WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 6POV Mbok Karsiem"Aku bisa melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, Lastri!" "Silahkan saja lapor ke polisi, aku tidak takut!" Lastri menantangku balik."Kita buktikan saja, apa benar yang dituduhkan Bu Lastri," tukas Pak Kusnan."Silahkan kalian buktikan saja sendiri, apa benar apa yang dikatakan Lastri!" "Baiklah, Mbok. Saya izin mengecek kuah soto yang Mbok buat," tukas Bu Rodiah."Silahkan, monggo!" Kuberikan jalan kepada Bu Rodiah untuk memeriksanya."Lihat saja, rahasiamu akan terbongkar Mbok!" Tunjuk Lastri.Aku tersenyum sinis ucapan Lastri, tidak akan aku lepaskan kamu, Tri.Beberapa saat kemudian Bu Rodiah keluar dari dalam rumah."Tidak ada celana dalam di kuah sotonya," ucap Bu Rodiah."Kalian dengar ucapan Bu Rodiah. Tidak ada celana dalam di
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 7"Bu." Sontak Lastri menoleh, rupanya Abdul yang berada di belakangnya."Bapak, bikin Ibu kaget saja." Ucap Lastri sambil mengurat dada."Kenapa muka Ibu pucat?" Tanya Abdul."Ibu di datangi pocong, Pak.""Tuh kan, Ibu jadi di datangi pocong peliharaannya Mbok Karsiem. Seharusnya Bapak larang Ibu pergi ke rumah Mbok Karsiem tadi," timpal Bapak.Abdul berjalan membuka pintu samping."Mau ke mana, Pak?" Lastri membuntuti suaminya, ia tidak mau di dalam rumah sendirian."Bapak mau ke rumah Mbah Broto, Bu.""Ibu ikut, Pak," tukas Lastri."Mau ngapain Ibu ikut segala?""Ibu takut sendirian di rumah, Pak.""Sendirian gimana tah, Bu? Ada Asna dan Aska di rumah," jelas Abdul."Enggak ada, Pak."Abdul menghela napas, ia lalu menarik Lastri ke dalam. Pria itu meng
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 8Lastri mengibas-kibaskan kipas dari anyaman bambu ke tubuhnya, malam ini terasa sangat panas, keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "Ibu kepanasan?" Aska mttŕengerutkan kening, ia heran, di malam yang sedingin ini ibunya berkeringat."Iya, Ka. Gerah banget rasanya," timpal Lastri, wanita itu terus mengipasi tubuhnya dengan kipas dari anyaman bambu."Aska mau pergi dulu, Bu," Pamit putra bungsu Lastri."Mau ke mana?" "Namanya juga anak muda, Bu.""Tunggu Bapak dan Mbakmu pulang, Ka," pinta Lastri."Sudah ditunggu Bima dan Rian, Bu." Aska membuka pintu bersiap untuk pergi, tidak mengindahkan permintaan ibunya."Dasar anak bandel," omel Lastri.Tok..tok...tok, terdengar suara ketukan di pintu. "Ada apa balik lagi, Ka?" Omel Lastri.Tok..tok...tok, pintu kembali diketuk.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 9Lastri sedikit memejamkan mata, sensasi perih akibat darah yang mengucur karena pisau yang menancap di kakinya."Bisa apa kamu sekarang Lastri?""Jangan ganggu aku dan keluargaku, Mbok," Lastri merintih kesakitan, ia terduduk, tidak kuat berjalan dengan pisau menancap di kakinya."Hahaha, terserah padaku, jangan khawatir, Lastri. Aku tidak akan menghabisimu begitu saja, aku akan menghabisimu pelan-pelan." Mbok Karsiem tertawa penuh kemenangan."Tolong...tolong..tolong," teriak Lastri."Berteriaklah sekerasnya, tidak akan ada yang mendengarmu." Mbok Karsiem berjalan mendekati Lastri.Lastri beringsut mundur dengan cara menyeret tubuhhnya, ia masih berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang datang menolongnya.Mbok Karsiem semakin dekat, ia lalu berjongkok, "Kasihan sekali kamu, Lastri.""Aa," j
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 10"Apa maksudmu dengan Mbok Karsiem?" Bapak mengerutkan kening, ia tidak mengerti dengan maksud Asna.Aku mengetik di ponsel dan menunjukkan kepada Bapak,IBU MENGHILANG MUNGKIN ULAH MBOK KARSIEM. "Apa mungkin? Bapak enggak mau seperti ibumu, menuduh tanpa bukti," tukas Bapak.Aku menjatuhkan bobot tubuhku ke kursi, apa yang Bapak katakan ada benarnya, jika menuduh Mbok Karsiem tanpa bukti lagi, bisa-bisa orang-orang membenci kami. Waktu itu aku jelas-jelas melihat dalam kuah soto Mbok Karsiem terdapat celana dalam, tapi ketika Ibu datang melabrak Mbok Karsiem, apa yang Ibu tuduhkan tidak terbukti, malah Ibu yang dituduh memfitnah Mbok Karsiem.Aku menyesali perbuatanku yang seenaknya dengan membuka tutup panci Mbok Karsiem, semua rangkaian kejadian buruk yang terjadi beberapa hari ini, itu pasti ulah Mbok Karsiem, sampai aku tidak bisa berbicara.Sampai esok
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 11Senyuman Mbok Karsiem terlihat menakutkan untukkku, entah kenapa aku merasa dia datang untuk mengejek, bukan untuk bersimpati atas menghilangnya Ibu.Bu Rita, tetangga depan rumahku membawa bungkusan, "Asna, kamu sudah makan belum?" Tanya Bu Rita.Aku menggeleng, bagaimana mungkin aku bisa makan, sedangkan ibuku menghilang semalaman dan belum ditemukan sampai sekarang."Saya bawakan makanan untuk kamu, Pak Abdul dan juga Aska. Maaf ya, Asna saya baru tahu jika ibumu menghilang," ucap Bu Rita."Bu Rita kapan pulangnya?" Tanya Bu Lina."Subuh tadi, Bu. Tadi pagi pas saya belanja sayur, saya dikejutkan dengan berita menghilangnya Bu Lastri. Kamu yang sabar ya, Asna. Mudah-mudahan ibumu segera ditemukan." Bu Rita menepuk pundakku.'Semoga saja, Bu.'"Saya ambilkan makan untukmu dulu, ya." Bu Rita masuk ke dalam rumah, ia memang sudah terbiasa
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 12Tubuh kurus Pak Rangsu dicambuk oleh perajurit itu, kasihan sekali dia, punggungnya penuh dengan bekas cambukan, bahkan sampai berdarah. Apa yang telah Pak Rangsu lakukan sampai di siksa seperti itu?Aku mendekati perajurit yang memukul Pak Rangsu."Hentikan, jangan sakiti dia!" Teriakku.Perajurit itu menoleh, ia menatapku datar, lalu kembali mencambuk tubuh Pak Rangsu, ia tidak peduli dengan teriakanku."Hei, hentikan, dia kesakitan," teriakku lagi.Perajurit itu tidak peduli dengan teriakanku, ia terus saja mencambuk Pak Rangsu.Aku menjadi jengkel kepada perajurit itu.Aku berusaha merebut cambuk itu darinya, supaya ia tidak mencambuk Pak Rangsu lagi, namun kekuatanku tidak seberapa dibandingkan perajurit itu. Ia mendorongku hingga aku jatuh tersungkur. Aku lihat Pak Rangsu menatapku, dari pancaran matanya ia sangat mende
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 13Lampu kembali menyala, aku sangat terkejut, Aska yang kupegangi berganti menjadi sosok pocong yang berada di atas tembok penyekat kamar mandi dan toilet.Pocong dengan banyak darah di wajahnya itu menyeringai, menunjukkan giginya yang hitam dan bau. Aku menjerit, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Gegas aku melepaskam pegangan pada sosok pocong itu. Aku berlari, namun kakiku tersandung sesuatu hingga aku jatuh tersungkur.Kaki terasa kram dan tidak bisa digerakkan. Pocong itu melompat-lompat mendekatiku.Aku memejamkan mata ketika pocong semakin mendekatiku, tiba-tiba saja aku merasa ada yang masuk ke dalam tubuh.Entah kenapa aku bisa berdiri, namun bukannya berjalan, aku malah melompat-lompat, kedua tanganku juga aku lipat ke atas dada. Tubuhku seperti ada yang mengendalikan, aku terus saja melompat-lompat tidak jelas.