Share

Chapter 3

last update Last Updated: 2024-08-22 10:11:36

"Mau Kemana lagi kamu, Kemala?" Jaka tengah menghidangkan makanan sederhana untuk sarapan mereka pagi ini. Nasi goreng dengan ceplok telur yang tidak terlalu kering maupun basah, kesukaan putrinya.

"Ke apartemen ibu." Kemala menarik koper kecil berisi pakaian gantinya untuk beberapa hari ke depan. Setelah bergelut dengan pikirannya malam tadi, gadis itu memutuskan untuk bisa tinggal bersama ibunya meski dianggap parasit. Tiga belas tahun lamanya, saat ibunya meninggalkan rumah mereka dan hanya membawa kakaknya, Nadine. Kemala tidak pernah lagi mendapat sentuhan lembut tangan wanita itu, apalagi sebuah pelukan. Dia meninggalkannya begitu saja di rumah ini, meski Kemala merengek meminta untuk ikut, tapi itu tidak membuat Kumari menengokkan kepalanya lagi ke belakang.

"Hentikan!" Jaka datang dengan cepat dan menarik koper yang dipegang Kemala. "Masuk kamarmu dan jangan coba-coba kabur!"

"Aku anak ibu, Pak. Berhak untuk tinggal bersamanya, menikmati semua yang dimilikinya. Kenapa hanya Mbak Nadine?"

"Dia meninggalkanmu, Kemala. Apa kamu tidak sadar kalau ibumu tidak menginginkanmu?"

"Tapi, Kenapa? Apa kurangnya Kemala dibanding Mbak Nadine, Pak?" Aku pun akan terlihat cantik, jika memakai gaun yang sama. Aku bahkan lebih pandai. Apa yang membuat ibu tidak menginginkanku?"

'Karena kamu bukan putrinya, Kemala!' batin Jaka menatap kosong pada gadis itu.

"Masuk lah!" Nada suara Jaka melemah setelah mendengar perkataan berontak dari putrinya itu.

Kemala melemparkan kembali tas kopernya ke lantai, mengacak seprai sampai berserakan. "Ini tidak adil!" pekiknya. "Aku tidak bisa menerima ini begitu saja. Aku harus tahu alasan kenapa ibu sangat tidak menginginkanku!" tekad Kemala.

Suasana di luar kamarnya terdengar hening. Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Ini adalah jadwal bapaknya memberi makan ayam-ayam mereka. Kemala menyelinap untuk sampai di luar. Posisi kandangnya berada di belakang rumah. Ini adalah kesempatan untuk gadis itu menjinjing kopernya dan berjalan cepat ke luar. Ia kembali mendorong motor maticnya untuk sampai di jalan raya. Tekadnya sudah bulat, ia ingin kembali ke apartemen ibunya dan tinggal beberapa hari di sana.

"Mau bertemu siapa, Neng?"

"Ibu Kumari, Pak."

"Ibu Kumari saya lihat keluar sejak pagi dan belum kembali." Satpam penjaga apartemen itu mencegat Kemala di depan pintu.

"Oh, begitu." Kemala sedikit kecewa. "Saya tunggu di dalam boleh?"

"Boleh. Masuk lah!"

Kemala tersenyum sebelum masuk ke lobi dan duduk di sana.

"Mending menunggu di sini kan, empuk. Dari pada di sofa butut bapak di rumah," gumam Kemala sembari mengambil beberapa koran dan majalah untuk menepis jenuh.

Berkali-kali Kemana melihat jam dinding yang terus berputar. Ia sudah berganti posisi berpuluh-puluh kali saat menunggu. Tapi, ibunya tidak kunjung terlihat.

Matahari di Ufuk Barat bahkan hampir tenggelam. Kemala mengusap perutnya yang lapar.

"Sebaiknya Neng pulang saja." Satpam itu memberi sekotak makanan dalam snack boks. "Bapak lihat Neng bahkan nggak makan apapun dari pagi."

Kemala menerima pemberian satpam itu, membukanya dan melihat banyak makanan enak. "Terimakasih, Pak. Tapi, saya akan menunggunya sebentar lagi," ucap Kemala.

"Ibu Kumari dan putrinya sering pulang larut malam, pagi hari, sampai tidak pulang sama sekali. Jadi, pulang lah, jika sudah pukul 21.00 malam," jelas satpam itu.

Kemala mengangguk lesu, sembari menelan makanan yang terasa hambar di mulutnya, padahal semua kue basah itu terlihat enak.

Kemala melihat jam dindingnya lagi. Benar-benar sudah pukul 21.00 lewat dan ibu maupun kakaknya masih belum kembali. Gadis itu terpaksa bangkit dari duduknya dan menarik kopernya keluar.

"Hati-hati ya, Neng," sapa Pak Satpam.

Kemala masih mencoba menarik garis senyum, meski hatinya begitu kecewa dan perih. Ia kembali mengendarai motor maticnya untuk pulang, meski resikonya ia akan mendapati kemarahan bapaknya yang mungkin tidak terbendung lagi.

Dddrt! Tiba-tiba motor yang dikendarai Kemala bergoyang, lalu berhenti. Gadis itu langsung turun untuk melihat keadaannya.

"Aish! Kenapa bisa mati di waktu yang tidak tepat, sih?" Kemala memukul motornya yang kehabisa bensin. Kesal sekali dirinya saat ini. Belum selesai rasa kesalnya, tiba-tiba turun hujan besar. Kemala melihat sekitar dan mendorong motornya untuk berteduh di sebuah halte bus. Ia memeluk dirinya yang mulai kedinginan. Angin semakin besar menerpa bersama butiran hujan. Bibir Kemala sampai bergetar menahan hawa dingin yang menerjang tubuhnya berkali-kali.

Tiiid! Mobil mewah tiba-tiba berhenti di depan gadis itu. Seorang pria keluar dengan dua payung. Satu digunakan untuk dirinya dan satu lagi ia pegang.

"Mari ikut, Non!"

Kemala menoleh ke samping kiri dan kanan. Ia tidak menemukan siapa pun di sana keculi dirinya sendiri.

"Saya?" tanya Kemala menunjuk dirinya.

"Hai!" Seorang wanita tua melambaikan tangan dari dalam mobil mewah itu.

"Nenek itu?"

"Ya, ini aku, Nak." Wanita yang kamu tolong kemarin. Naiklah! Ini sudah malam." Ajaknya.

Kemala terdiam sembari berpikir, sebenarnya ia sangat ingin menemui ibunya saat ini.

"Motormu, biar pegawaiku yang membawanya nanti," ucap nenek itu lagi.

"Baiklah." Kemala berdiri dan masuk ke dalam mobil. Dan pria yang turun tadi, akhirnya mendorong motorku yang mati di bawah guyuran hujan.

'Sorry, Om. Ternyata nasibku beruntung malam ini, dan nasib burukmu datang." Kemala menatap pria itu dengan perasaan iba. Tapi, bagaimana lagi, perlahan ia bisa menikmati fasilitas mewah mobil yang di tumpanginya saat ini.

"Nyaman sekali ya, Nek."

Nenek itu hanya tersenyum kecil menanggapi.

"Apa yang sedang kamu lakukan di daerah ini. Sebelumnya aku bahkan melihatmu berada di sekitar apartemen itu?"

"Ya." Kemala menatap canggung pada wanita tua di sampingnya. Rasanya tidak nyaman kalau ia harus mengadukan semua masalahnya sekarang, termasuk mencari ibunya yang tidak mau menerima dirinya.

"Aku hanya berjalan-jalan saja, Nek."

"Oh, ya. Kebetulan sekali. Karena kamu, gelang berhargaku bahkan selamat. Jadi, sebagai ucapan terimakasihku, malam ini aku mengajakmu untuk berkunjung ke rumahku."

"Tapi, Nek. Ini sudah malam."

"Ya, karena ini sudah malam. Aku tidak bisa membiarkanmu berkendara dengan motor itu di tengah hujan. Besok pagi, kamu bisa melanjutkan perjalananmu lagi." Lirik nenek itu pada koper yang di bawa Kemala.

Kemala hanya mengangguk lemah. Sebenarnya ia pun tidak yakin, tapi rasanya tidak ada pilihan. Jika pulang sekarang bapaknya akan benar-benar menguncinya dalam kamar dan ia tidak bisa lagi menemui ibunya. Jadi, Kemala mengangguk setuju.

Mobil yang ditumpangi Kemala berhenti di apartemen tempat ibunya tinggal. Ia melihatnya seolah tidak percaya.

"Nenek tinggal di sini?"

"Ya. Kenapa?"

"Enggak." Kemala cepat-cepat menggeleng. 'Kenapa bisa kebetulan?' batinnya.

"Ayo, turun!" Nenek itu turun dan Kemala mengikutinya. Ia menutupi wajahnya dari satpam sebelumnya dan melewatinya begitu saja. Mereka naik ke lantai 3.

Tempat yang sepi, dengan beberapa pintu kamar di sana. Kemala menunggu nenek itu mengambil kunci dari tasnya.

"Aku akan datang sekarang, tunggulah!"

"Ayo, masuk!" Nenek itu menarik tangan Kemala masuk ke dalam apartemennya. Padahal sebelumnya ia mendengar suara yang sama persis dengan ibunya keluar dari ruangan sebelah.

"Jangan sampai kamu bertemu dia!" ucap wanita tua itu.

"Bertemua dia? Siapa, Nek?"

"Wanita yang baru saja keluar dari samping kamar ini," jawabnya sembari masuk ke dalam.

Kemala melihat begitu nyamannya ruangan itu. Rak-rak yang mengkilat, lukisan yang indah, juga penataannya yang rapi. 'Pantas saja Mbak Nadine betah tinggal di tempat seperti ini,' batinnya meradang. Sedangkan, ia harus tinggal dengan bau kotoran ayam yang tidak jarang menguar hingga ke dalam rumah.

"Memangnya kenapa dengan wanita itu, Nek?"

"Wanita itu dan putrinya tidak terlihat seperti orang baik-baik. Aku perhatikan dia sering keluar malam dan pulang pagi dalam keadaan mabuk. Apalagi putrinya itu, pakaiannya saja sangat terbuka dan seksi. Kudengar dia seorang artis istagram. Sayang sekali, orang seperti itu harus menjadi publik figur."

"Siapa, Nek?" tanya Kemala memastikan agar ia tidak salah menduga.

"Namanya kalau tidak salah Nadine." Nenek itu terlihat berpikir, dan mengangguk. "Ya, benar itu namanya."

Deg! Kemala merenung tidak percaya, kalau yang dikatakan oleh nenek itu adalah kakak dan ibunya. Wanita yang membuat hidupnya sangat iri.

'Bagaimana mungkin mereka?' Ia tidak pernah berpikir hingga sejauh itu.

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 4

    Malam ini Kemala benar-benar menginap di apartemen mewah milik nenek itu. Ia bahkan hanya sekali membantunya, tapi sudah diperlakukan seperti ratu. Kemala merasa bahagia, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk dan wangi. Menciumi aromanya yang asing. Namun, sayang. Entah apa alasannya ia sulit untuk terlelap tidur dan merindukan aroma bantal guling lapuk miliknya. Ternyata, tidur di tempat mewah membuat tubuhnya sulit beradaptasi. "Menyingkirlah!" Satu persatu Kemala melemparkan bantal guling ke atas lantai, membolak-balik tubuhnya agar mendapat posisi yang nyaman. Hampir setiap sudut ia coba dengan posisi yang berbeda. Nihil! matanya tetap saja terjaga._______Brugh! Dug! Dug! Mata Kemala yang baru saja terpejam langsung melotot. Ia menyapu sekeliling ruangan dan mulai ketakutan. " Mungkinkah ada maling masuk ke apartemen mewah ini?" tanyanya pada diri sendiri. Kemala mengendap keluar dari kamar. Tidak ada sesuatupun yang mencurigakan, tapi suara bising itu semakin kencang te

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 5

    Kemala bergegas mengambil kopernya. Ia harus segera pulang sebelum Emeril semakin menyebalkan."Nenek aku harus pulang sekarang.""Kenapa terburu-buru, Nak?""Biarkan saja, Nek. Nggak perlu di tahan-tahan," sahut Emeril sembari memindahkan siaran televisi.'Bukankah sudah kubilang dia sangat menyebalkan!' gerutu Kemala dalam hati. Seumur-umur dalam hidupnya, baru kali ini melihat orang seperti itu. 'Apa karena dia orang kaya, makanya songong begitu? Ah! Banyak kok orang kaya, tapi nggak sesongong dia!'"Kemala masih ada urusan, Nek," jawab Kemala berusaha tetap ramah di depan nenek."Baik lah, kalau begitu. Jangan lupa untuk sering-sering mampir. Apartemen nenek terbuka untukmu." Nenek memeluk gadis itu."Enak banget!" sahut Emeril lagi dingin. Kemala hanya melirik sinis pria menyebalkan itu. Di matanya bisa terlihat api yang menyambar-nyambar. Siap membakar seandainya tidak ada nenek di antara mereka. "Kemala sangat senang di sini, Nek." Ucapan Kemala sedikit terjeda. "Saat tidak ad

    Last Updated : 2024-08-22
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 6

    Pak Jaka menghampiri anaknya yang masih berdiri mematung di sana. Ia meraih hasil USG itu dan membacanya."Apa aku bukan anak ibu, Pak?" tanya Kemala begitu saja. Fakta ibunya yang lebih memilih kakaknya membuat ia berpikir seperti itu.Pak Jaka hanya diam. Ia menatap lekat manik-manik mata putrinya. "Maafkan bapak, Nak." Pak Jaka mencoba memeluk gadis di hadapannya, tapi Kemala menolak. Ia menepis tangan itu dan melihat mata bapaknya, tajam."Siapa ibuku, Pak?" tanya Kemala."Nak. Bapak akan ceritakan nanti.""Tidak!" Kemala menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Bukankah karena ini, ibu tidak menginginkanku, Pak, karena aku bukan anaknya?""Kemala, dengar bapak dulu!""Tidak, Pak. Selama ini, kalian sudah membohongiku, menyembunyikan ini di belakangku dan berkata bahwa aku dan Mbak Nadine adalah kembar. Pantas saja kami tidak pernah memiliki kemiripan! Bapak jahat!" Kemala menghentakkan kakinnya dan pergi begitu saja."Kemala! Dengar dulu, Nak!"Kemala tidak bisa mendengar itu, ia berl

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 7

    "Aish! Kenapa dia begitu mengkhawatirkan!" Emeril memukul lemah kemudinya. Ia yang datang untuk menemui nenek memutar setir mobilnya lagi. "Seharusnya aku tidak ikut campur 'kan? Biarkan saja dia!" Emeril memindahkan gigi mobil dan menginjak gas lebih dalam untuk menyusul mobil Nadine."Aku hanya ingin melihatnya saja, setelah itu pergi!" Pria itu hanya berbicara sendiri. Lalu, melesat menyusul mereka. __________Mobil Nadine sampai di sebuah Bar. Kemala melihat lorong tempatnya mauk begitu redup, padahal di luar masih terang. Ia masih mengikuti Nadine masuk ke dalam. Di sana ada beberapa pria yang tengah duduk dengan wanitanya. Perpakaian seksi mirip seperti dirinya. "Titip dia, sebentar," ucap Nadine pada bartender."Oke." Seorang pria tersenyum pada Kemala. Gadis itu sangat canggung dan mencoba menarik kursi untuk tempatnya duduk. "Minumlah!" Pria itu menyodorkannya minuman.Kemala bisa mencium bau alkohol dari air di gelas itu. Ia segera menggeleng cepat.Tubuh Kemala bergetar,

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 8

    Menjelang pagi, bapak meminta Kemala untuk pulang, membersihkan diri dan memeriksa ayam-ayamnya. Meskipun, sebenarnya sudah dititipkan pada Mang Dayat."Masih terbaring di ranjang Rumah Sakit aja pikirannya cuma ayam, ayam, dan ayam!" Kemala menggerutu saat memeriksa ayam-ayamnya."Mang Dayat sudah memberinya makan, Neng. Tidak perlu khawatir dengan ayam-ayam itu. Fokus saja pada kesembuhan bapak," ujar Mang Dayat menghampiri, rumahnya memang bersebelahan, jadi mudah saja untuk pria itu datang."Terimakasih, Mang.""Sama-sama, Neng. Pokoknya urusan ayam mah, urusan amang!" Ia menepuk dadanya sendiri. Kemala tersenyum dan kembali ke rumahnya. Ia merasa lega karena bebannya sedikit berkurang.Kemala termenung seorang diri di dalam rumah, di tangannya terdapat hasil usg yang ia temukan sebelumnya dan menjadi pertengkaran dengan sang bapak. Gadis itu membolak-baliknya, hasilnya sama saja. Hingga detik ini ia tidak tahu siapa anak yang dikandung ibunya. Meski, sebenarnya Kemala sempat tida

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 9

    "Kenapa kamu tidak jera juga, Kemala! Bukankah aku sudah memberimu uang 10 juta untuk membuatmu pergi dari kehidupan kami? Kenapa kamu datang lagi?"Kumari duduk di sofa miliknya setelah mendapat banyak cercaan dari Nadine."Aku datang hanya untuk menanyakan sesuatu padamu, Ibu.""Kau memang keras kepala!" Wanita itu mengambil sebatang rokok dan mulai mengisapnya lagi. Entah kenapa, Kemala seperti tidak melihat makanan lain selain itu di rumah ini. "Katakan apa yang kamu ingin tanyakan, Kemala, dan cepatlah pergi dari sini!" Kemala mengeluarkan kertas hasil USG 23 tahun lalu, menyimpannya di atas meja. Kumari hanya mengintip saja dengan ujung matanya."Siapa yang masih menyimpan kertas itu?" Ia sedikit tertawa mengejek tanpa menghentikkan aktivitasnya mengisap rokok."Ibu hanya hamil tunggal 'kan? Tidak kembar?" tanya Kemala.Kumari seperti mati rasa saat pertanyaan itu satu persatu tertuju padanya."Siapa, Bu? Anak yang lahir dari ibu itu?" tanya Kemala lagi.Sejenak suasana menjad

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 10

    Malam ini, Kemala tidak bisa tidur, ia hanya berguling-guling tidak karuan. Aroma terapi dari bantal gulingnya seolah tidak mempan. Ucapan Ibu Kumari tadi siang membuatnya tidak bisa tertidur, belum lagi potret seorang wanita yang ia temukan. Ia mungkin harus bertanya pada bapaknya tentang wanita itu.Kemala membuka perlahan pintu kamar bapak, ia harus memastikan kalau lelaki itu belum tidur agar tidak menganggu. Namun, bapak memunggungi pintu. Gadis itu mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menanyakan nanti."Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?" Suara bapak terdengar saat Kemala membalikkan tubuh."Bapak belum tidur?" Kemala balik bertanya. Lalu, menghampirinya. Bapak berbalik dan melihat putrinya yang sudah beranjak dewasa. 'Mungkin sudah saatnya ia tahu semuanya,' batinnya."Duduklah Kemala!" perintah bapak. Lelaki itu meninggikan bantal untuk mengganjal punggungnya agar bisa bersandar."Apa itu?" tanya bapak saat melihat Kemala memegang sesuatu di tangannya."Kemala mene

    Last Updated : 2025-01-13
  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 11

    "Aku yakin dia ada di apartemennya sekarang. Kita harus menunggu dia keluar.""Rasanya aku ingin menyerobot masuk saja, menghajar wanita tidak tahu diri itu!" Dua orang gadis muda mengumpat. Kemala mengerutkan dahinya, 'Siapa yang mereka maksud?' Ia berjalan melewati keduanya, telinga meruncing untuk mencari tahu lebih banyak. Mereka berdiri di dekat apartemen, pinggir jalan. Sayang, kedua wanita muda itu tidak menyebutkan nama, tapi mereka terlihat sangat geram.Kemala bergegas masuk ke dalam apartemen, ia tidak bisa membuat kakaknya menunggu. Pintu apartemen itu sengaja tidak dikunci untuk memudahkananya keluar masuk agar tidak menganggu Nadine yang sedang tidak enak badan."Mbak Nadine?" Gadis itu mencari. Kakaknya tidak ada di tempat tidur. "Di mana dia? Mbak!" teriaknya lagi mencari."Mbak!" Kemala kaget saat melihat kaki Nadine yang menjulur di pintu kamar mandi. "Ya, ampun mbak. Ada apa denganmu?" Dari mulut wanita itu keluar busa. Ia tidak sadarkan diri hingga terjatuh di kam

    Last Updated : 2025-01-15

Latest chapter

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 30

    Berhari-hari semuanya terasa sepi, Kemala hanya keluar saat pagi, membuat sarapan dan merapikan rumah Emeril, tanpa kata apalagi lelucon. Pria itu hanya memperhatikan dalam diam, ia pun tidak banyak menegur dan membiarkan Kemala seperti itu. Siang hari hingga malam Kemala punya waktu bebas, ia lepas dari tugasnya sebagai pembantu di rumah pemuda kaya itu. Kemala memanfaatkan waktu senggangnya untuk belajar menghadapi sidang dan mencari informasi lowongan di beberapa media sosial, tentu saja ia harus memiliki pekerjaan setelah satu bulan berada di kamar yang ia tempati sekarang. Selain itu, rasa ingin berbakti pada bapaknya kian hari kian besar.[Aku akan datang sekarang!]Pagi ini, Emeril terlihat rusuh saat keluar dari kamar. Ia tampak serius dan sama sekali tidak mencicipi sarapannya seperti biasa. Kemala memperhatikannya dari dapur. Laki-laki itu langsung mengenakan kaos kaki dan sepatu."Tunggu!" Kemala bergegas mengejar, memberikan kotak makan.Emeril tidak menyahut ia hanya mene

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 29

    "Di mana kamu tinggal?" Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Herman itu sedikit menoleh pada Nadine yang setengah sadar akan keadaannya sendiri. "Aku tidak punya tempat tinggal," jawab Nadine singkat. Kepalanya serasa mau pecah saat sedikit saja terjadi benturan karena kondisi jalan yang tidak rata. Untung saja Herman datang tepat waktu, dia yang mengaku sebagai paman Nadine itu menawarkan diri untuk mengemudi. Tentu saja mobil Nadine karena dia datang menggunakan kendaraan umum."Tinggal bersama paman saja, Nadine," ucapnya kemudian.Nadine enggan menanggapi, mulutnya terasa penuh. Sebuah cairan terasa mendesak naik ke atas. Gadis itu memukul pintu mobil, ia meminta untuk berhenti. Tangan kirinya sudah memegangi mulutnya sendiri."Iya, iya, sebentar!" Herman segera menepikan mobil yang dikendarainya. Nadine membukanya tanpa isyarat, menerobos begitu saja dan memuntahkan semuanya di trotoar. Ia bahkan tidak bisa bergeser sedikit saja ke rerumputan. Orang-orang yang sedang berjala

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 28

    Nadine memutar setir mobil sembari membantingnya ke arah kiri. Ia sangat terlihat kacau sekarang, otaknya terasa mendidih dengan amarah dan kebencian. Terasa sebuah api meletup-letup di dalam dadanya, ia ingin meluapkan semua itu, namun entah dengan cara apa. Nadine hanya tahu kalau dirinya saat ini tengah terluka, sangat dalam, hingga tidak bisa mengungkapkan bagaimana rasanya. Tangannya yang memegang kemudi tampak bergetar, lajunya pun tidak terarah, matanya pudar dan terhalang air mata. Gadis itu merasa sendiri, entah kemana ia harus pergi.Tiiiiid! Sebuah mobil menyalakan klakson dengan nyaring. Nadine tidak peduli, ia tetap melajukan mobilnya ugal-ugalan tanpa arah. Banyak mobil yang memilih menghindar, ada juga yang menyalip dan meninggalkannya jauh. "Hentikkan mobilmu!" pekik seseorang dari kendaraan lain. Sayang, Nadine bahkan tidak ingin meliriknya. Ia tidak peduli pada siapapun, bahkan pada dirinya sendiri. Ia merasa mati bahkan sebelum menemui ajalnya sendiri.Mata Nadine

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 27

    "Kamu yakin nggak mau ke Rumah Sakit?" tanya Emeril. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada gadis ayamnya itu. 'Apa mungkin dia masih trauma?' batin pria itu bahkan bertanya-tanya. Ia pun terus memperhatikan Kemala dari kaca spion. Kemala hanya menggeleng pelan. Sejak diselamatkan dari penculikan itu, Kemala bungkam, ia tidak sebawel biasanya apalagi sampai rewel. Wajahnya masih menoleh pada kaca luar, padahal di sana sepi dan gelap."Bagaimana, Pak. Kita akan kemana?" tanya Jeri_orang kepercayaan Emeril sekaligus satu-satunya sahabat pria itu.Emeril melirik, pembicaraan mereka rupanya tidak didengar oleh Kemala. "Eheum!" Pria itu pura-pura berdehem. "Aku akan mengantarmu pulang, Kemala," ucap Emeril. Kemala menyeka air matanya yang sulit berhenti. Lalu, ia berbalik dan merespon Emeril yang kebingungan. "Turunkan saja aku di tempat yang terang dan ramai," jawab Kemala. Ini sudah pukul 04.00 pagi, matahari sebentar lagi akan terbit, Kemala pikir tidak masalah, ia hanya tinggal menun

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 26

    [Kenapa kamu menggangguku di tengah malam seperti ini, Nadine?] Kumari mengangkat panggilan dari Nadine dengan malas. Ia hampir enggan membuka mata. Wanita itu tidak tahu kalau rahasia besar yang telah di sembunyikannya sudah terbongkar. [Kemala diculik, Bu,] jawab Nadine cepat.[Apa?! Apa maksdumu?] Wanita itu langsung terperanjat dari tidurnya, ia menarik kimono yang terjepit kakinya sendiri. "Ish!" Kumari bahkan hampir tersungkur. [Bagaimana kejadiannya, Nadine. Di mana kamu sekarang?][Kemala bertengkar dengan Bapak. Kemala pergi dan tidak pulang. Aku mencarinya dan mengajak dia pulang. Tapi, di perjalanan 3 orang pria menghadang kami, mereka membawa pergi Kemala, Bu. Aku sedang mengikuti mobil itu.][Kirimkan alamatmu sekarang!] perintah Kumari.[Iya, Bu.]Kumari langsung berganti pakaian. Ia bahkn menghubungi tangan kanannya. Sayangnya, panggilan itu tidak juga mendapat jawaban. "Kemana dia!" Wanita itu menyimpan kasar ponselnya di atas dasbord. Ia segera mengemudi dan mengikut

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 25

    Langit sudah menjadi sangat gelap sekarang, Kemala termenung di samping motornya. Ia tidak punya tempat untuk kembali. Ke apartemen ibunya terasa tak mungkin, gadis itu tidak ingin menemui wanita yang telah melahirkannya sekarang. Jika, malam kemarin ia masih bisa pergi ke rumah Emeril, saat ini situasinya pun tidak mendukung.[Kamu tidak perlu datang lagi ke rumahku!] Pesan singkat pria itu membuat Kemala semakin terpuruk. Ia masih menggenggam ponselnya dengan tangan yang bergetar. Bingung dan tak tahu arah, sedangkan malam terus beranjak naik. Entah kesalahan apa yang dibuatnya pada Emeril, sepertinya ia tidak suka saat Kemala datang bersama Abian ke rumahnya tadi siang.Kemala tidak terbiasa berada di luar semalam ini. Sangat jarang dan bahkan tidak sama sekali. Hanya setelah keputusannya mencari sang ibu membuatnya kini berakhir pada penyesalan yang begitu dalam. Tapi, siapa yang sangka akan seperti ini. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya, rindu pada sang ibu akan b

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 24

    Kemala masih menunggu pria yang tak disangka adalah dosen killernya itu, penampilan dan cara bicaranya yang jauh berbeda saat di voice note membuat Kemala sedikit tidak percaya. Teman-temannya hampir selesai, hanya miliknya yang sama sekali belum disentuh.'Ini pasti gara-gara kumis lele. Dia sengaja menghukumku seperti ini dan menunggu aku menyerah sendiri. Ah!' Kemala hampir putus asa."Aku duluan ya." Temannya menyentuh pundak gadis itu. Kemala benar-benar ingin menangis sekarang. Ia mungkin akan tertinggal wisuda kalau caranya seperti ini."Saya belum makan siang. Jadi, kamu bisa menunggu atau ikut ke kantin bersama saya." Tiba-tiba Abian berdiri dari tempat duduknya.'Aku nggak mau makan, Pak. Cuma mau tanda tangan Anda aja, apa susahnya buat tanda tangan, nggak perlu 2 menit,' gerutu Kemala dalam hati. Rasanya ia benar-benar dikerjai untuk dijadikan bahan balas dendam."I-ni cuma tinggal---" Kemala memperagakan tangannya sebagai simbol tanda tangan sembari tersenyum kecut."Saya

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 23

    Emeril mengerjap, ia melirik pada jam beker di atas nakas, tepat pukul 06.10 menit. Pria itu tidak lantas berdiri, ia menekan sebuah remot hingga gorden kaca terbuka, seketika cahaya kekuningan masuk menembus kamarnya yang luas dan besar, tertata rapi dan sangat bersih. Perlahan cahaya itu terasa hangat, Emeril menghirup kesegeran yang ia rasakan untuk memupuk semangat paginya. Emeril turun dan merapikan piyama yang ia kenakan. Kakinya dideteksi robot pembersih saat ia menginjakan kaki di atas lantai. Tenggorakannya terasa haus hingga ia memutuskan untuk mengambil air minum sebelum membersihkan diri. "Bau apa ini?" Emeril menajamkan pencium, memiringkan kepala untuk merasakan sesuatu yang beda. "Suara apa itu?" Berkali-kali ia menggerakkan lehernya untuk mencari. Bertahun-tahun tidak ada yang pernah merusak aroma pagi yang segar di rumahnya, tapi pagi ini ia mencium bau yang aneh. Sesuatu yang tidak biasa. "Krrrrk ... Krrrkk ...." Jelas itu adalah suara orang yang mengorok. Langkah

  • WARISAN LUKA DARI BAPAK    Chapter 22

    "Nenek Kemala harus pulang, pekerjaan di rumah ini sudah selesai. Besok, Kemala datang lagi," ucap Kemala dengan suara yang dikeraskan. Sebenarnya ia sedang pamit pada pria yang tengah sibuk dengan laptopnya di meja yang lain. Ia tampak sibuk dan tidak merespons sama sekali, meski mendengarnya."Kamu yakin tidak mau beristirahat lebih lama di sini?" Nenek mengkhawatirkan keadaan gadis itu yang belum pulih benar. Meskipun, demamnya sudah reda karena obat yang diberikan oleh dokter."Kemala sudah jauh lebih baik kok, Nek." Kemala tersenyum sembari menepuk-nepuk tangan nenek yang sejak tadi menggenggam tangannya."Ya, gimana nggak sembuh. Bayar dokternya aja mahal!" celetuk Emeril menggaruk alisnya yang tak gatal. Muka datar dan masih berpura-pura fokus pada pekerjaan yang dia kerjakan di rumah."Dianter Eril ya?"Kemala menggeleng cepat, pria itu melihatnya. Sebelah bibir atasnya langsung terangkat. "Aku sibuk, Nek. Nggak ada waktu," tukas Emeril lagi. Kemala menghela napas sembari memb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status