Share

Bab 88

***

Sampai di kantor, perutku terasa perih lagi. Teringat masakan Syarla semalam. Sungguh itu adalah masakan terenak yang pernah aku makan setelah masakan Ibu dulu.

Ya, aku pernah memakannya waktu aku berusia 10 tahun. Ibu selalu memasak dengan sederhana, tapi terasa begitu lezatnya.

Dan sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun aku ditinggal Ibu, sosok wanita yang kini sangat aku benci malah memiliki kemiripan dengannya.

Kelembutan Syarla, kerajinan, serta kepandaiannya memanjakan lidah membuat aku merasakan lagi kehadiran Ibu.

Ah, tidak. Syarla jelas berbeda. Dia adalah anak dari seorang pengkhianat.

Selamanya akan tetap begitu.

"Tuan muda, nanti malam ada undangan dari Pak Niko. Katanya beliau mengadakan pesta besar. Tuan diundang beserta istri. Ini undangannya," ujar Melodi menyerahkan kertas undangan.

Aku menerima dengan acuh tak acuh.

Di undangan itu jelas tertulis namaku dan juga pasangan.

Aku tahu, yang hadir tentunya memang membawa istri masing-masing.

Itu artinya aku juga harus
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status