WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 20Air mata mengalir dari kedua netra Asna melihat apa yang dilakukan Ibu dan anak itu. Apa yang dilakukan Mbok Karsiem dan Murni sangat kejam. Mereka berdua sedang memotong-motong kaki dan tangan manusia, sepertinya apa yang mereka potong-potong itu adalah mayat orang yang baru meninggal. Masih banyak darah segar di potongan kaki dan tangan itu.Ubun-ubun Asna serasa di sambar petir, ia teringat akan ibunya yang belum ditemukan di rumah Mbok Karsiem.'Ya Allah, semoga itu bukan ibuku,' ucap Asna dalam hati."Mbak!" Sebuah tepukan dari Aska sontak membuat Asna terperanjat."Ada apa, Ka?" Ucapnya lirih."Ibu enggak ada di ruangan itu," jawabnya pelan.Mendengar ucapan Aska, tubuh Asna lemas seketika, tubuhnya serasa tidak memiliki tulang. Apa yang dilihatnya dan apa yang dikatakan Aska membuat ia berpikiran yang tidak-tidak tentang ibunya.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 21Asna kembali ingin tidur, tubuh dan pikiran Asna sangat lelah. Baru saja gadis itu merebahkan tubuhnya di samping ibunya, ia sudah terlelap.Asna terbangun ketika menyadari ibunya tidak ada di sampingnya. Gadis itu berjingkat keluar dari kamar, ia tidak ingin membangunkan Bude dan adiknya."Ke mana Ibu, ya?" Gumam Asna.Di ruang tengah, Bapak, Pakde Darmaji dan kerabat lainnya yang tidak pulang tertidur pulas."Mungkin Ibu ada di belakang." Asna berjalan ke belakang, di kamar mandi terdengar aktivitas seseorang sedang mandi.'Apa mungkin itu Ibu,' pikir Asna. Asna menunggu di kursi kecil yang berada di dekat kamar mandi, sesekali gadis itu menguap. Cukup lama ibunya di kamar mandi namun tak kunjung keluar.Guyuran air dari dalam kamar mandi masih berlangsung."Ibu tidak kedinginan?" Ucap Asna, ia sedikit berteriak supaya suar
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 22Lastri kejang-kejang, matanya melotot memandang langit-langit. Asna, Aska dan Bude Parni panik melihat keadaan Lastri."Ibu, Ibu kenapa?" Asna berusaha menyadarkan ibunya."Aduh, bagaimana ini," ucap Bude Parni panik."Kenapa dengan Lastri?" Pakde Darmaji datang bersama Pak Rusdi."Enggak tahu, Pakde. Tiba-tiba Ibu kejang-kejang," jawab Aska.Pak Rusdi mendekati Ibu, mulutnya komat-kamit membaca sesuatu."Bisa tolong ambilkan air putih," pinta Pak Rusdi.Aska mengangguk, secepat kilat pemuda itu melesat ke dapur, tak lama kemudian ia sudah kembali dengan membawa segelas air putih di tangannya."Ini, Pak." Aska menyerahkan air itu kepada Pak Rusdi.Pak Rusdi menerima air itu, mulut beliau komat-kamit membaca doa, lalu ditiupnya air itu."Basuhlah wajah ibumu." Pak Rusdi memberikan air itu kepada
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 23Abah Somad memejamkan mata dengan mulut komat-kamit membaca doa, tak lama kemudian keadaan menjadi tenang."Kekuatan mereka cukup kuat, satu dari mereka melakukan pesugihan dan....""Dan apa, Bah?" "Dan penglaris yang dia pakai hanya sebagian kecil dari persekutuannya dengan setan, yang lebih parahnya, pesugihan yang dilakukannya, wanita itu sudah mengorbankan banyak nyawa untuk dijadikan tumbal.""Astagfirullah, saya pikir wanita itu hanya menggunakan penglaris, ternyata sampai sejauh ini.""Ujian hidup memang berat, salah satunya kemiskinan. Bagi mereka yang tidak kuat dengan ujian yang Allah berikan, mereka memilih jalan pintas dengan cara meminta bantuan kepada selain Allah, padahal ada harga mahal yang harus mereka bayar dengan meminta bantuan kepada selain Allah," Abah Somad lalu menghembuskan napas."Apa yang harus saya lakukan, Bah? Ap
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 24Pakde Darmaji dan Bude Parni datang berboncengan mengendarai motor.Kedua orang itu turun tergesa dari motor, Bude Parni tergopoh-gopoh menghampiri Asna, Pakde Darmaji membuntuti Bude Parni."Ngapain itu anaknya Mbok Karsiem ke sini, Nduk?" Tanya Bude Parni."Bude tahu Murni datang ke sini?" "Tadi di jalan Bude lihat dia keluar dari halaman rumahmu," jelas Bude Parni."Bapakmu di mana, Na?" Tanya Pakde Darmaji."Bapak ada di pangklong, katanya ada orang yang ingin membeli lemari dalam jumlah banyak Pakde," jawab Asna."Syukurlah kalau bapakmu enggak ada di rumah," tukas Pakde Darmaji."Memang ada apa, Pakde?""Ada yang ingin Pakde beritahukan kepada kamu dan juga Aska. Di mana dia?" Tanya Pakde Darmaji."Dia keluar sebentar, Pakde.""Yasudah, kita tunggu saja Aska, Pak,
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 25"Mungkin benar apa yang Aska katakan jika Mbok Karsiem yang telah bekerjasama dengan Mbah Broto," ucap Asna."Aku yakin banget, Mbak," ujar Aska."Kenapa kamu yakin banget kalau Mbok Karsiem yang bekerjasama dengan Mbah Broto?" Tanya Pakde Darmaji."Ibu, kan sudah pernah cerita sama Bapak jika rahasia penglaris celana dalamnya Mbok Karsiem ketahuan Asna, ditambah Lastri datang melabrak Mbok Karsiem," Bude Parni menepuk keras bahu Pakde Darmaji yang duduk disampingnya."Ibu kan hanya cerita soal penglaris celana dalam, enggak bilang kalau Lastri melabrak Mbok Karsiem," ujar Pakde Darmaji."Eh, iya. Ibu lupa cerita.""Jika memang Mbah Broto bekerjasama dengan Mbok Karsiem, apa sebabnya mereka bekerja sama?" Tanya Pakde Darmaji.Asna dan Aska mengedikan bahu, mereka juga tidak tahu apa yang membuat Dukun dan penjual soto itu bekerjasama.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 26Abdul dan anak-anaknya berlari ke dalam kamar. Di sana Lastri menjerit-jerit dan mengerang kesakitan."Sakit..sakit...tolong sakit," Lastri melolong kesakitan."Bu, ada apa? Ibu kenapa?" Asna memegang tangan Lastri."Tolong Ibu, Asna. Tubuh Ibu sakit sekali, panas, serasa terbakar." Lastri benar-benar sangat menderita."Bagaimana ini?" Abdul mondar-mandir, ia panik melihat keadaan istrinya yang melolong dan merintih kesakitan."Bapak tidak tahu siapa yang bisa dimintai tolong?" Aska menaikkan alisnya, ia hanya mengetes apakah bapaknya masih dalam pengaruh Mbah Broto atau tidak, jika masih dalam pengaruh Dukun itu, pasti Abdul akan segera mendatangi rumah Mbah Broto."Bapak enggak tahu harus minta tolong siapa," jawab Abdul."Bagus." Aska menjentikkan jarinya."Bagus kamu bilang? Lihat keadaan ibumu seperti ini kamu bilang
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 27Semua panik melihat Pak Rangsu mengeluarkan darah dari hidungnya."Pak Rangsu." Pakde Darmaji mendekati Pak Rangsu.Masih dengan mulut komat-kamit membaca doa, Pak Rangsu mengangkat tangan, mengisyaratkan Pakde Darmaji untuk jangan menganggunya.Untuk beberapa saat Pak Rangsu masih membaca doa dengan mata terpejam.Pak Rusdi membuka mata setelah ia selesai membaca doa."Pak Rusdi, hidung anda berdarah," ucap Abdul."Tidak apa-apa, Pak. Alhamdulillah jin kiriman dari Mbah Broto sudah pergi.""Alhamdulillah, jadi keluarga saya sudah terbebas dari gangguan Mbah Broto, Pak Rusdi?" Tanya Abdul."Untuk saat ini, iya. Tapi saya tidak yakin untuk besok.""Apa mereka masih akan mengganggu keluarga saya lagi?""Sepertinya begitu, ilmu hitam yang dimiliki Mbah Broto sangat kuat, saya sampai kewalahan dib