Share

bab 5

Author: Eri Setiani
last update Last Updated: 2023-08-20 05:20:09

WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 5

"Anak laki-lakimu telah mengacaukan semuanya, Dul," tangan Mbah Broto terkepal, wajahnya  memerah.

"Sekarang dia malah pergi, Mbah. Bagaimana ini?" Ibu terlihat panik.

Mbah Broto berdiri, "Ayo kita cari putramu itu, Dul."

"Baik, Mbah." Bapak berdiri, pergi bersama Mbah Broto mencari Aska.

Tinggallah aku dan Ibu di rumah sendirian.

Suara-suara orang tertawa tanpa wujud membuat aku dan Ibu saling merapatkan tubuh. Angin berhembus sangat kencang membuat lilin melik-liuk diterpa angin. Horden jendela berkibar-kibar terkena angin terlihat menyeramkan dikegelapan ini. 

Brak...brak..brak pintu terbanting berkali-kali membuat aku dan Ibu terkejut.

"Ibu takut, Na." Tubuh Ibu bergetar.

Aku melepaskan tangan Ibu yang memegangiku erat.

"Mau ke mana, Na?" tanya Ibu melihatku berdiri.

Aku menunjuk ke belakang.

"Gelap, Na. Di sini saja." Ibu menarik tanganku lagi.

Aku menggeleng, aku memegang perutku, memberi isyarat kepada Ibu.

"Kamu lapar?"

Aku menggeleng lagi.

"Kamu ingin ke toilet?"

Aku mengangguk.

"Apa tidak bisa di tunda nanti saja, Na?" 

Aku menggeleng, perutku terasa sangat melilit. Aku berjalan meraba-raba dinding, mencaru saklar lampu. Aku menghidupkan lampu, sayangnya mati lampu.

Aku mengambil lilin lain yang berada di atas nakas, kuhidupkan lilin itu  dan melangkah kebelakang.

"Tunggu, Na. Ibu ikut, takut sendirian di sini," Ibu menghentikan langkahku.

Aku menoleh kepada Ibu lalu mengangguk. Kami berjalan beriringan, toilet tidak jauh tapi terasa sangat jauh, jalan menuju toilet terlihat sangat menakutkan.

Akhirnya sampai juga di toilet. Aku memberikan lilin kepada Ibu, karena ibuku sangat penaku dan daripada ia teriak-teriak.

"Gelap loh, Na. Ibu temani ya?" Pinta Ibu.

Aku menggeleng, aku mau buang hajat dan Ibu di dalam, bisa-bisa tidak keluar isi perutku lagi pula tidak nyaman hanya buang hajat harus ditemani segala.

"Cepat, Na. Jangan lama-lama," timpal Ibu.

Aku mengangguk, lalu masuk ke dalam dam mengunci pintunya. Kulepaskan celanaku lalu berjongkok mentuntaskan hajatku.

Hem... terdengar suara orang berdehem dari belakang toilet. Tak terlalu aku ambil pusing, mungkin Bapak atau Mbah Broto.

Hem...terdengar lagi suara orang berdehem.

"Bap-," belum selesai aku bicara suara itu berubah menjadi erangan.

"Arrgh," suara siapa itu ya?

"Arrgh." 

Erangan itu semakin keras, membuatku menjadi tidak nyaman. Cepat-cepat aku menyelesaikan hajatku. Ketika aku akan keluar, suara erangan itu menghilang. Karena penasaran aku mengintip melalui lubang yang ada di dalam toilet. Aku membekap mulutku, sosok bertubuh besar dengan bulu lebat ditubuhnya berdiri menghadap dinding toilet, dia  menatapku nyalang, tubuhku mundur hingga terbentur dinding. Tanganku gemetar membuka kunci kamar mandi, setelah aku diluar, keadaan gelap gulita, tidak kudapati Ibu di sana. Di mana Ibu?

Aku berjalan meraba-raba, ingin berteriak namun  tidak bisa mengeluarkan suara. Aku sedikit kesal karena Ibu meninggalkanku sendiri.

Terpaksa aku berjalan dalam kegelapan, sampai menabrak apa saja yang ada di depanku.

"Hihihi," terdengar suara tawa. Siapa yang tertawa? Apa mungkin Ibu? Ah tidak mungkin, itu bukan suara tawa Ibu. Lalu siapa?

Tengkukku meremang, bulu-bulu halus di tanganku berdiri. Seperti ada yang meniup-niup leherku. 

'Siapa itu? Apa maumu?' Aku tidak bisa bicara untuk saat ini, tapi aku yakin mereka bisa mendengarkan suara hatiku.

"Hihihi," lagi-lagi suara tawa yang terdengar.

Aku mengambil apa saja yang ada di dekatku dan melemparnya, 'Pergi.'

"Hihihi," suara itu terdengar jauh. Aku teringat ucapan Mbah Broto, jika suara mahluk halus terdengar dekat, itu berarti dia jauh. Sedangkan jika suara itu jauh berarti dia dekat.

Bulu kudukku semakin meremang, leherku terasa panas, ketika aku memegangi leherku, aku merasakan tangan panjang dan kurus mencengkram leherku, aku kesulitan bernapas.

Dengan sekuat tenaga aku melawan dan mencoba melepaskan cengkraman itu, namun bukannya lepas, tangan itu malah semakin kuat mencengkram leherku. Aku meronta-ronta, namun tidak juga bisa terlepas. 

Dalam keadaan sulit itu, aku membaca doa dalam hati, akhirnya tangan panjang dan keriput itu melepaskan cengkeramannya.

'Alhamdulillah.'

Aku kembali berjalan, kembali aku melempar benda-benda yang ada di sekitarku untuk menarik perhatian Ibu.  Sampai aku berada di ruang tamu, tetap tidak ada Ibu. Sebenarnya ada di mana Ibu. 

Gelisah dan cemas menghinggapku, haruskah aku mencari Ibu atau menunggunya di sini?

"Waaa...," terdengar suara teriakan Ibu dari samping rumah. 

Gegas aku berlari ke samping rumah yang gelap. Di sana Ibu berteriak histeris.

Aku mengguncang tubuh Ibu.

"Asna, dari mana saja kamu, Nduk? Ibu takut!"

'Harusnya aku yang bertanya Ibu ke mana?'

Aku menggandeng lengan Ibu dan mengajaknya masuk ke dalam. Aku dudukkan Ibu ke kursi. Aku mengambil air minum dan memberikannya kepada Ibu.

Setelah meminum air, Ibu terlihat lebih tenang. "Pasti ini semua ulah Mbok Karsiem, gara-gara kamu mengetahui penglaris celana dalam yang digunakannya. Awas kamu Mbok Karsiem." Tangan Ibu terkepal, geram dengan Mbok Karsiem.

****

"Pak, jaga Asna dan Aska!" Ucap Ibu.

"Ibu mau ke mana sepagi ini?" tanya Bapak.

"Ibu mau ke rumah Mbok Karsiem. Mau buat perhitungan dengannya," timpal Ibu.

Aku menarik Ibu yang sudah bersiap melangkah pergi.

"Jangan hentikan Ibu, Na." Ibu melepaskan pegangan tanganku.

Aku menggeleng, melarang Ibu pergi.

"Bapak juga yakin Mbok Karsiem yang melakukan semua ini tapi kita enggak ada bukti untuk menuduh Mbok Karsiem, Bu," tukas Bapak.

Aska di temukan Bapak dan Mbah Broto di kebun Mbok Karsiem, dia meraung-raung seperti orang kesurupan. Aska tertidur setelah diberi jampi-jampi oleh Mbah Broto.

"Pokoknya Ibu mau buat perhitungan sama Mbok karsiem, Pak. Wanita itu sudah menyakiti Asna dan membuat Aska kesurupan," Ibu semakin meradang.

"Ibu enggak boleh ke sana sendirian! Biar Bapak temani," timpal Bapak.

"Ya sudah, ayo, Pak."

****

"Mbok Karsiem! Mbok Karsiem!" 

Keluar dari dalam rumah, wanita tua diikuti anak sulungnya.

"Ada apa, pagi-pagi sekali kalian datang ke rumahku?" Bentak Mbok Karsiem.

"Kamu kan Mbok yang membuat Asna hampir celaka dan tidak bisa bicara?!" Teriak Ibu.

"Heh, Sulis! Jaga mulutmu itu, jangan sembarangan menuduh!" Wajah Mbok Karsiem memerah.

Teriakan Ibu membuat tetangga-tetangga berdatangan.

"Ada apa ini, Bu Sulis, Mbok Karsiem?" Tanya Bu Ijah, tetangga sebelah rumah Mbok Karsiem.

"Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik jika kalian berdua ada masalah, apalagi ini masih pagi banget," timpal Pak Kusnan.

“Bu Lastri tuh, Pak. Datang-datang teriak-teriak.” Sungut Murni.

"Aku tidak akan teriak-teriak kalau penjual soto celana dalam ini tidak memulai duluan!" Ibu menunjuk Mbok Karsiem.

"Soto celana dalam?" Orang-orang yang ada di sana terkejut mendengar perkataan Ibu.

"Iya, perempuan tua ini menggunakan celana dalam sebagai penglaris," jelas Ibu.

"Bu Lastri, jangan sembarangan menuduh!" Pekik Murni.

"Aku tidak sembarangan menuduh ibumu, Murni. Asna sendiri yang mengetahui ada celana dalam di kuah soto Mbok Karsiem. Dan karena Asna mengetahuinya, wanita tua ini mengirim peliharaannya untuk mencelakai Asna. Asna hampir mati kehilangan darah, ia juga tidak bisa bicara sekarang," ucap Ibu panjang lebar.

Orang-orang mulai berkasak-kusuk mengenai penglaris celana dalam Mbok Karsiem.

"Apa mungkin ya?"

"Bisa jadi itu, lihat saja setiap Mbok Karsiem jualan soto selalu ramai pembeli, enggak pernah sepi."

"Hih, jijik aku. Mana aku sering banget membeli sotonya Mbok Karsiem."

Suara-suara sumbang mengenai penglaris celana dalam yang dikatakan Bu Lastri membuat Mbok Karsiem meradang.

Wajahnya memerah dan tanganya terkepal.

'Awas kau Lastri.'

Related chapters

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 6

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 6POV Mbok Karsiem"Aku bisa melaporkanmu ke polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, Lastri!" "Silahkan saja lapor ke polisi, aku tidak takut!" Lastri menantangku balik."Kita buktikan saja, apa benar yang dituduhkan Bu Lastri," tukas Pak Kusnan."Silahkan kalian buktikan saja sendiri, apa benar apa yang dikatakan Lastri!" "Baiklah, Mbok. Saya izin mengecek kuah soto yang Mbok buat," tukas Bu Rodiah."Silahkan, monggo!" Kuberikan jalan kepada Bu Rodiah untuk memeriksanya."Lihat saja, rahasiamu akan terbongkar Mbok!" Tunjuk Lastri.Aku tersenyum sinis ucapan Lastri, tidak akan aku lepaskan kamu, Tri.Beberapa saat kemudian Bu Rodiah keluar dari dalam rumah."Tidak ada celana dalam di kuah sotonya," ucap Bu Rodiah."Kalian dengar ucapan Bu Rodiah. Tidak ada celana dalam di

    Last Updated : 2023-08-20
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 7

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 7"Bu." Sontak Lastri menoleh, rupanya Abdul yang berada di belakangnya."Bapak, bikin Ibu kaget saja." Ucap Lastri sambil mengurat dada."Kenapa muka Ibu pucat?" Tanya Abdul."Ibu di datangi pocong, Pak.""Tuh kan, Ibu jadi di datangi pocong peliharaannya Mbok Karsiem. Seharusnya Bapak larang Ibu pergi ke rumah Mbok Karsiem tadi," timpal Bapak.Abdul berjalan membuka pintu samping."Mau ke mana, Pak?" Lastri membuntuti suaminya, ia tidak mau di dalam rumah sendirian."Bapak mau ke rumah Mbah Broto, Bu.""Ibu ikut, Pak," tukas Lastri."Mau ngapain Ibu ikut segala?""Ibu takut sendirian di rumah, Pak.""Sendirian gimana tah, Bu? Ada Asna dan Aska di rumah," jelas Abdul."Enggak ada, Pak."Abdul menghela napas, ia lalu menarik  Lastri ke dalam. Pria itu meng

    Last Updated : 2023-08-27
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 8

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 8Lastri mengibas-kibaskan kipas dari anyaman bambu ke tubuhnya, malam ini terasa sangat panas, keringat bercucuran membasahi tubuhnya. "Ibu kepanasan?" Aska mttŕengerutkan kening, ia heran, di malam yang sedingin ini ibunya berkeringat."Iya, Ka. Gerah banget rasanya," timpal Lastri, wanita itu terus mengipasi tubuhnya dengan kipas dari anyaman bambu."Aska mau pergi dulu, Bu," Pamit putra bungsu Lastri."Mau ke mana?" "Namanya juga anak muda, Bu.""Tunggu Bapak dan Mbakmu pulang, Ka," pinta Lastri."Sudah ditunggu Bima dan Rian, Bu." Aska membuka pintu bersiap untuk pergi, tidak mengindahkan permintaan ibunya."Dasar anak bandel," omel Lastri.Tok..tok...tok, terdengar suara ketukan di pintu. "Ada apa balik lagi, Ka?" Omel Lastri.Tok..tok...tok, pintu kembali diketuk.

    Last Updated : 2023-08-27
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 9

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 9Lastri sedikit memejamkan mata, sensasi perih akibat darah yang mengucur karena pisau yang menancap di kakinya."Bisa apa kamu sekarang Lastri?""Jangan ganggu aku dan keluargaku, Mbok," Lastri merintih kesakitan, ia terduduk, tidak kuat berjalan dengan pisau menancap di kakinya."Hahaha, terserah padaku, jangan khawatir, Lastri. Aku tidak akan menghabisimu begitu saja, aku akan menghabisimu pelan-pelan." Mbok Karsiem tertawa penuh kemenangan."Tolong...tolong..tolong," teriak Lastri."Berteriaklah sekerasnya, tidak akan ada yang mendengarmu." Mbok Karsiem berjalan mendekati Lastri.Lastri beringsut mundur dengan cara menyeret tubuhhnya, ia masih berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang datang menolongnya.Mbok Karsiem semakin dekat, ia lalu berjongkok, "Kasihan sekali kamu, Lastri.""Aa," j

    Last Updated : 2023-08-31
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 10

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 10"Apa maksudmu dengan Mbok Karsiem?" Bapak mengerutkan kening, ia tidak mengerti dengan maksud Asna.Aku mengetik di ponsel dan menunjukkan kepada Bapak,IBU MENGHILANG MUNGKIN ULAH MBOK KARSIEM. "Apa mungkin? Bapak enggak mau seperti ibumu, menuduh tanpa bukti," tukas Bapak.Aku menjatuhkan bobot tubuhku ke kursi, apa yang Bapak katakan ada benarnya, jika menuduh Mbok Karsiem tanpa bukti lagi, bisa-bisa orang-orang membenci kami. Waktu itu aku jelas-jelas melihat dalam kuah soto Mbok Karsiem terdapat celana dalam, tapi ketika Ibu datang melabrak Mbok Karsiem, apa yang Ibu tuduhkan tidak terbukti, malah Ibu yang dituduh memfitnah Mbok Karsiem.Aku menyesali perbuatanku yang seenaknya dengan membuka tutup panci Mbok Karsiem, semua rangkaian kejadian buruk yang terjadi beberapa hari ini, itu pasti ulah Mbok Karsiem, sampai aku tidak bisa berbicara.Sampai esok

    Last Updated : 2023-08-31
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 11

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 11Senyuman Mbok Karsiem terlihat menakutkan untukkku, entah kenapa aku merasa dia datang untuk mengejek, bukan untuk bersimpati atas menghilangnya Ibu.Bu Rita, tetangga depan rumahku membawa bungkusan, "Asna, kamu sudah makan belum?" Tanya Bu Rita.Aku menggeleng, bagaimana mungkin aku bisa makan, sedangkan ibuku menghilang semalaman dan belum ditemukan sampai sekarang."Saya bawakan makanan untuk kamu, Pak Abdul dan juga Aska. Maaf ya, Asna saya  baru tahu jika ibumu menghilang," ucap Bu Rita."Bu Rita kapan pulangnya?" Tanya Bu Lina."Subuh tadi, Bu. Tadi pagi pas saya belanja sayur, saya dikejutkan dengan berita menghilangnya Bu Lastri. Kamu yang sabar ya, Asna. Mudah-mudahan ibumu segera ditemukan." Bu Rita menepuk pundakku.'Semoga saja, Bu.'"Saya ambilkan makan untukmu dulu, ya." Bu Rita masuk ke dalam rumah, ia memang sudah terbiasa

    Last Updated : 2023-09-02
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 12

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 12Tubuh kurus Pak Rangsu dicambuk oleh perajurit itu, kasihan sekali dia, punggungnya penuh dengan bekas cambukan, bahkan sampai berdarah. Apa yang telah Pak Rangsu lakukan sampai di siksa seperti itu?Aku mendekati perajurit yang memukul Pak Rangsu."Hentikan, jangan sakiti dia!" Teriakku.Perajurit itu menoleh, ia menatapku datar, lalu kembali mencambuk tubuh Pak Rangsu, ia tidak peduli dengan teriakanku."Hei, hentikan, dia kesakitan," teriakku lagi.Perajurit itu tidak peduli dengan teriakanku, ia terus saja mencambuk Pak Rangsu.Aku menjadi jengkel kepada perajurit itu.Aku berusaha merebut cambuk itu darinya, supaya ia tidak mencambuk Pak Rangsu lagi, namun kekuatanku tidak seberapa dibandingkan perajurit itu. Ia mendorongku hingga aku jatuh tersungkur. Aku lihat Pak Rangsu menatapku, dari pancaran matanya ia sangat mende

    Last Updated : 2023-09-02
  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 13

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 13Lampu kembali menyala, aku sangat terkejut, Aska yang kupegangi berganti menjadi sosok pocong yang berada di atas tembok penyekat kamar mandi dan toilet.Pocong dengan banyak darah di wajahnya itu menyeringai, menunjukkan giginya yang hitam dan bau. Aku menjerit, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Gegas aku melepaskam pegangan pada sosok pocong itu. Aku berlari, namun kakiku tersandung sesuatu hingga aku jatuh tersungkur.Kaki terasa kram dan tidak bisa digerakkan. Pocong itu melompat-lompat mendekatiku.Aku memejamkan mata ketika pocong semakin mendekatiku, tiba-tiba saja  aku merasa ada yang masuk ke dalam tubuh.Entah kenapa aku bisa berdiri, namun bukannya berjalan, aku malah melompat-lompat, kedua tanganku juga aku lipat ke atas dada. Tubuhku seperti ada yang mengendalikan, aku terus saja melompat-lompat tidak jelas. 

    Last Updated : 2023-09-09

Latest chapter

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 27

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 27Semua panik melihat Pak Rangsu mengeluarkan darah dari hidungnya."Pak Rangsu." Pakde Darmaji mendekati Pak Rangsu.Masih dengan mulut komat-kamit membaca doa, Pak Rangsu mengangkat tangan, mengisyaratkan Pakde Darmaji untuk jangan menganggunya.Untuk beberapa saat Pak Rangsu masih membaca doa dengan mata terpejam.Pak Rusdi membuka mata setelah ia selesai membaca doa."Pak Rusdi, hidung anda berdarah," ucap Abdul."Tidak apa-apa, Pak. Alhamdulillah  jin kiriman dari Mbah Broto sudah pergi.""Alhamdulillah, jadi keluarga saya sudah terbebas dari gangguan Mbah Broto, Pak Rusdi?" Tanya Abdul."Untuk saat ini, iya. Tapi saya tidak yakin untuk besok.""Apa mereka masih akan mengganggu keluarga saya lagi?""Sepertinya begitu, ilmu hitam yang dimiliki Mbah Broto sangat kuat, saya sampai kewalahan dib

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 26

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 26Abdul dan anak-anaknya berlari ke dalam kamar. Di sana Lastri menjerit-jerit dan mengerang kesakitan."Sakit..sakit...tolong sakit," Lastri melolong kesakitan."Bu, ada apa? Ibu kenapa?" Asna memegang tangan Lastri."Tolong Ibu, Asna. Tubuh Ibu sakit sekali, panas, serasa terbakar." Lastri benar-benar sangat menderita."Bagaimana ini?" Abdul mondar-mandir, ia panik melihat keadaan istrinya yang melolong dan merintih kesakitan."Bapak tidak tahu siapa yang bisa dimintai tolong?" Aska menaikkan alisnya, ia hanya mengetes apakah bapaknya masih dalam pengaruh Mbah Broto atau tidak, jika masih dalam pengaruh Dukun itu, pasti Abdul akan segera mendatangi rumah Mbah Broto."Bapak enggak tahu harus minta tolong siapa," jawab Abdul."Bagus." Aska menjentikkan jarinya."Bagus kamu bilang? Lihat keadaan ibumu seperti ini kamu bilang

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 25

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 25"Mungkin benar apa yang Aska katakan jika Mbok Karsiem yang telah bekerjasama dengan Mbah Broto," ucap Asna."Aku yakin banget, Mbak," ujar Aska."Kenapa kamu yakin banget kalau Mbok Karsiem yang bekerjasama dengan Mbah Broto?" Tanya Pakde Darmaji."Ibu, kan sudah pernah cerita sama Bapak jika rahasia penglaris celana dalamnya Mbok Karsiem ketahuan Asna, ditambah Lastri datang melabrak Mbok Karsiem," Bude Parni menepuk keras bahu Pakde Darmaji yang duduk disampingnya."Ibu kan hanya cerita soal penglaris celana dalam, enggak bilang kalau Lastri melabrak Mbok Karsiem," ujar Pakde Darmaji."Eh, iya. Ibu lupa cerita.""Jika memang Mbah Broto bekerjasama dengan Mbok Karsiem, apa sebabnya mereka bekerja sama?" Tanya Pakde Darmaji.Asna dan Aska mengedikan bahu, mereka juga tidak tahu apa yang membuat Dukun dan penjual soto itu bekerjasama. 

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 24

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 24Pakde Darmaji dan Bude Parni datang berboncengan mengendarai motor.Kedua orang itu turun tergesa dari motor, Bude Parni tergopoh-gopoh menghampiri Asna, Pakde Darmaji membuntuti Bude Parni."Ngapain itu anaknya Mbok Karsiem ke sini, Nduk?" Tanya Bude Parni."Bude tahu Murni datang ke sini?" "Tadi di jalan Bude lihat dia keluar dari halaman rumahmu," jelas Bude Parni."Bapakmu di mana, Na?" Tanya Pakde Darmaji."Bapak ada di pangklong, katanya ada orang yang ingin membeli lemari dalam jumlah banyak Pakde," jawab Asna."Syukurlah kalau bapakmu enggak ada di rumah," tukas Pakde Darmaji."Memang ada apa, Pakde?""Ada yang ingin Pakde beritahukan kepada kamu dan juga Aska. Di mana dia?" Tanya Pakde Darmaji."Dia keluar sebentar, Pakde.""Yasudah, kita tunggu saja Aska, Pak,

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 23

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 23Abah Somad memejamkan mata dengan mulut komat-kamit membaca doa, tak lama kemudian keadaan menjadi tenang."Kekuatan mereka cukup kuat, satu dari mereka melakukan pesugihan dan....""Dan apa, Bah?" "Dan penglaris yang dia pakai hanya sebagian kecil dari persekutuannya dengan setan, yang lebih parahnya, pesugihan yang dilakukannya, wanita itu sudah mengorbankan banyak nyawa untuk dijadikan tumbal.""Astagfirullah, saya pikir wanita itu hanya menggunakan penglaris, ternyata sampai sejauh ini.""Ujian hidup memang berat, salah satunya kemiskinan. Bagi mereka yang tidak kuat dengan ujian yang Allah berikan, mereka memilih jalan pintas dengan cara meminta bantuan kepada selain Allah, padahal ada harga mahal yang harus mereka bayar dengan meminta bantuan kepada selain Allah," Abah Somad lalu menghembuskan napas."Apa yang harus saya lakukan, Bah? Ap

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 22

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 22Lastri kejang-kejang, matanya melotot memandang langit-langit. Asna, Aska dan Bude Parni panik melihat keadaan Lastri."Ibu, Ibu kenapa?" Asna berusaha menyadarkan ibunya."Aduh, bagaimana ini," ucap Bude Parni panik."Kenapa dengan Lastri?" Pakde Darmaji datang bersama Pak Rusdi."Enggak tahu, Pakde. Tiba-tiba Ibu kejang-kejang," jawab Aska.Pak Rusdi mendekati Ibu, mulutnya komat-kamit membaca sesuatu."Bisa tolong ambilkan air putih," pinta Pak Rusdi.Aska mengangguk, secepat kilat pemuda itu melesat ke dapur, tak lama kemudian ia sudah kembali dengan membawa segelas air putih di tangannya."Ini, Pak." Aska menyerahkan air itu kepada Pak Rusdi.Pak Rusdi menerima air itu, mulut beliau komat-kamit membaca doa, lalu ditiupnya air itu."Basuhlah wajah ibumu." Pak Rusdi memberikan air itu kepada

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 21

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 21Asna kembali ingin tidur, tubuh dan pikiran Asna sangat lelah. Baru saja gadis itu merebahkan tubuhnya di samping ibunya, ia sudah terlelap.Asna terbangun ketika menyadari ibunya tidak ada di sampingnya. Gadis itu berjingkat keluar dari kamar, ia tidak ingin membangunkan Bude dan adiknya."Ke mana Ibu, ya?" Gumam Asna.Di ruang tengah, Bapak, Pakde Darmaji dan kerabat lainnya yang tidak pulang tertidur pulas."Mungkin Ibu ada di belakang." Asna berjalan ke belakang, di kamar mandi terdengar aktivitas seseorang sedang mandi.'Apa mungkin itu Ibu,' pikir Asna. Asna menunggu di kursi kecil yang berada di dekat kamar mandi, sesekali gadis itu menguap. Cukup lama ibunya di kamar mandi namun tak kunjung keluar.Guyuran air dari dalam kamar mandi masih berlangsung."Ibu tidak kedinginan?" Ucap Asna, ia sedikit berteriak supaya suar

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 20

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 20Air mata mengalir dari kedua netra Asna melihat apa yang dilakukan Ibu dan anak itu. Apa yang dilakukan Mbok Karsiem dan Murni sangat kejam. Mereka berdua sedang memotong-motong kaki dan tangan manusia, sepertinya apa yang mereka potong-potong itu adalah mayat orang yang baru meninggal. Masih banyak darah segar di potongan kaki dan tangan itu.Ubun-ubun Asna serasa di sambar petir, ia teringat akan ibunya yang belum ditemukan di rumah Mbok Karsiem.'Ya Allah, semoga itu bukan ibuku,' ucap Asna dalam hati."Mbak!" Sebuah tepukan dari Aska sontak membuat Asna terperanjat."Ada apa, Ka?" Ucapnya lirih."Ibu enggak ada di ruangan itu," jawabnya pelan.Mendengar ucapan Aska, tubuh Asna lemas seketika, tubuhnya serasa tidak memiliki tulang. Apa yang dilihatnya dan apa yang dikatakan Aska membuat ia berpikiran yang tidak-tidak tentang ibunya.

  • WARUNG SOTO MBOK KARSIEM   bab 19

    WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 19"Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya kamu menampar orang tua!" Bentak Lastri."Tamparan itu memang pantas kamu dapatkan, Bu Lastri," balas Murni."Untung putriku Asna tidak sepertimu yang urakan dan jahat. Pantas saja orang-orang lebih menyukai putriku yang hangat dan bersahabat. Sesangkan kamu Murni, lihat dirimu..." Lastri menghentikan ucapannya, ia memandang Murni remeh.Brak...Murni melempar pecahan botol kaca kepada Lastri.Ibu dari Asna dan Aska itu mengernyit, pecahan botol kaca itu melukai pelipisnya, perih dan sakit ia rasakan, Lastri tidak peduli. Sejak dikurung Mbok Karsiem, ia selalu disiksa dan disakiti. Mungkin saja nasibnya akan berakhir seperti tumpukan mayat yang tinggal kerangkanya saja."Tutup mulutmu, Bu Lastri atau aku akan menghabisimu sekarang juga," ancam Murni."Hahaha, kamu pikir aku takut mati sete

DMCA.com Protection Status