Share

Chapter 7

last update Last Updated: 2025-01-13 18:09:47

"Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine.

"Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka.

__________

Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya.

"Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender.

"Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk.

"Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.

Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.

Tubuh Kemala bergetar, selain kedinginan ia pun ketakutan. Tempat seperti ini benar-benar asing untuknya. Mata gadis itu melirik sekitar. Wanita-wanita seksi itu terlihat menemani pria-pria di sana, menyuguhkan minuman dan tertawa, duduk rapat dan sesekali meraba tubuh si pria, bahkan tidak sedikit yang menciumi wanitanya. Tubuh Kemala semakin bergetar, pikirannya kalut, dan kepalanya terasa berputar.

"Apa yang sedang kulakukan di sini!" Kemala mencerca dirinya sendiri. "Bapak pasti akan sangat kecewa dengan kelakuanku!"

Kemala turun dari kursi tempat duduknya sekarang. Ia berjalan cepat sembari menunduk untuk keluar.

Brugh! Tubuhnya menabrak seseorang, cardigan yang ia gunakan terjatuh. "Maaf." Kemala tidak ingin menegakkan wajahnya, dalam pikirannya ia harus segera pergi dari sana.

"Hei, kenapa terburu-buru gadis cantik?" Pria itu menarik tangan Kemala.

"Lepaskan aku!" ujar Kemala.

"Tidak perlu jual mahal seperti itu, Nona. Aku bisa membayarmu lebih." Tangan pria itu menggerayang menyentuh pundak Kemala yang polos.

"Lepaskan aku!" Kemala menepisnya dan mundur.

"Hei! Berani sekali kamu!" Mata pria itu melotor marah, Kemala bisa melihat itu. "Jangan coba-coba menolakku dan berbuat kebodohan!" Pria itu kembali menarik tangan Kemala. Kemala berusaha melepaskannya, tapi cengkraman pria itu sangat kencang.

"Lepaskan dia!" Emeril datang tepat waktu.

"Siapa kamu?"

"Aku prianya!"

Kemala melihat pria di sampingnya, si bebek jantan yang menyebalkan. 'Bagaimana mungkin dia bisa berada di tempat seperti ini? Apa dia sama saja dengan pria-pria itu?' batin Kemala.

Tanpa kata lagi, Emeril langsung meraih tangan Kemala, menariknya cepat keluar hingga gadis itu terseret. Ia yang menggunakan sepatu berhak tinggi kesulitan untuk berjalan. Di bawah sana, Nadine melihat pertengkaran ketiganya, dan dia hanya diam.

"Lepaskan aku!"

Kemala menarik kuat tangannya yang dicengkram Emeril. "Aw!" Ia memekik sakit kakinya yang lecet, lalu membukanya, dan menjinjingnya begitu saja.

"Terimakasih atas bantuanmu!" ujar Kemala berjalan polos tanpa alas kaki. Emeril melihat gadis itu. "Hah!" Ia menghembuskan napasnya lagi.

"Gunakan ini! Kamu akan diteriaki orang gila, jika berjalan dengan pakaian seperti itu tanpa alas kaki." Emeril menyusul Kemala dan memberikan jas nya.

"Tidak perlu!" tolak Kemala.

"Pakai saja dan berikan pada nenek! Kamu harus punya alasan untuk bertemu dengannya dan mengatakan kebaikanku hari ini!"

Kemala terdiam saat mendengarnya, tapi lelaki itu langsung pergi tanpa menoleh lagi.

"Kesambet apa dia?" umpat Kemala. "Tapi, lumayan. Setidaknya aku tidak terlalu malu dengan pakaian seperti ini.

Kemala menaiki angkutan umum menuju apartemen. Langit sudah mulai gelap, tapi ia masih belum mendapatkan uang itu. Kepala Kemala kembali terasa sakit.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gadis itu berdiri termenung di parkiran motornya. Ia benar-benar bingung. "Kenapa aku tidak bisa bertahan sebentar saja di sana?" Ia menyalahkan dirinya sendiri. Bingung dengan sikap apa yang harus diambilnya.

"Kemala!"

Kepala gadis itu langsung terangkat, ia melihat ibunya berdiri di hadapannya kini. Plak! Satu tamparan mendarat di pipinya. Kemala menunduk merasakan panas di area sana.

"Apa hanya ini yang bisa kamu lakukan, Kemala?"

"Bapak, sakit, Bu. Kemala membutuhkan uang untuk biaya rumah sakit."

"Tapi, bukan berarti dengan cara seperti ini, Kemala! Pakai otakmu!"

"Kemala tidak tahu harus melakukan apa yang bisa menghasilkan uang banyak dalam waktu cepat."

"Aku akan membayar biaya rumah sakit pria merepotkan itu. Pulang dan ganti pakaianmu!" Kumari memberikan segepok uang.

"Ini terlalu banyak, Bu." Baru kali ini Kemala memegang uang sebanyak itu.

"Anggap saja ini adalah uang bayaranmu! Jangan pernah datang lagi dan menggangguku bersama Nadine. Pergilah sejauh mungkin yang kamu bisa dari kami!" Kumari langsung pergi setelah berbicara.

Gadis itu mengambil pakaiannya di dalam jok motor, ikut ke kamar mandi untuk sekedar berganti pakaian dan menitipkan pakain Nadine ke penjaga apartemen. Ia berjalan gontai meninggalkan bangunan mewah bertingkat itu. Diperlakukan begitu oleh wanita yang ia anggap ibunya terasa begitu perih, namun setidaknya ia sudah mendapatkan uangnya untuk membayar Rumah Sakit dan menyelamatkan bapaknya.

Kemala bergegas kembali ke Rumah Sakit, ia harus segera membayar semua adminidtrasi perawatan bapaknya. Gadis itu langsung menuju meja resepsionis dan menanyakan jumlah uang yang harus ia bayarkan.

"Sebentar. Saya siapakan dulu." Suster yang kebagian piket malam menyerahkan beberapa lembar kertas sebagai rincian pembayaran. Uang yang didapatkan Kemala dari ibunya masih banyak bersisa. Ia menyimpannya hati-hati, barangkali ada biaya tambahan yang harus dibayarkan lagi.

"Mang Dayat? Bagaimana keadaan bapak?" Kemala menghampiri sahabat setia bapaknya yang masih duduk di sana.

"Amang masih belum bisa melihatnya, Neng."

"Kita tunggu sebentar lagi. Kemala sudah membayar semua biayanya."

"Syukurlah kalau begitu." Mang Dayat memilih untuk tidak banyak bertanya tentang uang itu, mereka berdua masih duduk menunggu di sana, di hadapan sebuah ruangan di mana Pak Jaka di rawat dan mendapatkan tindakan medis.

Tiga puluh menit menunggu keduanya akhirnya diperbolehkan untuk menemui Pak Jaka. Kemala berdiri paling depan saat ia mendorong pintu, wajahnya bapaknya tersenyum kecil menyambut.

"Bapak!" Kemala menghambur.

"Nak," ucapnya lemah mengelus lembut rambut putrinya yang menyelusup di sana. "Dayat." Bapak menyapa sahabatnya. Mang Dayat menyeka air mata sembari memegangi kaki lelaki itu.

"Terimakasih, bapak sudah bertahan dan bangun lagi," lirih Kemala yang tidak bisa menahan air matanya.

"Apa bapak telah membuatmu sangat takut?"

Kemala mengangkat kepalanya, cemberut dan merajuk, "Bukan lagi membuat takut, tapi hampir jantungan!"

"Kamu terlalu penakut," ejeknya. Meski baru saja lolos dari kematian, lelaki itu masih saja bisa mengajak putrinya bercanda. "Besok pagi kita akan pulang."

"Tidak!" Geleng Kemala cepat.

"Kita harus pulang sebelum diusir, Kemala. Darimana kita punya uang untuk membayar Rumah Sakit ini?" Pak Jaka berbisik.

"Tidak ada yang akan berani mengusir kita, Bapak harus dirawat di rumah sakit ini sampai sembuh."

"Darimana kamu mendapatkan uang itu, apakah dari ibumu?"

"Dari mana lagi? Tenang saja, Kemala akan membayarnya, Pak."

"Husst! Itu urusanku dengan ibumu. Fokus saja dengan kuliahmu! Aku sudah habis uang membiayai sekolahmu itu, cepatlah lulus!"

"Ish! Baru juga sembuh!" Kemala memenyengkan bibirnya.

Mang Dayat pamit pulang, Kemala tidur di ruangan itu bersama bapaknya malam ini. Ia memeluk tangannya dan tidak ingin sebentar saja untuk melepaskannya. Obat pelipur laranya hari ini, dia bisa bersama bapaknya lagi. Semua kesulitan dan kesedihan bisa ia lewati, tapi tidak untuk kehilangan pria yang paling dicintainya itu.

Bersambung...

Related chapters

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 1

    [Hallo, apakah saya bisa bicara dengan Ibu Kumari?][Ya, saya sendiri.][Maaf, Ibu Kumari. Suami Anda mengalami kecelakaan. Beliau bersama seorang wanita hamil. Sekarang keduanya berada di rumah sakit Mayapada. Keadaannya kritis, jadi saya harap ada wali pasien yang bisa segera datang.][Ya.] Kumari merasa gugup. Ia sedikit bingung mendengar kabar itu. Lalu, melihat perutnya yang membuncit besar. "Siapa yang dimaksud wanita hamil itu?" gumamnya, karena wanita itu tidak mungkin dirinya.[Bagaimana Ibu?][Ya. Ya, Pak. Saya akan segera datang.] Kumari segera mengambil tas selempeng kecil miliknya. Ia bergegas mengunci pintu dan berusaha menepis pikiran-pikiran buruk tentang kabar mengejutkan yang baru saja di dengarnya. Dalam hati Kumari saat ini, ia hanya ingin segera melihat keadaan suaminya yang 2 hari yang lalu izin untuk mengirimkan ayam ke luar kota.Kumari sedikit kesulitan saat ia harus berdesakan dengan penumpang angkutan kota lainnya. Perutnya yang sudah besar menyulitkannya un

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 2

    "Ibu, aku akan ikut ibu!" Seorang gadis tomboy menguraikan rambutnya untuk pertama kali. Mengenakan dress pendek di atas lutut. Kakinya yang jenjang terlihat mulus. Meskipun, ia kurang nyaman dengan penampilan itu, tapi ia coba untuk bisa mendapatkan hati ibunya. Seorang ibu yang telah begitu lama meninggalkannya. Membiarkan ia tumbuh bersama seorang ayah yang hanya seorang penjual ayam."Apa yang sedang kamu lakukan dengan pakaian itu, Kemala! Cepat, pergi dari sini!""Enggak. Aku ingin ikut ibu. Aku bisa seperti Mbak Nadine, jika itu bisa membuat ibu menyayangiku."Kumari menarik gadis itu dengan kasar, menyembunyikannya di balik dinding. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kemala. Tinggallah bersama bapakmu dan jadi anak baik untuknya. Kenapa kamu malah datang ke sini dengan pakaian seperti itu?""Bukankah ini yang ibu suka dari Mbak Nadine? Dan aku bisa melakukannya lebih baik dari dia, Bu!" Plak! Satu tamparan mendarat di pipi gadis itu. "Pulang lah, Kemala! Belajar dengan baik dan

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 3

    "Mau Kemana lagi kamu, Kemala?" Jaka tengah menghidangkan makanan sederhana untuk sarapan mereka pagi ini. Nasi goreng dengan ceplok telur yang tidak terlalu kering maupun basah, kesukaan putrinya."Ke apartemen ibu." Kemala menarik koper kecil berisi pakaian gantinya untuk beberapa hari ke depan. Setelah bergelut dengan pikirannya malam tadi, gadis itu memutuskan untuk bisa tinggal bersama ibunya meski dianggap parasit. Tiga belas tahun lamanya, saat ibunya meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa kakaknya, Nadine. Kemala tidak pernah lagi mendapat sentuhan lembut tangan wanita itu, apalagi sebuah pelukan. Dia meninggalkannya begitu saja di rumah ini, meski Kemala merengek meminta untuk ikut, tapi itu tidak membuat Kumari menengokkan kepalanya lagi ke belakang."Hentikan!" Jaka datang dengan cepat dan menarik koper yang dipegang Kemala. "Masuk kamarmu dan jangan coba-coba kabur!""Aku anak ibu, Pak. Berhak untuk tinggal bersamanya, menikmati semua yang dimilikinya. Kenapa hanya Mb

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 4

    Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi. "Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga._______Brugh! Dug! Dug! Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang te

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

    Last Updated : 2024-08-22

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 6

    Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya."Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam."Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala."Nak. Bapak akan ceritakan nanti.""Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?""Kemala, dengar bapak dulu!""Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja."Kemala! Dengar dulu, Nak!"Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berl

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 4

    Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi. "Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga._______Brugh! Dug! Dug! Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang te

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 3

    "Mau Kemana lagi kamu, Kemala?" Jaka tengah menghidangkan makanan sederhana untuk sarapan mereka pagi ini. Nasi goreng dengan ceplok telur yang tidak terlalu kering maupun basah, kesukaan putrinya."Ke apartemen ibu." Kemala menarik koper kecil berisi pakaian gantinya untuk beberapa hari ke depan. Setelah bergelut dengan pikirannya malam tadi, gadis itu memutuskan untuk bisa tinggal bersama ibunya meski dianggap parasit. Tiga belas tahun lamanya, saat ibunya meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa kakaknya, Nadine. Kemala tidak pernah lagi mendapat sentuhan lembut tangan wanita itu, apalagi sebuah pelukan. Dia meninggalkannya begitu saja di rumah ini, meski Kemala merengek meminta untuk ikut, tapi itu tidak membuat Kumari menengokkan kepalanya lagi ke belakang."Hentikan!" Jaka datang dengan cepat dan menarik koper yang dipegang Kemala. "Masuk kamarmu dan jangan coba-coba kabur!""Aku anak ibu, Pak. Berhak untuk tinggal bersamanya, menikmati semua yang dimilikinya. Kenapa hanya Mb

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 2

    "Ibu, aku akan ikut ibu!" Seorang gadis tomboy menguraikan rambutnya untuk pertama kali. Mengenakan dress pendek di atas lutut. Kakinya yang jenjang terlihat mulus. Meskipun, ia kurang nyaman dengan penampilan itu, tapi ia coba untuk bisa mendapatkan hati ibunya. Seorang ibu yang telah begitu lama meninggalkannya. Membiarkan ia tumbuh bersama seorang ayah yang hanya seorang penjual ayam."Apa yang sedang kamu lakukan dengan pakaian itu, Kemala! Cepat, pergi dari sini!""Enggak. Aku ingin ikut ibu. Aku bisa seperti Mbak Nadine, jika itu bisa membuat ibu menyayangiku."Kumari menarik gadis itu dengan kasar, menyembunyikannya di balik dinding. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Kemala. Tinggallah bersama bapakmu dan jadi anak baik untuknya. Kenapa kamu malah datang ke sini dengan pakaian seperti itu?""Bukankah ini yang ibu suka dari Mbak Nadine? Dan aku bisa melakukannya lebih baik dari dia, Bu!" Plak! Satu tamparan mendarat di pipi gadis itu. "Pulang lah, Kemala! Belajar dengan baik dan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status