Share

BAB 174. Ibu mertua sedih.

Brugh!

“Aaauu!” Dina teriak kuat sekali. Hingga jadi pusat perhatian. Mas Danu mendorong Dina hingga dia terjatuh cukup kuat.

“Tidak tahu malu!” umpat Mas Danu.

“Ada apa, Dan?” tanya Mamah Atik.

“Enggak ada apa-apa Bu, tadi ada ulet bulu,” jawabku terkekeh.

Mas Danu pergi membawa Kia ke depan. Dina masih ngedeprok di lantai. Tidak ada satu pun yang berniat menolongnya.

Perhatianku fokus pada ibu mertuaku. Sejak tadi beliau banyak diam dan bengong. Pasti beliau sangat sedih.

Aku mau menegurnya takut kesalahan, jadi aku perhatikan saja.

Ibu setiap ditanya orang hanya menggeleng dan mengangguk saja. Tatapannya kosong.

“Iyem, kasihan ya. Pasti dia kepikiran anak-anaknya,” seru Bu Jum.

“Namanya orang tua pasti begitu lah, Bu. Kepikiran sama anak-anaknya. Kasihan mereka nasibnya jelek. Padahal nih, Asih sama Lili itu cantik,” sahut Wak Romlah. Ah, mereka berdua memang cocok sekali.

“Sudah malam enggak usah ghibah!” tegur Bu RT.

“Ah, Bu RT ini enggak asyik. Memang kenyataannya benar begitu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status