WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 3"Kamu siapa? Kamu bukan Bapak!" Aku mundur sampai menabrak lemari yang ada di dapur. "Hahaha." Sosok yang menyerupai Bapak tertawa, ia lalu berubah menjadi mahluk tinggi besar berbulu lebat seperti dalam mimpiku.Pintu dapur yang tadi sudah aku kunci terbuka sendiri, di depan pintu sosok pocong tadi terbang melayang-layang, ia terbang mendekatiku. Aku dikepung dua sosok mahluk yang sangat menyeramkan. Tubuhku rasanya panas dingin, keringat bercucuran, kaki gemetar, aku ingin berlari namun tungkai kakiku rasanya lemas.Aku terduduk di lantai dapur. Ceplak..tanganku menyentuh sesuatu, aku menunduk, demi melihat apa yang sudah aku pegang. Sebuah benda panjang dan lengket, mataku mengikuti di mana akhir benda itu, sebelumnya aku belum pernah melihat benda ini di rumah.Astaga, ternyata benda panjang dan lengket itu berakhir di mulut sosok yang amat menyeramkan, sosok berambut gimbal dengan lidah panjang persis seperti di dalam mimpiku. Aku melepaskan benda y
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 4Aku melempar ponsel ketika dari sambungan telepon bukan suara Aska, Bapak atau Ibu, melainkan suara Mbok Karsiem. Telapak kakiku semakin sakit saja, darah masih mengalir sampai membasahi seprei. Aku terkejut ketika melihat telapak kakiku, banyak potongan kaca dan juga serpihan kecik-kecil menancap di sana.Aku mencabut potongan kaca verujuran besar, sakit sekali rasabya, potonfan kaca berukuran besar itu menancap cukup dalan, aku kembali mencabut tiga potongan kaca dari telapak kakiku, kepalaku sakit, penglihatanku kabur. Sevelum aku kehikangan kesadaran, ketiga soaok menyeramkan itu berdiri tidak jauh dari pintu.Mereka menatapku tajam. Mereka mendekatiku, karena tubuhku lemah dan banyak kehilangan darah, aku tidak bisa menjauh dan tetap berada di tempat tidur......Aku membuka mata, aku berada di ruangan serba putih, aku menyipitkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea. Aku berada di ruangan serba putih, terdapat horden berwarna hijau sebag
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 5"Anak laki-lakimu telah mengacaukan semuanya, Dul," tangan Mbah Broto terkepal, wajahnya memerah."Sekarang dia malah pergi, Mbah. Bagaimana ini?" Ibu terlihat panik.Mbah Broto berdiri, "Ayo kita cari putramu itu, Dul.""Baik, Mbah." Bapak berdiri, pergi bersama Mbah Broto mencari Aska.Tinggallah aku dan Ibu di rumah sendirian.Suara-suara orang tertawa tanpa wujud membuat aku dan Ibu saling merapatkan tubuh. Angin berhembus sangat kencang membuat lilin melik-liuk diterpa angin. Horden jendela berkibar-kibar terkena angin terlihat menyeramkan dikegelapan ini. Brak...brak..brak pintu terbanting berkali-kali membuat aku dan Ibu terkejut."Ibu takut, Na." Tubuh Ibu bergetar.Aku melepaskan tangan Ibu yang memegangiku erat."Mau ke mana, Na?" tanya Ibu melihatku berdiri.Aku menunjuk ke belakang.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 6POV Mbok Karsiem"Aku bisa melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, Lastri!" "Silahkan saja lapor ke polisi, aku tidak takut!" Lastri menantangku balik."Kita buktikan saja, apa benar yang dituduhkan Bu Lastri," tukas Pak Kusnan."Silahkan kalian buktikan saja sendiri, apa benar apa yang dikatakan Lastri!" "Baiklah, Mbok. Saya izin mengecek kuah soto yang Mbok buat," tukas Bu Rodiah."Silahkan, monggo!" Kuberikan jalan kepada Bu Rodiah untuk memeriksanya."Lihat saja, rahasiamu akan terbongkar Mbok!" Tunjuk Lastri.Aku tersenyum sinis ucapan Lastri, tidak akan aku lepaskan kamu, Tri.Beberapa saat kemudian Bu Rodiah keluar dari dalam rumah."Tidak ada celana dalam di kuah sotonya," ucap Bu Rodiah."Kalian dengar ucapan Bu Rodiah. Tidak ada celana dalam di
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 7"Bu." Sontak Lastri menoleh, rupanya Abdul yang berada di belakangnya."Bapak, bikin Ibu kaget saja." Ucap Lastri sambil mengurat dada."Kenapa muka Ibu pucat?" Tanya Abdul."Ibu di datangi pocong, Pak.""Tuh kan, Ibu jadi di datangi pocong peliharaannya Mbok Karsiem. Seharusnya Bapak larang Ibu pergi ke rumah Mbok Karsiem tadi," timpal Bapak.Abdul berjalan membuka pintu samping."Mau ke mana, Pak?" Lastri membuntuti suaminya, ia tidak mau di dalam rumah sendirian."Bapak mau ke rumah Mbah Broto, Bu.""Ibu ikut, Pak," tukas Lastri."Mau ngapain Ibu ikut segala?""Ibu takut sendirian di rumah, Pak.""Sendirian gimana tah, Bu? Ada Asna dan Aska di rumah," jelas Abdul."Enggak ada, Pak."Abdul menghela napas, ia lalu menarik Lastri ke dalam. Pria itu meng
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 8Lastri mengibas-kibaskan kipas dari anyaman bambu ke tubuhnya, malam ini terasa sangat panas, keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "Ibu kepanasan?" Aska mttŕengerutkan kening, ia heran, di malam yang sedingin ini ibunya berkeringat."Iya, Ka. Gerah banget rasanya," timpal Lastri, wanita itu terus mengipasi tubuhnya dengan kipas dari anyaman bambu."Aska mau pergi dulu, Bu," Pamit putra bungsu Lastri."Mau ke mana?" "Namanya juga anak muda, Bu.""Tunggu Bapak dan Mbakmu pulang, Ka," pinta Lastri."Sudah ditunggu Bima dan Rian, Bu." Aska membuka pintu bersiap untuk pergi, tidak mengindahkan permintaan ibunya."Dasar anak bandel," omel Lastri.Tok..tok...tok, terdengar suara ketukan di pintu. "Ada apa balik lagi, Ka?" Omel Lastri.Tok..tok...tok, pintu kembali diketuk.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 9Lastri sedikit memejamkan mata, sensasi perih akibat darah yang mengucur karena pisau yang menancap di kakinya."Bisa apa kamu sekarang Lastri?""Jangan ganggu aku dan keluargaku, Mbok," Lastri merintih kesakitan, ia terduduk, tidak kuat berjalan dengan pisau menancap di kakinya."Hahaha, terserah padaku, jangan khawatir, Lastri. Aku tidak akan menghabisimu begitu saja, aku akan menghabisimu pelan-pelan." Mbok Karsiem tertawa penuh kemenangan."Tolong...tolong..tolong," teriak Lastri."Berteriaklah sekerasnya, tidak akan ada yang mendengarmu." Mbok Karsiem berjalan mendekati Lastri.Lastri beringsut mundur dengan cara menyeret tubuhhnya, ia masih berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang datang menolongnya.Mbok Karsiem semakin dekat, ia lalu berjongkok, "Kasihan sekali kamu, Lastri.""Aa," j
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 10"Apa maksudmu dengan Mbok Karsiem?" Bapak mengerutkan kening, ia tidak mengerti dengan maksud Asna.Aku mengetik di ponsel dan menunjukkan kepada Bapak,IBU MENGHILANG MUNGKIN ULAH MBOK KARSIEM. "Apa mungkin? Bapak enggak mau seperti ibumu, menuduh tanpa bukti," tukas Bapak.Aku menjatuhkan bobot tubuhku ke kursi, apa yang Bapak katakan ada benarnya, jika menuduh Mbok Karsiem tanpa bukti lagi, bisa-bisa orang-orang membenci kami. Waktu itu aku jelas-jelas melihat dalam kuah soto Mbok Karsiem terdapat celana dalam, tapi ketika Ibu datang melabrak Mbok Karsiem, apa yang Ibu tuduhkan tidak terbukti, malah Ibu yang dituduh memfitnah Mbok Karsiem.Aku menyesali perbuatanku yang seenaknya dengan membuka tutup panci Mbok Karsiem, semua rangkaian kejadian buruk yang terjadi beberapa hari ini, itu pasti ulah Mbok Karsiem, sampai aku tidak bisa berbicara.Sampai esok