Share

Chapter 4

last update Last Updated: 2024-08-22 10:12:05

Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi.

"Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga.

_______

Brugh! Dug! Dug!

Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang terdengar.

Kemala berjalan ke arah pintu, tampak keributan terdengar dari luar.

"Buka! Buka pintunya!"

Kemala bisa mendengar jelas suara itu. Suara kakaknya yang sering ia dengar di media sosial. Gadis itu mengintip dari lubang pintu yang sengaja dibuat untuk melihat keadaan di luar, meski terbatas.

"Mbak Nadine. Itu benar-benar dia!" Kemala sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, Nadine berpakaian koyak dengan dan menjambak-jambak rambutnya sendiri.

"Buka! Ibu, buka pintunya!"

Pintu itu terus saja dipukul keras, hingga terlihat Nadine terduduk di sana dengan lemas.

"Kemana saja kamu saat aku menjemputmu, tadi!" Suara Kumari terdengar keras dan menarik tubuh Nadine masuk ke dalam. "Bukankah sudah kukatkan agar kau tidak minum terlalu banyak!"

"Berisik! Lepaskan aku!"

"Kamu tidak pernah mengikuti arahanku, Nadine. Kamu bisa celaka dengan kelakuanmu ini!"

"Aku tidak peduli."

"Tapi, aku masih peduli!"

Brugh! Nadine menjatuhkan dirinya sendiri ke atas kasur. Ia tidak lagi ingin mendengarkan ibunya yang hanya peduli terhadap uangnya dan bukan dirinya.

___________

"Kamu pasti terganggu dengan suara berisik itu 'kan? Seperti itu pula aku dan hampir setiap malam"

Kemala segera berbalik dan melihat nenek yang keluar dari kamarnya. Ia menuangkan secangkir air putih. Kemala menghampirnya, dan nenek itu menuangkan air yang sama di gelas yang berbeda.

"Sungguh Nadine seperti ini setiap malam, Nek?"

"Ya, hampir setiap malam. Kadang juga pagi." Nenek meneguk air putih miliknya.

"Tapi, aku lihat Nadine seperti orang yang begitu beruntung, Nek. Di istagram ia kerap kali memarkan kebahagiaannya."

"Apa yang bisa kamu percaya dari sana. Orang-orang bisa lebih mudah pura-pura bahagia daripada menjalani kehidupan sesunggugnya."

Kemala mengerti, ia hanya mengangguk dua kali dan menelan ludahnya yang terasa kering.

"Minum lah dan kembali tidur, ini masih malam!" Nenek melihat jam yang masih menunjukkan pukul 02.00 pagi.

Kemala kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia hanya terbaring dengan mata menatap kosong ke atas langit-langit kamar. Kenyataan yang dilihatnya barusan seperti tamparan keras untuknya. Ia yang bersekolah dan sampai kuliah, meski dengan biaya terbatas bisa hidup lebih baik dibanding kakaknya yang hidup berantakan seperti itu dan setahu Kemala, kakanya bahkan hanya tamat Sekolah Menengah Atas.

"Apakah semua yang diperlihatkan Mbak Nadine selama ini hanya kebahagiaan semu?"

Otak Kemala yang terus memikirkan banyak hal membuatnya menjadi pusing, apalagi karena ia belum sempat tidur dengan benar sejak tadi malam dan ini hampir pagi. Perlahan, matanya yang berat tertutup juga.

________

"Bau apa ini, Nek?"

"Apa?"

"Sepertinya aku mencium aroma-aroma lain di sini."

"Tajam sekali hidungmu. Ada seseorang yang menginap di kamarmu, Emeril."

"Apa? Bagaimana mungkin di kamarku, Nek?"

"Hanya malam ini. Itu adalah gadis yang menolongku dari jambret itu, kemarin."

"Nenek yakin, dia bukan bagian dari komplotannya?"

"Hus! Jaga bicaramu dia bisa mendengarnya."

Kemala memicingkan telinganya. Samar-samar ia mendengar percakapan itu.

"Apa? Siapa yang berani berbicara seperti itu padaku?" Kemala bangkit dari tidurnya, membuka pintu dan melihat seorang pria tengah berdiri bersama nenek itu.

"Kamu sudah bangun?" Nenek menyapa Kemala. Pria itu berbalik dan mendelik pada Kemala.

'Kenapa dia menatapku seperti itu?' batin Kemala sama-sama sinis pada pria yang memandangnya tanpa berkedip, seperti mengintainya dari ujung rambut hingga telapak kaki gadis itu.

"Nenek, apakah wanita ini yang Nenek maksud?"

"Benar. Namanya Kemala. Kemari lah, Nak!"

Kemala menghampiri Nenek dan melewati pria itu, mencibirnya dengan kesal. Begitu pun dengan Emeril. Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan melihat semua kekacauan itu.

"Nenek! Ada apa dengan kamarku?" teriak Emeril tidak terima.

Kemala yang mendengar itu langsung menghampiri, matanya terbelalak. Ia lupa kalau semalam ia menjatuhkan semua penghuni kasur itu dan seprainya pun lepas dari kasurnya. Benar-benar amburadul.

"Aku akan segera merapikan ini. Tunggu 5 menit!" ucap Kemala mengambil bantal yang tergeletak di lantai.

"Tidak perlu. Aku akan melaundry semuanya!" Cegah Emeril.

"Tidak perlu!"

"Perlu!"

"Tidak!"

"Perlu!"

Keduanya saling menarik bantal itu, satu sama lain.

"Hentikan! Dan simpan guling itu!" Nenek datang untuk menghentikkan mereka. "Mari kita sarapan. Aku akan memasak untuk kalian."

"Tidak perlu, Nek. Biar Emeril saja!" Pria itu cepat-cepat melepaskan guling yang dipegangnya.

Kemala mengikuti keduanya. Ia duduk menunggu dengan nenek di kursi makan.

"Jangan dengarkan dia. Sebenarnya hatinya sangat baik," bisik nenek.

Kemala hanya tersenyum kecut. 'Kebaikan apa yang ada pada pria angkuh dan sombong seperti itu?'

"Jadiii!" Emeril menyiapkan dua piring sarapan untuknya dan nenek.

"Emeril!" ucap nenek menekan dengan mata yang membulat.

"Dia kan bisa mengambilnya sendiri, Nek. Sudah untung aku buatkan."

"Dia tamu, Nak!"

"Ish! Menyusahkan saja!"

Bibir Kemala berkerucut dengan tatapan mata sebal. Tangannya mengepal kesal, berkali-kali ia menahan tangannya yang sangat ingin memukul pria itu dari belakang. Namun, karena sang nenek yang sudah sangat baik padanya, ia berusaha menahan. 'Pria berbibir lemes seperti itu biasanya adalah keluarga bebek. Ya, benar. Dia sangat mirip dengan bebek. Bebek jantan!' umpat Kemala.

"Tidak perlu berterimakasih," ujar Emeril sembari menyimpan kasar sarapan milik gadis itu.

'Dih! Siapa juga yang sudi berterimakasih!' batin Kemala geram.

Makan pun jadi tidak selera, Emeril terus saja memperhatikan, ia bahkan beberapa kali menyindir dan menghitung setiap suapan yang masuk ke dalam mulut Kemala.

'Ya, ampun. Menyebalkan sekali!'

"Kamu tidak suka makanannya, Kemala?"tanya nenek.

Gadis itu menggeleng cepat. "Makannya enak, Nek. Hanya saja, sepertinya ada seseorang yang siap menghitung makanan ini menjadi tagihan."

"Hahaha ..." Nenek tertawa lepas. Lalu, menggeleng. Ia melihat sorot mata Emeril yang tajam, begitu pun dengan Kemala. Keduanya tampak sedang berperang dalam diam sekarang.

"Tidak perlu saling membenci berlebihan, karena cinta bisa saja datang setelahnya," seloroh nenek.

"Iiih amit-amit!" Keduanya memekik bersamaan.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 6

    Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya."Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam."Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala."Nak. Bapak akan ceritakan nanti.""Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?""Kemala, dengar bapak dulu!""Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja."Kemala! Dengar dulu, Nak!"Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berl

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 11

    "Aku yakin dia ada di apartemennya sekarang. Kita harus menunggu dia keluar.""Rasanya aku ingin menyerobot masuk saja, menghajar wanita tidak tahu diri itu!" Dua orang gadis muda mengumpat. Kemala mengerutkan dahinya, 'Siapa yang mereka maksud?' Ia berjalan melewati keduanya, telinga meruncing untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka berdiri di dekat apartemen, pinggir jalan. Sayang, kedua wanita muda itu tidak menyebutkan nama, tapi mereka terlihat sangat geram.Kemala bergegas masuk ke dalam apartemen, ia tidak bisa membuat kakaknya menunggu. Pintu apartemen itu sengaja tidak dikunci untuk memudahkananya keluar masuk agar tidak menganggu Nadine yang sedang tidak enak badan."Mbak Nadine?" Gadis itu mencari. Kakaknya tidak ada di tempat tidur. "Di mana dia? Mbak!" teriaknya lagi mencari."Mbak!" Kemala kaget saat melihat kaki Nadine yang menjulur di pintu kamar mandi. "Ya, ampun mbak. Ada apa denganmu?" Dari mulut wanita itu keluar busa. Ia tidak sadarkan diri hingga terjatuh di kam

    Last Updated : 2025-01-15
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 12

    Rambut panjang Kemala terbang menerpa kaca helm yang Emeril gunakan. Berwarna kehitaman rapi dan terawat. Pria itu tetap menjaga gengsinya untuk tidak dekat-dekat. Ia tetap duduk tegap sembari menjewer sedikit pakaian gadis itu. Orang-orang memperhatikan mereka, kesombongan yang jelas terlihat. Kemala yang seorang wanita dan mengemudi bahkan tidak menggunakan helm. Sedangkan, Emeril laki-laki dan menjadi penumpang malah menggunakan helm."Mama!" pekik seorang anak kecil di atas motor saat melihat Emeril melotot padanya di lampu merah."Jangan dilihat! Nanti ketularan gila," tukas ibunya. Kepala Emeril kembali menoleh saat mendengar kata-kata itu.Dug! Helmnya pun terbentur kepala Kemala saat gadis itu kembali melaju."Ya, ampun! Dosa apa yang sudah bapak perbuat hingga aku harus bertemu dengan pria macam dia!" umpat Kemala kesal. Rasanya ingin sekali ia menjatuhkan pria itu ke dalam got.Mobil ambulans yang membawa Nadine sampai lebih dulu. Mereka segera membawa wanita itu ke UGD untu

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 30

    Berhari-hari semuanya terasa sepi, Kemala hanya keluar saat pagi, membuat sarapan dan merapikan rumah Emeril, tanpa kata apalagi lelucon. Pria itu hanya memperhatikan dalam diam, ia pun tidak banyak menegur dan membiarkan Kemala seperti itu. Siang hari hingga malam Kemala punya waktu bebas, ia lepas dari tugasnya sebagai pembantu di rumah pemuda kaya itu. Kemala memanfaatkan waktu senggangnya untuk belajar menghadapi sidang dan mencari informasi lowongan di beberapa media sosial, tentu saja ia harus memiliki pekerjaan setelah satu bulan berada di kamar yang ia tempati sekarang. Selain itu, rasa ingin berbakti pada bapaknya kian hari kian besar.[Aku akan datang sekarang!]Pagi ini, Emeril terlihat rusuh saat keluar dari kamar. Ia tampak serius dan sama sekali tidak mencicipi sarapannya seperti biasa. Kemala memperhatikannya dari dapur. Laki-laki itu langsung mengenakan kaos kaki dan sepatu."Tunggu!" Kemala bergegas mengejar, memberikan kotak makan.Emeril tidak menyahut ia hanya mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 29

    "Di mana kamu tinggal?" Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Herman itu sedikit menoleh pada Nadine yang setengah sadar akan keadaannya sendiri. "Aku tidak punya tempat tinggal," jawab Nadine singkat. Kepalanya serasa mau pecah saat sedikit saja terjadi benturan karena kondisi jalan yang tidak rata. Untung saja Herman datang tepat waktu, dia yang mengaku sebagai paman Nadine itu menawarkan diri untuk mengemudi. Tentu saja mobil Nadine karena dia datang menggunakan kendaraan umum."Tinggal bersama paman saja, Nadine," ucapnya kemudian.Nadine enggan menanggapi, mulutnya terasa penuh. Sebuah cairan terasa mendesak naik ke atas. Gadis itu memukul pintu mobil, ia meminta untuk berhenti. Tangan kirinya sudah memegangi mulutnya sendiri."Iya, iya, sebentar!" Herman segera menepikan mobil yang dikendarainya. Nadine membukanya tanpa isyarat, menerobos begitu saja dan memuntahkan semuanya di trotoar. Ia bahkan tidak bisa bergeser sedikit saja ke rerumputan. Orang-orang yang sedang berjala

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 28

    Nadine memutar setir mobil sembari membantingnya ke arah kiri. Ia sangat terlihat kacau sekarang, otaknya terasa mendidih dengan amarah dan kebencian. Terasa sebuah api meletup-letup di dalam dadanya, ia ingin meluapkan semua itu, namun entah dengan cara apa. Nadine hanya tahu kalau dirinya saat ini tengah terluka, sangat dalam, hingga tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya. Tangannya yang memegang kemudi tampak bergetar, lajunya pun tidak terarah, matanya pudar dan terhalang air mata. Gadis itu merasa sendiri, entah kemana ia harus pergi.Tiiiiid! Sebuah mobil menyalakan klakson dengan nyaring. Nadine tidak peduli, ia tetap melajukan mobilnya ugal-ugalan tanpa arah. Banyak mobil yang memilih menghindar, ada juga yang menyalip dan meninggalkannya jauh. "Hentikkan mobilmu!" pekik seseorang dari kendaraan lain. Sayang, Nadine bahkan tidak ingin meliriknya. Ia tidak peduli pada siapapun, bahkan pada dirinya sendiri. Ia merasa mati bahkan sebelum menemui ajalnya sendiri.Mata Nadine

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 27

    "Kamu yakin nggak mau ke Rumah Sakit?" tanya Emeril. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis ayamnya itu. 'Apa mungkin dia masih trauma?' batin pria itu bahkan bertanya-tanya. Ia pun terus memperhatikan Kemala dari kaca spion. Kemala hanya menggeleng pelan. Sejak diselamatkan dari penculikan itu, Kemala bungkam, ia tidak sebawel biasanya apalagi sampai rewel. Wajahnya masih menoleh pada kaca luar, padahal di sana sepi dan gelap."Bagaimana, Pak. Kita akan kemana?" tanya Jeri_orang kepercayaan Emeril sekaligus satu-satunya sahabat pria itu.Emeril melirik, pembicaraan mereka rupanya tidak didengar oleh Kemala. "Eheum!" Pria itu pura-pura berdehem. "Aku akan mengantarmu pulang, Kemala," ucap Emeril. Kemala menyeka air matanya yang sulit berhenti. Lalu, ia berbalik dan merespon Emeril yang kebingungan. "Turunkan saja aku di tempat yang terang dan ramai," jawab Kemala. Ini sudah pukul 04.00 pagi, matahari sebentar lagi akan terbit, Kemala pikir tidak masalah, ia hanya tinggal menun

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 26

    [Kenapa kamu menggangguku di tengah malam seperti ini, Nadine?] Kumari mengangkat panggilan dari Nadine dengan malas. Ia hampir enggan membuka mata. Wanita itu tidak tahu kalau rahasia besar yang telah di sembunyikannya sudah terbongkar. [Kemala diculik, Bu,] jawab Nadine cepat.[Apa?! Apa maksdumu?] Wanita itu langsung terperanjat dari tidurnya, ia menarik kimono yang terjepit kakinya sendiri. "Ish!" Kumari bahkan hampir tersungkur. [Bagaimana kejadiannya, Nadine. Di mana kamu sekarang?][Kemala bertengkar dengan Bapak. Kemala pergi dan tidak pulang. Aku mencarinya dan mengajak dia pulang. Tapi, di perjalanan 3 orang pria menghadang kami, mereka membawa pergi Kemala, Bu. Aku sedang mengikuti mobil itu.][Kirimkan alamatmu sekarang!] perintah Kumari.[Iya, Bu.]Kumari langsung berganti pakaian. Ia bahkn menghubungi tangan kanannya. Sayangnya, panggilan itu tidak juga mendapat jawaban. "Kemana dia!" Wanita itu menyimpan kasar ponselnya di atas dasbord. Ia segera mengemudi dan mengikut

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 25

    Langit sudah menjadi sangat gelap sekarang, Kemala termenung di samping motornya. Ia tidak punya tempat untuk kembali. Ke apartemen ibunya terasa tak mungkin, gadis itu tidak ingin menemui wanita yang telah melahirkannya sekarang. Jika, malam kemarin ia masih bisa pergi ke rumah Emeril, saat ini situasinya pun tidak mendukung.[Kamu tidak perlu datang lagi ke rumahku!] Pesan singkat pria itu membuat Kemala semakin terpuruk. Ia masih menggenggam ponselnya dengan tangan yang bergetar. Bingung dan tak tahu arah, sedangkan malam terus beranjak naik. Entah kesalahan apa yang dibuatnya pada Emeril, sepertinya ia tidak suka saat Kemala datang bersama Abian ke rumahnya tadi siang.Kemala tidak terbiasa berada di luar semalam ini. Sangat jarang dan bahkan tidak sama sekali. Hanya setelah keputusannya mencari sang ibu membuatnya kini berakhir pada penyesalan yang begitu dalam. Tapi, siapa yang sangka akan seperti ini. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya, rindu pada sang ibu akan b

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 24

    Kemala masih menunggu pria yang tak disangka adalah dosen killernya itu, penampilan dan cara bicaranya yang jauh berbeda saat di voice note membuat Kemala sedikit tidak percaya. Teman-temannya hampir selesai, hanya miliknya yang sama sekali belum disentuh.'Ini pasti gara-gara kumis lele. Dia sengaja menghukumku seperti ini dan menunggu aku menyerah sendiri. Ah!' Kemala hampir putus asa."Aku duluan ya." Temannya menyentuh pundak gadis itu. Kemala benar-benar ingin menangis sekarang. Ia mungkin akan tertinggal wisuda kalau caranya seperti ini."Saya belum makan siang. Jadi, kamu bisa menunggu atau ikut ke kantin bersama saya." Tiba-tiba Abian berdiri dari tempat duduknya.'Aku nggak mau makan, Pak. Cuma mau tanda tangan Anda aja, apa susahnya buat tanda tangan, nggak perlu 2 menit,' gerutu Kemala dalam hati. Rasanya ia benar-benar dikerjai untuk dijadikan bahan balas dendam."I-ni cuma tinggal---" Kemala memperagakan tangannya sebagai simbol tanda tangan sembari tersenyum kecut."Saya

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 23

    Emeril mengerjap, ia melirik pada jam beker di atas nakas, tepat pukul 06.10 menit. Pria itu tidak lantas berdiri, ia menekan sebuah remot hingga gorden kaca terbuka, seketika cahaya kekuningan masuk menembus kamarnya yang luas dan besar, tertata rapi dan sangat bersih. Perlahan cahaya itu terasa hangat, Emeril menghirup kesegeran yang ia rasakan untuk memupuk semangat paginya. Emeril turun dan merapikan piyama yang ia kenakan. Kakinya dideteksi robot pembersih saat ia menginjakan kaki di atas lantai. Tenggorakannya terasa haus hingga ia memutuskan untuk mengambil air minum sebelum membersihkan diri. "Bau apa ini?" Emeril menajamkan pencium, memiringkan kepala untuk merasakan sesuatu yang beda. "Suara apa itu?" Berkali-kali ia menggerakkan lehernya untuk mencari. Bertahun-tahun tidak ada yang pernah merusak aroma pagi yang segar di rumahnya, tapi pagi ini ia mencium bau yang aneh. Sesuatu yang tidak biasa. "Krrrrk ... Krrrkk ...." Jelas itu adalah suara orang yang mengorok. Langkah

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 22

    "Nenek Kemala harus pulang, pekerjaan di rumah ini sudah selesai. Besok, Kemala datang lagi," ucap Kemala dengan suara yang dikeraskan. Sebenarnya ia sedang pamit pada pria yang tengah sibuk dengan laptopnya di meja yang lain. Ia tampak sibuk dan tidak merespons sama sekali, meski mendengarnya."Kamu yakin tidak mau beristirahat lebih lama di sini?" Nenek mengkhawatirkan keadaan gadis itu yang belum pulih benar. Meskipun, demamnya sudah reda karena obat yang diberikan oleh dokter."Kemala sudah jauh lebih baik kok, Nek." Kemala tersenyum sembari menepuk-nepuk tangan nenek yang sejak tadi menggenggam tangannya."Ya, gimana nggak sembuh. Bayar dokternya aja mahal!" celetuk Emeril menggaruk alisnya yang tak gatal. Muka datar dan masih berpura-pura fokus pada pekerjaan yang dia kerjakan di rumah."Dianter Eril ya?"Kemala menggeleng cepat, pria itu melihatnya. Sebelah bibir atasnya langsung terangkat. "Aku sibuk, Nek. Nggak ada waktu," tukas Emeril lagi. Kemala menghela napas sembari memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status