Share

WARISAN LUKA DARI BAPAK
WARISAN LUKA DARI BAPAK
Author: lasminuryani92

Chapter 1

last update Last Updated: 2024-08-22 10:10:38

[Hallo, apakah saya bisa bicara dengan Ibu Kumari?]

[Ya, saya sendiri.]

[Maaf, Ibu Kumari. Suami Anda mengalami kecelakaan. Beliau bersama seorang wanita hamil. Sekarang keduanya berada di rumah sakit Mayapada. Keadaannya kritis, jadi saya harap ada wali pasien yang bisa segera datang.]

[Ya.] Kumari merasa gugup. Ia sedikit bingung mendengar kabar itu. Lalu, melihat perutnya yang membuncit besar. "Siapa yang dimaksud wanita hamil itu?" gumamnya, karena wanita itu tidak mungkin dirinya.

[Bagaimana Ibu?]

[Ya. Ya, Pak. Saya akan segera datang.] Kumari segera mengambil tas selempeng kecil miliknya. Ia bergegas mengunci pintu dan berusaha menepis pikiran-pikiran buruk tentang kabar mengejutkan yang baru saja di dengarnya. Dalam hati Kumari saat ini, ia hanya ingin segera melihat keadaan suaminya yang 2 hari yang lalu izin untuk mengirimkan ayam ke luar kota.

Kumari sedikit kesulitan saat ia harus berdesakan dengan penumpang angkutan kota lainnya. Perutnya yang sudah besar menyulitkannya untuk duduk dengan nyaman. Belum lagi, tiba-tiba perutnya terasa tegang, mungkin karena perasaannya yang sedang gelisah, janinnya pun merasakan hal yang sama. Kumari hanya mengelusnya sesekali untuk menenangkan.

"Ibu Kumari?" Seorang pria menghampiri. "Mari ikut saya, Bu." Ajaknya pada Kumari saat ia bertanya pada suster penjaga di sana.

"Siapa, Anda?"

"Saya yang menghubungi Anda sebelumnya. Saya adalah saksi yang melihat kecelakaan tunggal yang terjadi pada Pak Jaka dan membawanya kemari," Jelasnya cepat.

"Apakah benar suami saya bersama seorang wanita hamil?" tanya Kumari ragu saat ia berjalan gamang mengikuti pria itu.

"Benar, Bu."

"Di mana dia?" tanyanya lagi sembari menarik lengan pria itu.

"Wanita itu langsung mendapat tindakan operasi secar dari pihak dokter, Bu," jelas pria itu lagi. Kumari melirik pada seorang pasien yang tengah di dorong oleh dua perawat. Seorang wanita yang sempat ia lihat dulu saat awal-awal menjadi istri dari suaminya sekarang.

"Itu, wanitanya, Bu," ujar pria itu yang juga ikut melirik. Kaki Kumari melangkah mengikuti ranjang dorong yang mengantarkan wanita itu. Kondisinya yang buruk akan segera dipindahkan pada ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan lanjutan.

Kumari setengah berlari untuk mengejarnya. Menatap wanita itu dengan seksama, seorang wanita yang tengah terbaring pucat dengan mata terpejam. Tidak salah, dialah potret wanita yang pernah dilihatnya waktu itu.

"Foto siapa ini, Mas?" Kumari yang baru saja pindah ke rumah kecilnya bersama sang suami menemukan sebuah foto di dalam tas suaminya. "Apakah kamu masih menyimpan foto wanita lain padahal sudah menikah denganku?" Ia melihat jelas tanda love pada foto itu. Seorang wanita dengan rambut yang tergerai indah, cantik dan manis.

"Maaf, Sayang. Mas lupa membuangnya." Jaka langsung mengambil foto itu dan meremasnya. Membuang foto itu ke tempat sampah.

"Mbak Kumari." Tiba-tiba wanita itu membuka matanya. Kumari terperajat saat namanya dipanggil lirih. "Maafkan aku, Mbak." Kumari masih diam membisu, ia sulit menerima keadaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, kalau suaminya masih menyimpan wanita itu tidak hanya potretnya, akan tetapi orangnya langsung.

"Mbak, aku titip putriku," lirihnya lagi. Dan Kaki Kumari terhenti di depan ruangan. Wanita itu menatap sayu pada Kumari yang hanya berdiri membeku.

"Keluarga Pak Jaka?" Seorang suster memanggil.

"Ya." Pria itu menyahut, lalu datang menghampiri Kumari. "Ayo, Bu."

Kumari yang masih belum bisa menerima itu semua hanya seperti patung yang menurut, ia ikut saja saat pria itu membawanya ke ruangan Jaka, tempat suaminya mendapat tindakan.

"Ini istrinya, Sus," ujar pria itu menyodorkan Kumari.

"Ibu, Pak Jaka harus segera di operasi untuk menghentikkan luka dalam yang di alaminya karena benturan. Silahkan untuk menandatangani ini!"

Kumari menerima lembara surat itu. Huruf-hurufnya terlihat pudar di pandangan matanya. Tapi, Kumari masih bisa melihat kalau itu adalah surat persetujuan tindakan terhadap pasien dan tidak ada tuntutan terhadap pihak Rumah Sakit, jika hal buruk terjadi.

"Di sini, Bu." Tunjuk Suster itu. Kumari bergetar saat membubuhkan tanda tangannya di sana. Suster itu langsung pergi membawa kertas yang sudah ditandatangani. Dan kumari hanya berdiri membeku.

"Mari, duduk, Bu." Ajak pria asing itu.

"Bu?"

"Argh!" Kumari melenguh kesakitan. Perut bawahnya terasa kencang. Janin di dalam perutnya seperti berontak ingin keluar.

"Bu. Apakah ibu ingin melahirkan? Tolong!" teriak pria itu saat tangan Kumari mencengkram erat bajunya. Beberapa perawat segera datang membantu. Kumari merasa lendir pecah dari jalan lahirnya dan berserakan di lantai. Ia segera di bawa ke ruangan bersalin oleh tenaga medis dan mendapatkan pertolongan.

"Dorong, Bu. Dorong! Bayi ibu hampir keluar," ucap satu perawat yang menolongnya melahirkan.

"Ayo, Bu. Dorong perlahan!" Ucapan-ucapan itu terasa gamang di telinga Kumari. Pikirannya penuh dengan bayangan suaminya dan wanita itu. Wanita yang mungkin telah melahirkan seorang anak dari perselingkuhan mereka.

"Bu, Ibu. Sadarlah!" Seorang suster menguncangkan tubuh Kumari yang tidak sadarkan diri. Wanita itu hanya mendengar samar beberapa perawat yang sedang sibuk menyelamatkan dirinya dan bayinya. Lalu, semuanya terasa kosong.

**

Kumari membuka matanya, melihat langit-langit rumah sakit yang terasa dekat. Ia melirik pada pintu yang berbunyi, seorang suster tersenyum menyambut kesadarannya.

"Bagaimana keadaannya, Bu?" tanyanya ramah.

"Sudah lebih baik, Sus. Di mana anak saya?"

"Ia masih di ruangan bayi, Bu."

"Bolehkah saya melihatnya?"

"Tentu saja, jika ibu sudah bisa turun dari ranjang."

"Bisa, Sus." Kumari menguatkan dirinya. Ia ingin segera melihat bayi yang dilahirkannya itu. Suster tersebut membawakan kursi roda. Perlahan Kumari bangun dan turun dari ranjangnya. Entah berapa lama dia tertidur, tapi tubuhnya masih terasa remuk.

"Suami ibu pun sudah sadarkan diri, beliau ada di ruangan itu," tunjuknya ke ruangan sebelah, tidak jauh dari tempatnya di rawat.

"Benarkah?" pertanyaannya semu, antara bahagia dan tidak.

"Mari saya antar." Suster itu mengantar Kumari ke ruangan sebelah khusus untuk pasien pria.

"Bagaimana keadaan Diana, dok?" Kumari mendengar suara suaminya berbicara dengan seorang dokter yang tengah memeriksa.

"Maaf, Pak. Ibu Diana tidak bisa kami selamatkan. Ia mengalami pendaharan pasca melahirkan."

"Bayinya?"

"Dia selamat. Bayinya seorang perempuan."

"Syukurlah, dok. Setidaknya Diana masih meninggalkan putri kami."

Sebuah belati terasa melesat dan menghujam tepat di hati Kumari. Ia yang tengah masuk ke dalam ruangan itu menjegalkan tangannya di pintu.

"Saya ingin melihat putri saya terlebih dahulu, Sus." Kumari menoleh pada suster yang mendorongnya. Suster itu hanya tersenyum menanggapi. Lalu, berbelok kembali menuju ruangan bayi.

"Di sana bayi Anda, Bu." Suster itu menujuk pada deretan boks di hadapan mereka. "Saya tinggal sebentar, ya."

Kumari mengangguk saat suster itu meninggalkannya. Ia mengelindingkan kursi rodanya dan masuk ke dalam sebuah ruangan bayi, di dalam terdapat beberapa bayi yang baru saja lahir. Ia pun bisa melihat nama bayinya yang tertera dalam boks maupun gelang kaki. Di samping bayinya, seorang bayi perempuan tengah menangis, ia terlihat lapar dan gelisah. Wajah mereka hampir sama, Kumari bisa melihat garis wajah suaminya di beberapa bagian wajah bayinya maupun bayi itu_ bayi nyonya Diana. Jelas terlihat kalau darah Jaka mengalir di keduanya.

Kumari melihat bayinya dengan senyum yang berurai air mata. Ia mengelusnya dengan luka. Menciumnya dengan putus asa.

Anak pertama yang ditanyakan suaminya bukan putri yang ia lahirkan, tapi putri dari Diana. Wanita selingkuhannya.

"Ayahmu mungkin akan lebih mencintainya, Nak. Kamu akan mendapatkan luka ini sama seperti ibu. Ayahmu lebih memilih wanita itu dan bayinya dari pada kita."

"Tidak! Ibu tidak akan membiarkan itu, Sayang. Kamu akan mendapatkan cinta ayahmu seutuhnya." Kumari menggenggam lengan kecil itu. "Ibu melakukannya untukmu." Wanita itu menciumnya perlahan, lalu melepas gelang di kaki putrinya.

"Tidak ada pengkhiatan yang berakhir bahagia. Kalian harus menuai apa yang telah ditanam!" Mata Kumari memerah, detak kebencian dan dendam mengalirkan darah ke seluruh tubuhnya.

Bersambung ....

Related chapters

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 2

    "Ibu, aku akan ikut ibu!" Seorang gadis tomboy menguraikan rambutnya untuk pertama kali. Mengenakan dress pendek di atas lutut. Kakinya yang jenjang terlihat mulus. Meskipun, ia kurang nyaman dengan penampilan itu, tapi ia coba untuk bisa mendapatkan hati ibunya. Seorang ibu yang telah begitu lama meninggalkannya. Membiarkan ia tumbuh bersama seorang ayah yang hanya seorang penjual ayam."Apa yang sedang kamu lakukan dengan pakaian itu, Kemala! Cepat, pergi dari sini!""Enggak. Aku ingin ikut ibu. Aku bisa seperti Mbak Nadine, jika itu bisa membuat ibu menyayangiku."Kumari menarik gadis itu dengan kasar, menyembunyikannya di balik dinding. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kemala. Tinggallah bersama bapakmu dan jadi anak baik untuknya. Kenapa kamu malah datang ke sini dengan pakaian seperti itu?""Bukankah ini yang ibu suka dari Mbak Nadine? Dan aku bisa melakukannya lebih baik dari dia, Bu!" Plak! Satu tamparan mendarat di pipi gadis itu. "Pulang lah, Kemala! Belajar dengan baik dan

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 3

    "Mau Kemana lagi kamu, Kemala?" Jaka tengah menghidangkan makanan sederhana untuk sarapan mereka pagi ini. Nasi goreng dengan ceplok telur yang tidak terlalu kering maupun basah, kesukaan putrinya."Ke apartemen ibu." Kemala menarik koper kecil berisi pakaian gantinya untuk beberapa hari ke depan. Setelah bergelut dengan pikirannya malam tadi, gadis itu memutuskan untuk bisa tinggal bersama ibunya meski dianggap parasit. Tiga belas tahun lamanya, saat ibunya meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa kakaknya, Nadine. Kemala tidak pernah lagi mendapat sentuhan lembut tangan wanita itu, apalagi sebuah pelukan. Dia meninggalkannya begitu saja di rumah ini, meski Kemala merengek meminta untuk ikut, tapi itu tidak membuat Kumari menengokkan kepalanya lagi ke belakang."Hentikan!" Jaka datang dengan cepat dan menarik koper yang dipegang Kemala. "Masuk kamarmu dan jangan coba-coba kabur!""Aku anak ibu, Pak. Berhak untuk tinggal bersamanya, menikmati semua yang dimilikinya. Kenapa hanya Mb

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 4

    Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi. "Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga._______Brugh! Dug! Dug! Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang te

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 6

    Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya."Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam."Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala."Nak. Bapak akan ceritakan nanti.""Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?""Kemala, dengar bapak dulu!""Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja."Kemala! Dengar dulu, Nak!"Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berl

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 6

    Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya."Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam."Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala."Nak. Bapak akan ceritakan nanti.""Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?""Kemala, dengar bapak dulu!""Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja."Kemala! Dengar dulu, Nak!"Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berl

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 4

    Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi. "Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga._______Brugh! Dug! Dug! Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang te

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 3

    "Mau Kemana lagi kamu, Kemala?" Jaka tengah menghidangkan makanan sederhana untuk sarapan mereka pagi ini. Nasi goreng dengan ceplok telur yang tidak terlalu kering maupun basah, kesukaan putrinya."Ke apartemen ibu." Kemala menarik koper kecil berisi pakaian gantinya untuk beberapa hari ke depan. Setelah bergelut dengan pikirannya malam tadi, gadis itu memutuskan untuk bisa tinggal bersama ibunya meski dianggap parasit. Tiga belas tahun lamanya, saat ibunya meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa kakaknya, Nadine. Kemala tidak pernah lagi mendapat sentuhan lembut tangan wanita itu, apalagi sebuah pelukan. Dia meninggalkannya begitu saja di rumah ini, meski Kemala merengek meminta untuk ikut, tapi itu tidak membuat Kumari menengokkan kepalanya lagi ke belakang."Hentikan!" Jaka datang dengan cepat dan menarik koper yang dipegang Kemala. "Masuk kamarmu dan jangan coba-coba kabur!""Aku anak ibu, Pak. Berhak untuk tinggal bersamanya, menikmati semua yang dimilikinya. Kenapa hanya Mb

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 2

    "Ibu, aku akan ikut ibu!" Seorang gadis tomboy menguraikan rambutnya untuk pertama kali. Mengenakan dress pendek di atas lutut. Kakinya yang jenjang terlihat mulus. Meskipun, ia kurang nyaman dengan penampilan itu, tapi ia coba untuk bisa mendapatkan hati ibunya. Seorang ibu yang telah begitu lama meninggalkannya. Membiarkan ia tumbuh bersama seorang ayah yang hanya seorang penjual ayam."Apa yang sedang kamu lakukan dengan pakaian itu, Kemala! Cepat, pergi dari sini!""Enggak. Aku ingin ikut ibu. Aku bisa seperti Mbak Nadine, jika itu bisa membuat ibu menyayangiku."Kumari menarik gadis itu dengan kasar, menyembunyikannya di balik dinding. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kemala. Tinggallah bersama bapakmu dan jadi anak baik untuknya. Kenapa kamu malah datang ke sini dengan pakaian seperti itu?""Bukankah ini yang ibu suka dari Mbak Nadine? Dan aku bisa melakukannya lebih baik dari dia, Bu!" Plak! Satu tamparan mendarat di pipi gadis itu. "Pulang lah, Kemala! Belajar dengan baik dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status