihat apa yang sudah aku pegang. Sebuah benda panjang dan lengket, mataku mengikuti di mana akhir benda itu, sebelumnya aku belum pernah melihat benda ini di rumah.Astaga, ternyata benda panjang dan lengket itu berakhir di mulut sosok yang amat menyeramkan, sosok berambut gimbal dengan lidah panjang persis seperti di dalam mimpiku. Aku melepaskan benda y
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 4Aku melempar ponsel ketika dari sambungan telepon bukan suara Aska, Bapak atau Ibu, melainkan suara Mbok Karsiem. Telapak kakiku semakin sakit saja, darah masih mengalir sampai membasahi seprei. Aku terkejut ketika melihat telapak kakiku, banyak potongan kaca dan juga serpihan kecik-kecil menancap di sana.Aku mencabut potongan kaca verujuran besar, sakit sekali rasabya, potonfan kaca berukuran besar itu menancap cukup dalan, aku kembali mencabut tiga potongan kaca dari telapak kakiku, kepalaku sakit, penglihatanku kabur. Sevelum aku kehikangan kesadaran, ketiga soaok menyeramkan itu berdiri tidak jauh dari pintu.Mereka menatapku tajam. Mereka mendekatiku, karena tubuhku lemah dan banyak kehilangan darah, aku tidak bisa menjauh dan tetap berada di tempat tidur......Aku membuka mata, aku berada di ruangan serba putih, aku menyipitkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea. Aku berada di ruangan serba putih, terdapat horden berwarna hijau sebag
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 5"Anak laki-lakimu telah mengacaukan semuanya, Dul," tangan Mbah Broto terkepal, wajahnya memerah."Sekarang dia malah pergi, Mbah. Bagaimana ini?" Ibu terlihat panik.Mbah Broto berdiri, "Ayo kita cari putramu itu, Dul.""Baik, Mbah." Bapak berdiri, pergi bersama Mbah Broto mencari Aska.Tinggallah aku dan Ibu di rumah sendirian.Suara-suara orang tertawa tanpa wujud membuat aku dan Ibu saling merapatkan tubuh. Angin berhembus sangat kencang membuat lilin melik-liuk diterpa angin. Horden jendela berkibar-kibar terkena angin terlihat menyeramkan dikegelapan ini. Brak...brak..brak pintu terbanting berkali-kali membuat aku dan Ibu terkejut."Ibu takut, Na." Tubuh Ibu bergetar.Aku melepaskan tangan Ibu yang memegangiku erat."Mau ke mana, Na?" tanya Ibu melihatku berdiri.Aku menunjuk ke belakang.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 6POV Mbok Karsiem"Aku bisa melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, Lastri!" "Silahkan saja lapor ke polisi, aku tidak takut!" Lastri menantangku balik."Kita buktikan saja, apa benar yang dituduhkan Bu Lastri," tukas Pak Kusnan."Silahkan kalian buktikan saja sendiri, apa benar apa yang dikatakan Lastri!" "Baiklah, Mbok. Saya izin mengecek kuah soto yang Mbok buat," tukas Bu Rodiah."Silahkan, monggo!" Kuberikan jalan kepada Bu Rodiah untuk memeriksanya."Lihat saja, rahasiamu akan terbongkar Mbok!" Tunjuk Lastri.Aku tersenyum sinis ucapan Lastri, tidak akan aku lepaskan kamu, Tri.Beberapa saat kemudian Bu Rodiah keluar dari dalam rumah."Tidak ada celana dalam di kuah sotonya," ucap Bu Rodiah."Kalian dengar ucapan Bu Rodiah. Tidak ada celana dalam di
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 7"Bu." Sontak Lastri menoleh, rupanya Abdul yang berada di belakangnya."Bapak, bikin Ibu kaget saja." Ucap Lastri sambil mengurat dada."Kenapa muka Ibu pucat?" Tanya Abdul."Ibu di datangi pocong, Pak.""Tuh kan, Ibu jadi di datangi pocong peliharaannya Mbok Karsiem. Seharusnya Bapak larang Ibu pergi ke rumah Mbok Karsiem tadi," timpal Bapak.Abdul berjalan membuka pintu samping."Mau ke mana, Pak?" Lastri membuntuti suaminya, ia tidak mau di dalam rumah sendirian."Bapak mau ke rumah Mbah Broto, Bu.""Ibu ikut, Pak," tukas Lastri."Mau ngapain Ibu ikut segala?""Ibu takut sendirian di rumah, Pak.""Sendirian gimana tah, Bu? Ada Asna dan Aska di rumah," jelas Abdul."Enggak ada, Pak."Abdul menghela napas, ia lalu menarik Lastri ke dalam. Pria itu meng
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 8Lastri mengibas-kibaskan kipas dari anyaman bambu ke tubuhnya, malam ini terasa sangat panas, keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "Ibu kepanasan?" Aska mttŕengerutkan kening, ia heran, di malam yang sedingin ini ibunya berkeringat."Iya, Ka. Gerah banget rasanya," timpal Lastri, wanita itu terus mengipasi tubuhnya dengan kipas dari anyaman bambu."Aska mau pergi dulu, Bu," Pamit putra bungsu Lastri."Mau ke mana?" "Namanya juga anak muda, Bu.""Tunggu Bapak dan Mbakmu pulang, Ka," pinta Lastri."Sudah ditunggu Bima dan Rian, Bu." Aska membuka pintu bersiap untuk pergi, tidak mengindahkan permintaan ibunya."Dasar anak bandel," omel Lastri.Tok..tok...tok, terdengar suara ketukan di pintu. "Ada apa balik lagi, Ka?" Omel Lastri.Tok..tok...tok, pintu kembali diketuk.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 9Lastri sedikit memejamkan mata, sensasi perih akibat darah yang mengucur karena pisau yang menancap di kakinya."Bisa apa kamu sekarang Lastri?""Jangan ganggu aku dan keluargaku, Mbok," Lastri merintih kesakitan, ia terduduk, tidak kuat berjalan dengan pisau menancap di kakinya."Hahaha, terserah padaku, jangan khawatir, Lastri. Aku tidak akan menghabisimu begitu saja, aku akan menghabisimu pelan-pelan." Mbok Karsiem tertawa penuh kemenangan."Tolong...tolong..tolong," teriak Lastri."Berteriaklah sekerasnya, tidak akan ada yang mendengarmu." Mbok Karsiem berjalan mendekati Lastri.Lastri beringsut mundur dengan cara menyeret tubuhhnya, ia masih berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang datang menolongnya.Mbok Karsiem semakin dekat, ia lalu berjongkok, "Kasihan sekali kamu, Lastri.""Aa," j