Share

Chapter 6

last update Last Updated: 2025-01-13 18:09:15

Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya.

"Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.

Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam.

"Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala.

"Nak. Bapak akan ceritakan nanti."

"Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?"

"Kemala, dengar bapak dulu!"

"Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja.

"Kemala! Dengar dulu, Nak!"

Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berlari cepat keluar, menghidupkan motor milik bapaknya. Memaut gas dengan kencang.

"Kemala!" Pak Jaka mengejar. Sayang, hanya asap mengepul itu yang tersisa dan menambah sesak di dada.

"Kemala," panggilnya lagi lebih lirih. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak, kepalanya menjadi berat dan sakit, tatapannya berubah sangat buram. Kemarahan yang membawa Kemala pergi membuatnya sangat khawatir dan takut, hanya gadis itu satu-satunya teman hidup. Brugh! Tubuh bapak terjatuh dengan sendirinya.

"Kemala, kembali lah, Nak!"

_____

"Bagaimana mungkin! Bagimana mungkin aku bukan anak ibu?"

Kemala menggelengkan kepalanya berkali-kali. Air matanya beterbangan tersapu angin. Ia sungguh tidak pernah menduga kalau dia dan Nadine tidak lahir dari rahim yang sama. Kemala mengecap perih kehidupannya. Ia benar-benar kalut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Gadis itu limpung, bingung kemana harus pergi. Ia hanya membawa tubuhnya ke sembarang arah, berharap angin bisa membawa lepas lukanya yang perih.

"Ibu, aku ingin ibu." Bibir Kemala bergetar. Kehilangan kasih sayang ibunya sejak kecil, membuat gadis itu merasakan kehampaan dan kehidupan yang pincang.

Kemala menyeka air matanya yang terus berjatuhan saat ponsel yang ia bawa di dalam saku, tiba-tiba bergetar. Berkali-kali hingga membuat gadis itu sejenak menepi.

"Mang Dayat? Ada apa?" gumamnya saat melihat nama kontak di layar ponselnya. Mang Dayat adalah tetangga paling dekat dengan rumahnya.

[Neng, Neng Kemala!]

[Iya, Mang. Ada apa?]

[Bapak Neng. Pak Jaka jatuh di depan rumah. Sekarang saya sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.]

[Apa?]

[Cepat susul kami ya, Neng.]

[Iya, iya, pak.]

Kemala tidak berpikir panjang, menyeka habis air mata yang meluruhkan kesedihan. Gadis itu segera memutar balik motor bututnya dan memaut gas lebih kencang dari sebelumnya. Suaranya yang bising bahkan mendapat ejekan dari pengendara lain. Tapi, Kemala tidak peduli. Baginya keselamatan bapaknya adalah yang utama. Dia harus memastikan kalau bapaknya bisa mendapatkan perawatan medis dan sembuh kembali.

"Di mana bapak, Mang?"

"Masih di dalam, Neng."

Kemala mengatur napasnya yang ngos-ngosan, ia benar-benar datang cepat.

"Bagaimana keadaannya tadi, Mang?"

"Bapak tidak sadarkan diri, Neng."

"Apa?" Kemala semakin syok saat mendengar kabar itu. Padahal, sebelum ia pergi pria itu masih baik-baik saja. "Apa mungkin bapak sakit gara-gara aku mempertanyakan tentang ibu?" Kemala berpikir keras. Rupanya memberontakan itu hanya membuat bapaknya jatuh sakit.

"Arrgh! Aku terlalu ceroboh!" Kemala menyalahkan dirinya sendiri. Meremas rambutnya dan duduk di kursi. Ia menyesal karena bersikap seperti itu. "Kalau ada apa-apa dengan bapak, ini semua salahmu, Kemala!" Gadis itu terus saja menyalahkan dirinya.

"Aku tidak peduli! Aku tidak peduli lagi! Siapa pun ibuku, tolong selamatkan bapak, Tuhan. Maafkan aku," lirihnya mengiba. Dalam hatinya ia tidak ingin mempertanyakan hal itu lagi. Hidup bersama kasih sayang bapaknya sudah jauh lebih dari cukup untuknya sekarang.

"Keluarga Pak Jaka?" panggil seorang Suster.

"Iya, Sus. Saya putrinya." Kemala langsung bangkit berdiri.

"Maaf, Mbak. Pak Jaka mengalami pecah pembuluh darah karena tekanan darah tinggi yang naik secara drastis ke otaknya. Kami harus segera mengambil tindakan untuk itu. Namun, biayanya cukup lumayan. Anda harus membayar 7 juta untuk di muka."

"Tujuh juta?" tanya Kemala gugup. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu?

"Benar, Mbak. Kami tunggu pembayarannya sampai malam."

Kemala semakin pusing, uang sebesar itu dengan waktu yang teramat singkat, pada siapa dia bisa meminjamnya?

"I-ya, Suster. Lakukan saja yang terbaik untuk bapak saya. Saya akan segera datang dan membawa uangnya."

Kemala melihat Pak Dayat yang melongo. Ia pun sama-sama bingung memikirkan itu. Uang sejumlah itu bagi mereka sangatlah besar.

"Bagaimana ini, Neng?" tanya Pak Dayat.

"Titip bapak sebentar ya, Mang." Kemala berucap lesu sembari meninggalkan lelaki itu. Ia berjalan limpung, entah kemana harus meminjam uang. Dalam benaknya saat ini hanya wajah ibunya yang terbayang.

"Mungkin ibu atau Mbak Nadine bisa membantu?" ucap Kemala. Ia menyingkirkan tentang perasaannya. Terutama kejelasan statusnya itu. Bagi dia dua wanita itu adalah tetap keluarganya.

Gadis itu kembali melajukan motornya, ia datang ke apartemen tempat Kumari dan Nadine tinggal. Naik ke lantai 3 dan mengetuk pintu kamar itu. Berkali-kali tanpa jeda, namun yang membuka pintu adalah kakaknya.

"Kemala? Apa yang sedang kamu lakukan di sini?"

"Aku ingin menemui ibu, Mbak."

"Ibu sedang tidak ada di rumah. Pergi, entah kemana. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi."

"Benarkah? Kalau begitu aku ingin berbicara dengan Mbak Nadine saja." Wanita itu terlihat bingung, namun ia tetap menerima adiknya untuk masuk ke dalam.

"Ada apa?"

"Bapak sakit, Mbak. Pembuluh darahnya pecah. Beliau membutuhkan tindakan medis sekarang. Tapi, pihak rumah sakit meminta uang pembayarannya di muka sebesar 7 juta."

"Sebesar itu?"

Kemala mengangguk. "Apa Mbak Nadine punya uang, Kemala pinjam, Mbak. Janji, Kemala akan segera mencari kerja sampingan dan mengembalikannya." Gadis itu meyakinkan.

"Tapi, aku tidak punya uang sebanyak itu, Kemala."

"Terus, bagaimana, Mbak?" Kemala hampir putus asa. Air matanya berderai. Wajah bapaknya terus melambai-lambai dalam pandangan.

"Sebenarnya Mbak ada kerjaan sekarang. Tapi, upahnya tidak sebesar itu." Nadine pun ikut bingung.

"Bagaimana kalau aku ikut Mbak Nadine kerja?" ucap Kemala.

Uhuk! Nadine tersedak ludahnya sendiri. "Kamu yakin?"

"Yakin, Mbak. Kemala akan melakukan apa saja untuk bapak."

"Apa kamu tahu pekerjaanku?"

Kemala menggeleng. "Aku sempat melihat Mbak Nadine menggunakan pakain minim saat malam hari. Apakah pekerjaannya seperti itu?"

"Eum ... ya kurang lebih seperti itu."

"Terus, apa yang kita lakukan di sana, Mbak?"

"Ya, kamu tinggal menemani seseorang saja."

"Menemani?"

"Benar. Aku akan mencarikan klien yang baik untukmu. Kamu hanya cukup berdandan cantik dan menemani seseorang yang menjadi klienmu saja, Kemala."

"Menemani? Hanya itu?" Kemala mengulang pertanyaannya.

Nadine hanya tersenyum canggung.

"Baiklah, Mbak. Aku harus bisa melakukannya, ini demi kesembuhan bapak," jawab Kemala saat bayangan lelaki yang sangat dicintainya itu terus saja terbayang.

"Baik lah kalau begitu. Aku akan mendandanimu dan meminjankan baju." Nadine membawa Kemala ke kamarnya. Ia benar-benar memoles wajah adiknya hingga hampir mirip dengannya.

"Lumayan!" Nadine berdecak. "Pakai ini!"

Kemala terpaksa menurut. Ia mengenakan pakaian yang sangat seksi. Mirip sekali dengan pakaian yang digunakan Nadine malam itu.

"Apakah ini tidak terlalu terbuka, Mbak?"

"Justru itu yang disukai para klien kita. Kamu harus segera di booking untuk mendapatkan uang." Nadine memotret gadis itu dan mengirimkannya pada mitra kerjanya.

[Baiklah, bawa saja! Dia lumayan.] Balasan pesan dari sana.

"Bagus, kamu di terima. Tunggu sebentar!" Nadine pun berdandan. Ia terlihat lebih terampil karena sudah terbiasa. Wanita itu mengenakan pakaian yang sama terbukanya dengan Kemala, hanya berbeda model dan warnanya saja.

"Gunakan ini!" Nadine memberikan Kemala cardigan untuk menutupi pakaiannya yang terlalu terbuka. Lalu, keduanya turun.

Kemala hanya menundukkan kepalanya sepanjang berjalan turun dari apartemen. Ia benar-benar malu berpakaian seperti itu. Namun sekali lagi, demi sang bapak ia menguatkan dirinya.

"Masuk lah, Kemala!" Nadine meminta gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu menurut. Pikirannya buntu, ia tidak bisa berpikir lebih jernih dari ini.

Beberapa meter dari sana Emeril melihatnya.

"Bukankah itu adalah gadis tomboy yang semalam mengancak kamarku di apartemen, Nenek? Kenapa dia berpenampilan seperti itu dan ikut dengan Nadine?"

"Mungkinkah?" Emeril memiringkan kepalanya untuk berpikir. "Apa dia akan mengikuti jejak wanita yang menghasilkan uang dari pria-pria hidung belang itu?" Emeril tahu betul pekerjaan Nadine karena nenek selalu menceritakannya.

"Bukankah sudah kukatakan pada nenek kalau gadis itu bermasalah. Kenapa nenek masih tetap bersikeras kalau dia adalah gadis baik?" Emeril hanya berbicara pada dirinya sendiri. Lalu, mobil yang dikendarai oleh Nadine melewatinya. Kemala masih terlihat menundukkan wajah. Ia tahu apa yang dilakukannya sekarang adalah salah. Namun, sungguh ia lemah.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 11

    "Aku yakin dia ada di apartemennya sekarang. Kita harus menunggu dia keluar.""Rasanya aku ingin menyerobot masuk saja, menghajar wanita tidak tahu diri itu!" Dua orang gadis muda mengumpat. Kemala mengerutkan dahinya, 'Siapa yang mereka maksud?' Ia berjalan melewati keduanya, telinga meruncing untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka berdiri di dekat apartemen, pinggir jalan. Sayang, kedua wanita muda itu tidak menyebutkan nama, tapi mereka terlihat sangat geram.Kemala bergegas masuk ke dalam apartemen, ia tidak bisa membuat kakaknya menunggu. Pintu apartemen itu sengaja tidak dikunci untuk memudahkananya keluar masuk agar tidak menganggu Nadine yang sedang tidak enak badan."Mbak Nadine?" Gadis itu mencari. Kakaknya tidak ada di tempat tidur. "Di mana dia? Mbak!" teriaknya lagi mencari."Mbak!" Kemala kaget saat melihat kaki Nadine yang menjulur di pintu kamar mandi. "Ya, ampun mbak. Ada apa denganmu?" Dari mulut wanita itu keluar busa. Ia tidak sadarkan diri hingga terjatuh di kam

    Last Updated : 2025-01-15
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 12

    Rambut panjang Kemala terbang menerpa kaca helm yang Emeril gunakan. Berwarna kehitaman rapi dan terawat. Pria itu tetap menjaga gengsinya untuk tidak dekat-dekat. Ia tetap duduk tegap sembari menjewer sedikit pakaian gadis itu. Orang-orang memperhatikan mereka, kesombongan yang jelas terlihat. Kemala yang seorang wanita dan mengemudi bahkan tidak menggunakan helm. Sedangkan, Emeril laki-laki dan menjadi penumpang malah menggunakan helm."Mama!" pekik seorang anak kecil di atas motor saat melihat Emeril melotot padanya di lampu merah."Jangan dilihat! Nanti ketularan gila," tukas ibunya. Kepala Emeril kembali menoleh saat mendengar kata-kata itu.Dug! Helmnya pun terbentur kepala Kemala saat gadis itu kembali melaju."Ya, ampun! Dosa apa yang sudah bapak perbuat hingga aku harus bertemu dengan pria macam dia!" umpat Kemala kesal. Rasanya ingin sekali ia menjatuhkan pria itu ke dalam got.Mobil ambulans yang membawa Nadine sampai lebih dulu. Mereka segera membawa wanita itu ke UGD untu

    Last Updated : 2025-01-15
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 13

    "Benarkah di sini ada pasien yang bernama Nadine?" Seorang wartawan menyerobot masuk, padahal 3 security berjaga di depan gerbang bangunan UGD."Kami hanya ingin tahu apa yang terjadi pada Nadine? Tolong izinkan kami untuk menemuinya sebentar saja, Pak.""Tidak ada. Tidak ada yang bernama Nadine di sini. Silahkan kalian semua bubar!" Security mencoba menghalau mereka. "Tidak mungkin, Pak. Kami punya narasumber yang pasti. Nadine di larikan ke Rumah Sakit ini.""Saya bilang tidak ada! Silahkan tunggu saja kalau tidak percaya!" Ketiga security pasang badan agar tidak kecolongan. Mereka sudah mendapat perintah untuk tidak memasukkan para wartawan itu."Aku yakin dia di sini!" Seorang anak perempuan mengepalkan tangannya kencang. "Sampai kapan kamu akan bermain kucing-kucingan, wanita murahan! Aku akan buat kamu menerima balasannya!" pekiknya geram. Anak perempuan itu tidak mau tinggal diam dan menunggu. Dia berjalan-jalan ke samping rumah sakit. Lalu, menemukan sebuah ambulans yang terpa

    Last Updated : 2025-01-15
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 14

    "Bukannya kamu pria tadi?" Bapak celingukan melihat pemuda yang telah pamit sejak tadi, sekarang malah kembali. Emeril segera bangun dan memberi kode pada Aris agar pergi. Lelaki itu sedikit heran, namun itu perintah. Dibantah sedikit saja, taringnya bakalan keluar semua, bak vampir yang siap mengisap darah."Iya, Pak. Ini saya antar---" Emeril menengok kecoa yang berjalan-jalan di kakinya. "Ih!" Ia berjinjit geli."Oh. Buat ayam-ayamku?" Mata bapak melebar. "Mereka suka kayanya. Kemala, ayo tangkap semua kecoa itu!" perintah bapak.Kemala yang curiga pada pria itu, menyipit tidak percaya. 'Dia pasti punya rencana balas dendam. Apakah mungkin dia sengaja mengirim kecoa-kecoa ini untuk menakutiku?' Kemala menunduk dan menjewer satu persatu dari mereka untuk dimasukkan kembali ke dalam kotak.Emeril masih bersembunyi di samping gadis itu sembari bergidik geli. 'Aku lupa kalau dia sejenis unggas, mana ada takut-takutnya sama kecoa!' umpatnya."Hah!" Kemala mengangkat kumis kecoa itu dan

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 30

    Berhari-hari semuanya terasa sepi, Kemala hanya keluar saat pagi, membuat sarapan dan merapikan rumah Emeril, tanpa kata apalagi lelucon. Pria itu hanya memperhatikan dalam diam, ia pun tidak banyak menegur dan membiarkan Kemala seperti itu. Siang hari hingga malam Kemala punya waktu bebas, ia lepas dari tugasnya sebagai pembantu di rumah pemuda kaya itu. Kemala memanfaatkan waktu senggangnya untuk belajar menghadapi sidang dan mencari informasi lowongan di beberapa media sosial, tentu saja ia harus memiliki pekerjaan setelah satu bulan berada di kamar yang ia tempati sekarang. Selain itu, rasa ingin berbakti pada bapaknya kian hari kian besar.[Aku akan datang sekarang!]Pagi ini, Emeril terlihat rusuh saat keluar dari kamar. Ia tampak serius dan sama sekali tidak mencicipi sarapannya seperti biasa. Kemala memperhatikannya dari dapur. Laki-laki itu langsung mengenakan kaos kaki dan sepatu."Tunggu!" Kemala bergegas mengejar, memberikan kotak makan.Emeril tidak menyahut ia hanya mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 29

    "Di mana kamu tinggal?" Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Herman itu sedikit menoleh pada Nadine yang setengah sadar akan keadaannya sendiri. "Aku tidak punya tempat tinggal," jawab Nadine singkat. Kepalanya serasa mau pecah saat sedikit saja terjadi benturan karena kondisi jalan yang tidak rata. Untung saja Herman datang tepat waktu, dia yang mengaku sebagai paman Nadine itu menawarkan diri untuk mengemudi. Tentu saja mobil Nadine karena dia datang menggunakan kendaraan umum."Tinggal bersama paman saja, Nadine," ucapnya kemudian.Nadine enggan menanggapi, mulutnya terasa penuh. Sebuah cairan terasa mendesak naik ke atas. Gadis itu memukul pintu mobil, ia meminta untuk berhenti. Tangan kirinya sudah memegangi mulutnya sendiri."Iya, iya, sebentar!" Herman segera menepikan mobil yang dikendarainya. Nadine membukanya tanpa isyarat, menerobos begitu saja dan memuntahkan semuanya di trotoar. Ia bahkan tidak bisa bergeser sedikit saja ke rerumputan. Orang-orang yang sedang berjala

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 28

    Nadine memutar setir mobil sembari membantingnya ke arah kiri. Ia sangat terlihat kacau sekarang, otaknya terasa mendidih dengan amarah dan kebencian. Terasa sebuah api meletup-letup di dalam dadanya, ia ingin meluapkan semua itu, namun entah dengan cara apa. Nadine hanya tahu kalau dirinya saat ini tengah terluka, sangat dalam, hingga tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya. Tangannya yang memegang kemudi tampak bergetar, lajunya pun tidak terarah, matanya pudar dan terhalang air mata. Gadis itu merasa sendiri, entah kemana ia harus pergi.Tiiiiid! Sebuah mobil menyalakan klakson dengan nyaring. Nadine tidak peduli, ia tetap melajukan mobilnya ugal-ugalan tanpa arah. Banyak mobil yang memilih menghindar, ada juga yang menyalip dan meninggalkannya jauh. "Hentikkan mobilmu!" pekik seseorang dari kendaraan lain. Sayang, Nadine bahkan tidak ingin meliriknya. Ia tidak peduli pada siapapun, bahkan pada dirinya sendiri. Ia merasa mati bahkan sebelum menemui ajalnya sendiri.Mata Nadine

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 27

    "Kamu yakin nggak mau ke Rumah Sakit?" tanya Emeril. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis ayamnya itu. 'Apa mungkin dia masih trauma?' batin pria itu bahkan bertanya-tanya. Ia pun terus memperhatikan Kemala dari kaca spion. Kemala hanya menggeleng pelan. Sejak diselamatkan dari penculikan itu, Kemala bungkam, ia tidak sebawel biasanya apalagi sampai rewel. Wajahnya masih menoleh pada kaca luar, padahal di sana sepi dan gelap."Bagaimana, Pak. Kita akan kemana?" tanya Jeri_orang kepercayaan Emeril sekaligus satu-satunya sahabat pria itu.Emeril melirik, pembicaraan mereka rupanya tidak didengar oleh Kemala. "Eheum!" Pria itu pura-pura berdehem. "Aku akan mengantarmu pulang, Kemala," ucap Emeril. Kemala menyeka air matanya yang sulit berhenti. Lalu, ia berbalik dan merespon Emeril yang kebingungan. "Turunkan saja aku di tempat yang terang dan ramai," jawab Kemala. Ini sudah pukul 04.00 pagi, matahari sebentar lagi akan terbit, Kemala pikir tidak masalah, ia hanya tinggal menun

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 26

    [Kenapa kamu menggangguku di tengah malam seperti ini, Nadine?] Kumari mengangkat panggilan dari Nadine dengan malas. Ia hampir enggan membuka mata. Wanita itu tidak tahu kalau rahasia besar yang telah di sembunyikannya sudah terbongkar. [Kemala diculik, Bu,] jawab Nadine cepat.[Apa?! Apa maksdumu?] Wanita itu langsung terperanjat dari tidurnya, ia menarik kimono yang terjepit kakinya sendiri. "Ish!" Kumari bahkan hampir tersungkur. [Bagaimana kejadiannya, Nadine. Di mana kamu sekarang?][Kemala bertengkar dengan Bapak. Kemala pergi dan tidak pulang. Aku mencarinya dan mengajak dia pulang. Tapi, di perjalanan 3 orang pria menghadang kami, mereka membawa pergi Kemala, Bu. Aku sedang mengikuti mobil itu.][Kirimkan alamatmu sekarang!] perintah Kumari.[Iya, Bu.]Kumari langsung berganti pakaian. Ia bahkn menghubungi tangan kanannya. Sayangnya, panggilan itu tidak juga mendapat jawaban. "Kemana dia!" Wanita itu menyimpan kasar ponselnya di atas dasbord. Ia segera mengemudi dan mengikut

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 25

    Langit sudah menjadi sangat gelap sekarang, Kemala termenung di samping motornya. Ia tidak punya tempat untuk kembali. Ke apartemen ibunya terasa tak mungkin, gadis itu tidak ingin menemui wanita yang telah melahirkannya sekarang. Jika, malam kemarin ia masih bisa pergi ke rumah Emeril, saat ini situasinya pun tidak mendukung.[Kamu tidak perlu datang lagi ke rumahku!] Pesan singkat pria itu membuat Kemala semakin terpuruk. Ia masih menggenggam ponselnya dengan tangan yang bergetar. Bingung dan tak tahu arah, sedangkan malam terus beranjak naik. Entah kesalahan apa yang dibuatnya pada Emeril, sepertinya ia tidak suka saat Kemala datang bersama Abian ke rumahnya tadi siang.Kemala tidak terbiasa berada di luar semalam ini. Sangat jarang dan bahkan tidak sama sekali. Hanya setelah keputusannya mencari sang ibu membuatnya kini berakhir pada penyesalan yang begitu dalam. Tapi, siapa yang sangka akan seperti ini. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya, rindu pada sang ibu akan b

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 24

    Kemala masih menunggu pria yang tak disangka adalah dosen killernya itu, penampilan dan cara bicaranya yang jauh berbeda saat di voice note membuat Kemala sedikit tidak percaya. Teman-temannya hampir selesai, hanya miliknya yang sama sekali belum disentuh.'Ini pasti gara-gara kumis lele. Dia sengaja menghukumku seperti ini dan menunggu aku menyerah sendiri. Ah!' Kemala hampir putus asa."Aku duluan ya." Temannya menyentuh pundak gadis itu. Kemala benar-benar ingin menangis sekarang. Ia mungkin akan tertinggal wisuda kalau caranya seperti ini."Saya belum makan siang. Jadi, kamu bisa menunggu atau ikut ke kantin bersama saya." Tiba-tiba Abian berdiri dari tempat duduknya.'Aku nggak mau makan, Pak. Cuma mau tanda tangan Anda aja, apa susahnya buat tanda tangan, nggak perlu 2 menit,' gerutu Kemala dalam hati. Rasanya ia benar-benar dikerjai untuk dijadikan bahan balas dendam."I-ni cuma tinggal---" Kemala memperagakan tangannya sebagai simbol tanda tangan sembari tersenyum kecut."Saya

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 23

    Emeril mengerjap, ia melirik pada jam beker di atas nakas, tepat pukul 06.10 menit. Pria itu tidak lantas berdiri, ia menekan sebuah remot hingga gorden kaca terbuka, seketika cahaya kekuningan masuk menembus kamarnya yang luas dan besar, tertata rapi dan sangat bersih. Perlahan cahaya itu terasa hangat, Emeril menghirup kesegeran yang ia rasakan untuk memupuk semangat paginya. Emeril turun dan merapikan piyama yang ia kenakan. Kakinya dideteksi robot pembersih saat ia menginjakan kaki di atas lantai. Tenggorakannya terasa haus hingga ia memutuskan untuk mengambil air minum sebelum membersihkan diri. "Bau apa ini?" Emeril menajamkan pencium, memiringkan kepala untuk merasakan sesuatu yang beda. "Suara apa itu?" Berkali-kali ia menggerakkan lehernya untuk mencari. Bertahun-tahun tidak ada yang pernah merusak aroma pagi yang segar di rumahnya, tapi pagi ini ia mencium bau yang aneh. Sesuatu yang tidak biasa. "Krrrrk ... Krrrkk ...." Jelas itu adalah suara orang yang mengorok. Langkah

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 22

    "Nenek Kemala harus pulang, pekerjaan di rumah ini sudah selesai. Besok, Kemala datang lagi," ucap Kemala dengan suara yang dikeraskan. Sebenarnya ia sedang pamit pada pria yang tengah sibuk dengan laptopnya di meja yang lain. Ia tampak sibuk dan tidak merespons sama sekali, meski mendengarnya."Kamu yakin tidak mau beristirahat lebih lama di sini?" Nenek mengkhawatirkan keadaan gadis itu yang belum pulih benar. Meskipun, demamnya sudah reda karena obat yang diberikan oleh dokter."Kemala sudah jauh lebih baik kok, Nek." Kemala tersenyum sembari menepuk-nepuk tangan nenek yang sejak tadi menggenggam tangannya."Ya, gimana nggak sembuh. Bayar dokternya aja mahal!" celetuk Emeril menggaruk alisnya yang tak gatal. Muka datar dan masih berpura-pura fokus pada pekerjaan yang dia kerjakan di rumah."Dianter Eril ya?"Kemala menggeleng cepat, pria itu melihatnya. Sebelah bibir atasnya langsung terangkat. "Aku sibuk, Nek. Nggak ada waktu," tukas Emeril lagi. Kemala menghela napas sembari memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status