WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 26Abdul dan anak-anaknya berlari ke dalam kamar. Di sana Lastri menjerit-jerit dan mengerang kesakitan."Sakit..sakit...tolong sakit," Lastri melolong kesakitan."Bu, ada apa? Ibu kenapa?" Asna memegang tangan Lastri."Tolong Ibu, Asna. Tubuh Ibu sakit sekali, panas, serasa terbakar." Lastri benar-benar sangat menderita."Bagaimana ini?" Abdul mondar-mandir, ia panik melihat keadaan istrinya yang melolong dan merintih kesakitan."Bapak tidak tahu siapa yang bisa dimintai tolong?" Aska menaikkan alisnya, ia hanya mengetes apakah bapaknya masih dalam pengaruh Mbah Broto atau tidak, jika masih dalam pengaruh Dukun itu, pasti Abdul akan segera mendatangi rumah Mbah Broto."Bapak enggak tahu harus minta tolong siapa," jawab Abdul."Bagus." Aska menjentikkan jarinya."Bagus kamu bilang? Lihat keadaan ibumu seperti ini kamu bilang
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 27Semua panik melihat Pak Rangsu mengeluarkan darah dari hidungnya."Pak Rangsu." Pakde Darmaji mendekati Pak Rangsu.Masih dengan mulut komat-kamit membaca doa, Pak Rangsu mengangkat tangan, mengisyaratkan Pakde Darmaji untuk jangan menganggunya.Untuk beberapa saat Pak Rangsu masih membaca doa dengan mata terpejam.Pak Rusdi membuka mata setelah ia selesai membaca doa."Pak Rusdi, hidung anda berdarah," ucap Abdul."Tidak apa-apa, Pak. Alhamdulillah jin kiriman dari Mbah Broto sudah pergi.""Alhamdulillah, jadi keluarga saya sudah terbebas dari gangguan Mbah Broto, Pak Rusdi?" Tanya Abdul."Untuk saat ini, iya. Tapi saya tidak yakin untuk besok.""Apa mereka masih akan mengganggu keluarga saya lagi?""Sepertinya begitu, ilmu hitam yang dimiliki Mbah Broto sangat kuat, saya sampai kewalahan dib
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM"Wuidih, rame banget warung sotonya, Mbok!" Ucapku kepada Mbok Karsiem."Iya, Na. Dari pagi sampai malam rame terus, sampai enggak kober narok pantat." Ucap Mbok Karsiem berkelakar sambil melayani pesanan yang minta di bungkus."Banyak pembelinya kenapa masih Mbok sendiri yang menyiapkan? Kan karyawan Mbok ada banyak!" "Hadeh, Na. Mbok enggak percaya menyerahkan meracik soto sama karyawan, nanti enggak enak malah aku yang repot. Mereka cuma mengantar pesanan saja kepada pembeli."Aku mengangguk-angguk mendengar penjelasan Mbok Karsiem. Pasti sotonya enak, buktinya banyak pembeli yang ngantri. "Mbok, aku pesen empat. Di bungkus ya!" Ucapku kepada Mbok Karsiem."Iya.""Mbok," Murni, anak bungsu Mbok Karsiem memanggil."Ada apa, Nduk?" Mbok Karsiem menjawab tanpa menoleh."Tolong aku sebentar, Mbok!" teriak Murni.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 2Di hadapanku berdiri sosok tinggi besar, dengan bulu lebat memenuhi tubuhnya, tanganya sangat besar dan ukuran setiap jarinya sebesar buah pisang, mahluk itu menggeram, mata merahnya melotot, dari sorot matanya sepertinya mahluk ini marah kepadaku, mahluk itu maju mendekatiku, aku mundur dan tubuhku menabrak sesuatu, ketika aku menoleh kebelakang, di belakangku berdiri sosok pocong dengan kain kafan yang berwarna kecoklatan dan wajah hancur lebur, mulut pocong itu terbuka lebar, dari mulutnya keluar cairan merah pekat berbau anyir bercampur busuk. Aku berlari menjauh dari kedua mahluk menyeramkan ini, sayangnya aku malah menabrak sosok berambut gimbal dengan lidah panjang menjulur ke lantai, sosok itu mengerak-gerakkan lidahnya yang panjang, lidahnya yang berbau anyir itu mencambuk tubuhku. Aku berlari ke sudut ruang tamu, jantungku berdetak kencang sampai aku bisa mendengar bunyinya, keringat sebiji jagung memenuhi tubuhku.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 3"Kamu siapa? Kamu bukan Bapak!" Aku mundur sampai menabrak lemari yang ada di dapur. "Hahaha." Sosok yang menyerupai Bapak tertawa, ia lalu berubah menjadi mahluk tinggi besar berbulu lebat seperti dalam mimpiku.Pintu dapur yang tadi sudah aku kunci terbuka sendiri, di depan pintu sosok pocong tadi terbang melayang-layang, ia terbang mendekatiku. Aku dikepung dua sosok mahluk yang sangat menyeramkan. Tubuhku rasanya panas dingin, keringat bercucuran, kaki gemetar, aku ingin berlari namun tungkai kakiku rasanya lemas.Aku terduduk di lantai dapur. Ceplak..tanganku menyentuh sesuatu, aku menunduk, demi melihat apa yang sudah aku pegang. Sebuah benda panjang dan lengket, mataku mengikuti di mana akhir benda itu, sebelumnya aku belum pernah melihat benda ini di rumah.Astaga, ternyata benda panjang dan lengket itu berakhir di mulut sosok yang amat menyeramkan, sosok berambut gimbal dengan lidah panjang persis seperti di dalam mimpiku. Aku melepaskan benda y
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 4Aku melempar ponsel ketika dari sambungan telepon bukan suara Aska, Bapak atau Ibu, melainkan suara Mbok Karsiem. Telapak kakiku semakin sakit saja, darah masih mengalir sampai membasahi seprei. Aku terkejut ketika melihat telapak kakiku, banyak potongan kaca dan juga serpihan kecik-kecil menancap di sana.Aku mencabut potongan kaca verujuran besar, sakit sekali rasabya, potonfan kaca berukuran besar itu menancap cukup dalan, aku kembali mencabut tiga potongan kaca dari telapak kakiku, kepalaku sakit, penglihatanku kabur. Sevelum aku kehikangan kesadaran, ketiga soaok menyeramkan itu berdiri tidak jauh dari pintu.Mereka menatapku tajam. Mereka mendekatiku, karena tubuhku lemah dan banyak kehilangan darah, aku tidak bisa menjauh dan tetap berada di tempat tidur......Aku membuka mata, aku berada di ruangan serba putih, aku menyipitkan mata menyesuaikan cahaya yang masuk ke kornea. Aku berada di ruangan serba putih, terdapat horden berwarna hijau sebag
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 5"Anak laki-lakimu telah mengacaukan semuanya, Dul," tangan Mbah Broto terkepal, wajahnya memerah."Sekarang dia malah pergi, Mbah. Bagaimana ini?" Ibu terlihat panik.Mbah Broto berdiri, "Ayo kita cari putramu itu, Dul.""Baik, Mbah." Bapak berdiri, pergi bersama Mbah Broto mencari Aska.Tinggallah aku dan Ibu di rumah sendirian.Suara-suara orang tertawa tanpa wujud membuat aku dan Ibu saling merapatkan tubuh. Angin berhembus sangat kencang membuat lilin melik-liuk diterpa angin. Horden jendela berkibar-kibar terkena angin terlihat menyeramkan dikegelapan ini. Brak...brak..brak pintu terbanting berkali-kali membuat aku dan Ibu terkejut."Ibu takut, Na." Tubuh Ibu bergetar.Aku melepaskan tangan Ibu yang memegangiku erat."Mau ke mana, Na?" tanya Ibu melihatku berdiri.Aku menunjuk ke belakang.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 6POV Mbok Karsiem"Aku bisa melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, Lastri!" "Silahkan saja lapor ke polisi, aku tidak takut!" Lastri menantangku balik."Kita buktikan saja, apa benar yang dituduhkan Bu Lastri," tukas Pak Kusnan."Silahkan kalian buktikan saja sendiri, apa benar apa yang dikatakan Lastri!" "Baiklah, Mbok. Saya izin mengecek kuah soto yang Mbok buat," tukas Bu Rodiah."Silahkan, monggo!" Kuberikan jalan kepada Bu Rodiah untuk memeriksanya."Lihat saja, rahasiamu akan terbongkar Mbok!" Tunjuk Lastri.Aku tersenyum sinis ucapan Lastri, tidak akan aku lepaskan kamu, Tri.Beberapa saat kemudian Bu Rodiah keluar dari dalam rumah."Tidak ada celana dalam di kuah sotonya," ucap Bu Rodiah."Kalian dengar ucapan Bu Rodiah. Tidak ada celana dalam di