WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 9Lastri sedikit memejamkan mata, sensasi perih akibat darah yang mengucur karena pisau yang menancap di kakinya."Bisa apa kamu sekarang Lastri?""Jangan ganggu aku dan keluargaku, Mbok," Lastri merintih kesakitan, ia terduduk, tidak kuat berjalan dengan pisau menancap di kakinya."Hahaha, terserah padaku, jangan khawatir, Lastri. Aku tidak akan menghabisimu begitu saja, aku akan menghabisimu pelan-pelan." Mbok Karsiem tertawa penuh kemenangan."Tolong...tolong..tolong," teriak Lastri."Berteriaklah sekerasnya, tidak akan ada yang mendengarmu." Mbok Karsiem berjalan mendekati Lastri.Lastri beringsut mundur dengan cara menyeret tubuhhnya, ia masih berteriak minta tolong, namun tak ada satu pun orang yang datang menolongnya.Mbok Karsiem semakin dekat, ia lalu berjongkok, "Kasihan sekali kamu, Lastri.""Aa," j
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 10"Apa maksudmu dengan Mbok Karsiem?" Bapak mengerutkan kening, ia tidak mengerti dengan maksud Asna.Aku mengetik di ponsel dan menunjukkan kepada Bapak,IBU MENGHILANG MUNGKIN ULAH MBOK KARSIEM. "Apa mungkin? Bapak enggak mau seperti ibumu, menuduh tanpa bukti," tukas Bapak.Aku menjatuhkan bobot tubuhku ke kursi, apa yang Bapak katakan ada benarnya, jika menuduh Mbok Karsiem tanpa bukti lagi, bisa-bisa orang-orang membenci kami. Waktu itu aku jelas-jelas melihat dalam kuah soto Mbok Karsiem terdapat celana dalam, tapi ketika Ibu datang melabrak Mbok Karsiem, apa yang Ibu tuduhkan tidak terbukti, malah Ibu yang dituduh memfitnah Mbok Karsiem.Aku menyesali perbuatanku yang seenaknya dengan membuka tutup panci Mbok Karsiem, semua rangkaian kejadian buruk yang terjadi beberapa hari ini, itu pasti ulah Mbok Karsiem, sampai aku tidak bisa berbicara.Sampai esok
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 11Senyuman Mbok Karsiem terlihat menakutkan untukkku, entah kenapa aku merasa dia datang untuk mengejek, bukan untuk bersimpati atas menghilangnya Ibu.Bu Rita, tetangga depan rumahku membawa bungkusan, "Asna, kamu sudah makan belum?" Tanya Bu Rita.Aku menggeleng, bagaimana mungkin aku bisa makan, sedangkan ibuku menghilang semalaman dan belum ditemukan sampai sekarang."Saya bawakan makanan untuk kamu, Pak Abdul dan juga Aska. Maaf ya, Asna saya baru tahu jika ibumu menghilang," ucap Bu Rita."Bu Rita kapan pulangnya?" Tanya Bu Lina."Subuh tadi, Bu. Tadi pagi pas saya belanja sayur, saya dikejutkan dengan berita menghilangnya Bu Lastri. Kamu yang sabar ya, Asna. Mudah-mudahan ibumu segera ditemukan." Bu Rita menepuk pundakku.'Semoga saja, Bu.'"Saya ambilkan makan untukmu dulu, ya." Bu Rita masuk ke dalam rumah, ia memang sudah terbiasa
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 12Tubuh kurus Pak Rangsu dicambuk oleh perajurit itu, kasihan sekali dia, punggungnya penuh dengan bekas cambukan, bahkan sampai berdarah. Apa yang telah Pak Rangsu lakukan sampai di siksa seperti itu?Aku mendekati perajurit yang memukul Pak Rangsu."Hentikan, jangan sakiti dia!" Teriakku.Perajurit itu menoleh, ia menatapku datar, lalu kembali mencambuk tubuh Pak Rangsu, ia tidak peduli dengan teriakanku."Hei, hentikan, dia kesakitan," teriakku lagi.Perajurit itu tidak peduli dengan teriakanku, ia terus saja mencambuk Pak Rangsu.Aku menjadi jengkel kepada perajurit itu.Aku berusaha merebut cambuk itu darinya, supaya ia tidak mencambuk Pak Rangsu lagi, namun kekuatanku tidak seberapa dibandingkan perajurit itu. Ia mendorongku hingga aku jatuh tersungkur. Aku lihat Pak Rangsu menatapku, dari pancaran matanya ia sangat mende
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 13Lampu kembali menyala, aku sangat terkejut, Aska yang kupegangi berganti menjadi sosok pocong yang berada di atas tembok penyekat kamar mandi dan toilet.Pocong dengan banyak darah di wajahnya itu menyeringai, menunjukkan giginya yang hitam dan bau. Aku menjerit, namun tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Gegas aku melepaskam pegangan pada sosok pocong itu. Aku berlari, namun kakiku tersandung sesuatu hingga aku jatuh tersungkur.Kaki terasa kram dan tidak bisa digerakkan. Pocong itu melompat-lompat mendekatiku.Aku memejamkan mata ketika pocong semakin mendekatiku, tiba-tiba saja aku merasa ada yang masuk ke dalam tubuh.Entah kenapa aku bisa berdiri, namun bukannya berjalan, aku malah melompat-lompat, kedua tanganku juga aku lipat ke atas dada. Tubuhku seperti ada yang mengendalikan, aku terus saja melompat-lompat tidak jelas.
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 14"Aku akan ke rumah Mbah Broto sekarang." Abdul berdiri, ia hendak pergi ke rumah Mbah Broto."Ini masih jam dua pagi, Dul. Besok saja, lagi pula Asna sudah tidur," larang Pakde Darmaji."Tapi, bagaimana kalau Asna ketempelan lagi, Mas?" Tanya Abdul."Kan ada Pak Rusdi yang bisa membantu," jawab Pakde Darmaji."Aku yakin Mbah Broto bisa mengusir apa yang merasuki tubuh Asna lebih cepat. Maaf, bukannya aku tidak percaya kepada Pak Rusdi. Aku hanya mengatakan apa yang ada di dalam hatiku," tukas Abdul."Terserah kamu saja, Dul," timpal Pakde Darmaji.Tanpa pikir panjang Abdul pergi meninggalkan rumah untuk mendatangi Mbah Broto.Pakde Darmaji hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Abdul tetap pergi ke rumah Mbah Broto."Maaf-kan Adik ipar saya, Pak Rusdi. Entah kenapa dia begitu percaya kepada Dukun yang jelas-jelas itu m
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 15Gegas Abdul membuka pintu dapur, ia masuk ke dalam dapur, lalu menutup dan menguncinya. Napas Abdul memburu."Kenapa tadi aku mendengar suara Lastri, tapi kan Lastri sudah tiada, apa karena takut, aku sampai berhalusinasi mendengar suara Lastri," ucap Abdul terengah-engah.Abdul kembali ke tempat ia tidur tadi. Sudah berkali-kali ia datang ke rumah Mbah Broto, namun tidak menyeramkan seperti sebelum-sebelumnya. Baru kali ini juga ia ldatang ke rumah Mbah Broto tengah malam.Tenggorokan Abdul terasa kering, ia celingukan, di sudut ruang tamu ada sebuah ceret dari tanah liat yang diletakkan di atas nakas.Abdul mengambil ceret yang berada di atas nakas, ia meneguk air dari dalam ceret langsung. "Huek..huek..huek." Abdul memuntahkan kembali air itu. Rasa airnya wangi bercampur bau anyir darah dan juga terasa ada benda lain bergerak-gerak yang ikut masuk ke dal
WARUNG SOTO MBOK KARSIEM 16"Kenapa, Mbok?" Abdul agak takut melihat senyum Mbok Karsiem."Bukan apa-apa, Dul. Semoga Asna cepat sembuh dan kalian semua dikuatkan atas kematian Lastri." Mbok Karsiem berdiri, "Aku pamit, Dul. Mau ke pasar dulu ini." "Iya, Mbok terima kasih sudah datang ke sini.""Sama-sama, Dul." Abdul mengantarkan kepergian Mbok Karsiem sampai di teras. Setelah Mbok Karsiem tidak terlihat, Abdul mengambil bawaan Mbok Karsiem dan membawanya ke belakang."Apa itu, Pak?" Tanya Asna, ditangan gadis itu terdapat foto Lastri, mata Asna sembap menangisi kematian Lastri.Abdul mengedikkan bahu, ia menoleh kepada Asna. Putri sulungnya itu terlihat sangat terpukul dengan berita kematian Lastri, yang sebenarnya masih hidup.Abdul tak tega melihatnya."Asna, kamu tidak perlu menangisi ibumu. Yang sebenarnya ibumu itu masih hidup." Abdul menepuk bahu As