WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 14"Aku akan ke rumah Mbah Broto sekarang." Abdul berdiri, ia hendak pergi ke rumah Mbah Broto."Ini masih jam dua pagi, Dul. Besok saja, lagi pula Asna sudah tidur," larang Pakde Darmaji."Tapi, bagaimana kalau Asna ketempelan lagi, Mas?" Tanya Abdul."Kan ada Pak Rusdi yang bisa membantu," jawab Pakde Darmaji."Aku yakin Mbah Broto bisa mengusir apa yang merasuki tubuh Asna lebih cepat. Maaf, bukannya aku tidak percaya kepada Pak Rusdi. Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam hatiku," tukas Abdul."Terserah kamu saja, Dul," timpal Pakde Darmaji.Tanpa pikir panjang Abdul pergi meninggalkan rumah untuk mendatangi Mbah Broto.Pakde Darmaji hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Abdul tetap pergi ke rumah Mbah Broto."Maaf-kan Adik ipar saya, Pak Rusdi. Entah kenapa dia begitu percaya kepada Dukun yang jelas-jelas itu m
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 15Gegas Abdul membuka pintu dapur, ia masuk ke dalam dapur, lalu menutup dan menguncinya. Napas Abdul memburu."Kenapa tadi aku mendengar suara Lastri, tapi kan Lastri sudah tiada, apa karena takut, aku sampai berhalusinasi mendengar suara Lastri," ucap Abdul terengah-engah.Abdul kembali ke tempat ia tidur tadi. Sudah berkali-kali ia datang ke rumah Mbah Broto, namun tidak menyeramkan seperti sebelum-sebelumnya. Baru kali ini juga ia ldatang ke rumah Mbah Broto tengah malam.Tenggorokan Abdul terasa kering, ia celingukan, di sudut ruang tamu ada sebuah ceret dari tanah liat yang diletakkan di atas nakas.Abdul mengambil ceret yang berada di atas nakas, ia meneguk air dari dalam ceret langsung. "Huek..huek..huek." Abdul memuntahkan kembali air itu. Rasa airnya wangi bercampur bau anyir darah dan juga terasa ada benda lain bergerak-gerak yang ikut masuk ke dal
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 16"Kenapa, Mbok?" Abdul agak takut melihat senyum Mbok Karsiem."Bukan apa-apa, Dul. Semoga Asna cepat sembuh dan kalian semua dikuatkan atas kematian Lastri." Mbok Karsiem berdiri, "Aku pamit, Dul. Mau ke pasar dulu ini." "Iya, Mbok terima kasih sudah datang ke sini.""Sama-sama, Dul." Abdul mengantarkan kepergian Mbok Karsiem sampai di teras. Setelah Mbok Karsiem tidak terlihat, Abdul mengambil bawaan Mbok Karsiem dan membawanya ke belakang."Apa itu, Pak?" Tanya Asna, ditangan gadis itu terdapat foto Lastri, mata Asna sembap menangisi kematian Lastri.Abdul mengedikkan bahu, ia menoleh kepada Asna. Putri sulungnya itu terlihat sangat terpukul dengan berita kematian Lastri, yang sebenarnya masih hidup.Abdul tak tega melihatnya."Asna, kamu tidak perlu menangisi ibumu. Yang sebenarnya ibumu itu masih hidup." Abdul menepuk bahu As
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 17"Jangan kamu pikir aku tidak mengetahui apa yang kamu katakan." Mbah Broto menatap Asna tajam, ia sangat marah."Putrimu sudah menghinaku, Dul. Dia mengatakan aku Dukun gil*. Di sini aku membantu keluargamu supaya lepas dari gangguan jin jahat itu tapi tidak dihargai," mata Dukun itu memerah, penuh dengan amarah."Aku pulang saja," ucap Mbah Broto lagi."Maafkan Asna, Mbah. Tolong selesaikan semuanya." Abdul menangkupkan tangan, memohon kepada Mbah Broto.Mbah Broto mendengkus kesal, "Suruh putrimu itu jaga mulut.""Baik, Mbah. Saya akan kasih tahu Asna, kalau.perlu saya marahi dia juga," ucap Abdul.Abdul berjalan mendekati Asna, Aska dan Bude Parni."Jaga bicaramu, Na. Mbah Broto punya banyak perewangan yang mengawasi kita semua," Abdul menunjuk Asna."Tapi, Pak,""Sudah diam!" Ben
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 18"Astagfirullah, ini kaki manusia, Mbak.""Ya Allah, Ka. Ada di mana Ibu sekarang?" Ucap Asna dengan suara bergetar."Kita harus cari Ibu secepatnya."Mereka tidak menyangka selain memakai celana dalam sebagai penglaris, ternyata Mbok Karsiem juga psikopat.Asna dan Aska masuk ke ruangan sebelah, di sini terdapat sedikit pencahayaan dari sorot lampu dari kamar sebelah."Ka, coba kita lihat kamar itu!" Tunjuk Asna pada satu kamar.Aska mengangguk, mereka berdua mendekati kamar itu. Kakak beradik itu tidak terlalu khawatir karena sepertinya tidak ada Murni di rumah, sedangkan Mbok Karsiem berada di warung. Tidak mungkin wanita itu akan ke rumah selagi banyak pembeli."Di kunci, Mbak.""Ee..ee..ee."...brak..brak..brak, terdengar suara orang orang dan benda yang dilempar-lempar."Ada suara orang, Ka. Kamu dengar tida
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 19"Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya kamu menampar orang tua!" Bentak Lastri."Tamparan itu memang pantas kamu dapatkan, Bu Lastri," balas Murni."Untung putriku Asna tidak sepertimu yang urakan dan jahat. Pantas saja orang-orang lebih menyukai putriku yang hangat dan bersahabat. Sesangkan kamu Murni, lihat dirimu..." Lastri menghentikan ucapannya, ia memandang Murni remeh.Brak...Murni melempar pecahan botol kaca kepada Lastri.Ibu dari Asna dan Aska itu mengernyit, pecahan botol kaca itu melukai pelipisnya, perih dan sakit ia rasakan, Lastri tidak peduli. Sejak dikurung Mbok Karsiem, ia selalu disiksa dan disakiti. Mungkin saja nasibnya akan berakhir seperti tumpukan mayat yang tinggal kerangkanya saja."Tutup mulutmu, Bu Lastri atau aku akan menghabisimu sekarang juga," ancam Murni."Hahaha, kamu pikir aku takut mati sete
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 20Air mata mengalir dari kedua netra Asna melihat apa yang dilakukan Ibu dan anak itu. Apa yang dilakukan Mbok Karsiem dan Murni sangat kejam. Mereka berdua sedang memotong-motong kaki dan tangan manusia, sepertinya apa yang mereka potong-potong itu adalah mayat orang yang baru meninggal. Masih banyak darah segar di potongan kaki dan tangan itu.Ubun-ubun Asna serasa di sambar petir, ia teringat akan ibunya yang belum ditemukan di rumah Mbok Karsiem.'Ya Allah, semoga itu bukan ibuku,' ucap Asna dalam hati."Mbak!" Sebuah tepukan dari Aska sontak membuat Asna terperanjat."Ada apa, Ka?" Ucapnya lirih."Ibu enggak ada di ruangan itu," jawabnya pelan.Mendengar ucapan Aska, tubuh Asna lemas seketika, tubuhnya serasa tidak memiliki tulang. Apa yang dilihatnya dan apa yang dikatakan Aska membuat ia berpikiran yang tidak-tidak tentang ibunya.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 21Asna kembali ingin tidur, tubuh dan pikiran Asna sangat lelah. Baru saja gadis itu merebahkan tubuhnya di samping ibunya, ia sudah terlelap.Asna terbangun ketika menyadari ibunya tidak ada di sampingnya. Gadis itu berjingkat keluar dari kamar, ia tidak ingin membangunkan Bude dan adiknya."Ke mana Ibu, ya?" Gumam Asna.Di ruang tengah, Bapak, Pakde Darmaji dan kerabat lainnya yang tidak pulang tertidur pulas."Mungkin Ibu ada di belakang." Asna berjalan ke belakang, di kamar mandi terdengar aktivitas seseorang sedang mandi.'Apa mungkin itu Ibu,' pikir Asna. Asna menunggu di kursi kecil yang berada di dekat kamar mandi, sesekali gadis itu menguap. Cukup lama ibunya di kamar mandi namun tak kunjung keluar.Guyuran air dari dalam kamar mandi masih berlangsung."Ibu tidak kedinginan?" Ucap Asna, ia sedikit berteriak supaya suar